Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Muda, Peduli, Beraksi untuk Bumi!

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Halo, sahabat bumi kami dari dari tim GenZine SMAN 74 Jakarta dengan penuh semangat mempersembahkan sebuah karya mading tentang gerakan hijau, energi terharutan, dan langkah-langkah kecil yang bisa kita lakukan demi masa depan bumi yang lebih bersih dan lestari

Tim redaksi kami terdiri dari

  • Guru pendamping: Fahmi Firmansyah
  • Penulis: Macayya Firlyn, Lathifah Sabilillah Ariyanto
  • Desainer visual: Madina Azzahra Maulana, Adrian Chenzira Nasai
  • Fotografer: Abimanyu Tirtosegoro, Dani Malik

Karya ini dibuat untuk keperluan Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Hai coba kita bayangkan : bel masuk berbunyi, kantin ramai, minuman kemasan berseliweran, sisa makanan menumpuk. Dalam hitungan jam, satu sekolah bisa “memproduksi” sekian karung sampah. Padahal, di luar pagar sekolah, Indonesia menanggung beban 34,2 juta ton sampah pada 2024 dan 18,1 juta ton di antaranya belum tertangani. Angka ini nyata, bukan sekadar isu di buku pelajaran.

Kenapa “Zero Waste School” Mendesak?

Pertama, krisis plastik makin serius. Setiap tahun, 19 - 23 juta ton plastik bocor ke ekosistem perairan dunia dan daur ulang global cuma sekitar 9%. Akibatnya, mikroplastik kini ditemukan di mana-mana, berdampak ke ekosistem dan kesehatan manusia. Kalau kita tetap “business as usual”, lautan dan sungai yang jadi sumber hidup akan makin rusak.

Kedua, sekolah adalah “mesin perubahan”. Kebiasaan sehari-hari, beli minuman isi ulang vs. kemasan, bawa rantang vs. bungkus Styrofoam, dibentuk di lingkungan sekolah. Data Indonesia menunjukkan plastik menyumbang porsi signifikan dalam komposisi sampah; kajian Bank Dunia memperkirakan kandungan plastik rata-rata mencapai sekitar 18,4% dari sampah padat. Artinya, intervensi di sekolah bisa memotong masalah dari hulunya.

Fondasi Kebijakan & Gerakan yang Sudah Ada

Di level global, negosiasi traktat PBB soal polusi plastik tengah dikebut, mendorong pengurangan plastik sekali pakai dan desain ulang sistem. Ini jadi “angin belakang” bagi sekolah yang ingin bertransformasi.

Di level nasional, Indonesia memperkuat regulasi pengelolaan sampah (termasuk pemilahan 3R) dan memperbarui aturan terkait sampah/Limbah B3 pada 2024, penting untuk tata kelola sampah elektronik, baterai, hingga kemasan bahan kimia sekolah. Program Adiwiyata juga terus berkembang; hingga Februari 2025, ribuan sekolah sudah bergabung dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mendorong panduan pengelolaan sampah di sekolah.

Argumen Utama: Zero Waste School Itu Masuk Akal dan Bisa

Masalah dominan adalah organik & plastik

Penelitian kasus dan data perkotaan menunjukkan porsi organik tinggi, disusul plastik. Artinya, dua “target” paling cepat adalah kompos (untuk organik) dan pengurangan sumber (untuk plastik). Sekolah bisa memangkas drastis volume sampah terangkut hanya dengan dua langkah ini.

Intervensi di sekolah lebih murah daripada “buang-angkut”

Memilah di sumber mengurangi biaya transportasi dan TPA, memperpanjang umur TPA, serta menghasilkan kompos untuk taman sekolah. Regulasi pemilahan & 3R sudah ada, sehingga kepala sekolah punya payung hukum bertindak.

Efek pendidikan berantai

Studi tentang Adiwiyata menunjukkan peningkatan efektivitas budaya sekolah hijau terhadap keterampilan pemecahan masalah lingkungan. Ketika budaya terbentuk (bukan sekadar kebijakan di atas kertas), pengaruhnya lebih kuat dan tahan lama.

Rute Praktis: Lima Pilar “Zero Waste School”

Cegah di Sumber (Refuse & Reduce)

Larangan bertahap plastik sekali pakai di kantin (sedotan, styrofoam, kresek), ganti ke sistem “isi ulang & pakai ulang” (tumbler, kotak makan). Ini align dengan dorongan global mengurangi plastik sekali pakai dan menekan kebocoran ke perairan.

Desain Ulang Kantin & Kegiatan Sekolah

Vendor kantin wajib menyediakan gelas/piring cuci ulang; event sekolah bebas balon & banner vinil sekali pakai, diganti kain/papan digital. Kontrak vendor mencantumkan kewajiban 3R sesuai regulasi nasional.

Pemilahan 3 - 5 Jenis di Sumber

Setidaknya: organik, residu, plastik/kemasan, kertas, B3 kecil (baterai/lampu). Label jelas, warna konsisten, dan inspeksi harian oleh “Eco-Prefect” (pengurus OSIS/ekskul lingkungan). Data timbangan mingguan dipajang di mading/digital signage biar semua ikut “ngeh”.

Pengolahan On-Site: Kompos & Ecobrick Terbatas

Komposter aerob/ takakura untuk sisa kantin & daun halaman; kompos dipakai buat kebun sekolah. Untuk plastik fleksibel yang belum terserap, batasi opsi sementara (mis. ecobrick) sambil beralih ke skema drop-off produsen atau bank sampah mitra. Bukti riset kota menunjukkan composting meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan.

Kurikulum & Budaya: dari Adiwiyata ke “Zero Waste Badge”

Integrasi proyek lintas mapel (Biologi: kompos mikroba; Ekonomi: model bisnis isi ulang; TIK: dashboard data sampah). Bangun “badge” sekolah bebas sampah dengan indikator ketat, memastikan budaya (bukan sekadar slogan) jadi penggerak utama, sebagaimana disorot riset efektivitas Adiwiyata.

Hambatan & Jawabannya

“Susah, butuh biaya.”

Mulai dari “no-cost changes”: larangan sedotan & kantong plastik, bawa tumbler, pemilahan dasar. Biaya komposter sederhana relatif rendah dan balik modal lewat pengurangan biaya angkut serta manfaat kompos untuk taman/kebun sekolah. Bukti kasus kota menekankan peran partisipasi rumah tangga/sekolah dan composting.

“Regulasinya ribet”

Justru regulasi terbaru memandatkan pemilahan & 3R; sekolah bisa memasukkan klausul itu ke SOP kantin dan kontrak vendor. Untuk sampah/B3 kecil (baterai, lampu), gunakan panduan KLHK/aturan B3 2024 sebagai rujukan aman.

“Warga sekolah belum terbiasa”

Manfaatkan pendekatan budaya: tantangan kelas bebas sampah, papan skor mingguan, dan pengakuan publik. Studi menunjukkan kultur ramah lingkungan memberi pengaruh nyata pada perilaku problem-solving siswa dan budaya tumbuh lewat kebiasaan kecil, konsisten, dan seru.

Narasi Perubahan: Dari Kantin ke Komunitas

Bayangkan minggu pertama: guru dan OSIS membongkar kardus tempat minum isi ulang, kantin memasang dispenser galon, tempat sampah dipasang set yang rapi dan berlabel, dan semua kelas mulai “berburu” berat sampah terendah. Bulan kedua, kompos pertama dipanen, ditabur ke kebun sayur sekolah; kelas X A bikin poster mikroba pengurai, kelas XI C menghitung penghematan biaya angkut sampah. Semester berganti, sekolah mendaftar Adiwiyata sekaligus meluncurkan “Zero Waste Badge”. Orang tua ikut terinspirasi mulai pilah di rumah, kirim baterai bekas ke drop-box sekolah. Dari pagar sekolah, perubahan merembes ke RT/RW. Inilah efek domino yang kita cari.

Esai: Kesimpulan

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Penutup: Saatnya Sekolah Jadi Contoh, Bukan Sumber Masalah

Kita tidak mulai dari nol, ada data, regulasi, dan gerakan yang menopang. Dunia sedang merumuskan aturan plastik, Indonesia punya target dan sistem informasi sampah, dan sekolah memiliki kekuatan budaya yang besar. “Zero Waste School” bukan mimpi eksklusif; ini strategi waras untuk menekan sampah, menghemat biaya, mendidik generasi, dan merawat Bumi. Kalau perubahan besar lahir dari kebiasaan kecil yang konsisten, maka besok pagi keputusan paling sederhana, bawa tumbler, makan di tempat, pilah sampah adalah langkah paling berani.

Mulai hari ini, mari ubah sekolah jadi laboratorium masa depan: hijau, hemat, dan bebas sampah, untuk keberlanjutan yang bukan sekadar kata, melainkan kebiasaan.

Infografik

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Zero Waste School merupakan upaya sekolah kami yang bebas sampah dengan mengurangi, memilah, mendaur ulang, dan mengolah sampah secara optimal. Latar belakangnya, Indonesia menghasilkan 34,2 juta ton sampah pada 2024, sebagian besar belum tertangani. Didukung kebijakan global dan nasional, program ini menekan sampah organik dan plastik, lebih hemat biaya, serta mendidik generasi peduli lingkungan. Lima pilarnya meliputi pencegahan sampah, desain ulang kantin, pemilahan, pengolahan di sekolah, dan penerapan kurikulum ramah lingkungan.

Rubrik Diskusi: Pertamina

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Sebagai BUMN di sektor energi, Pertamina menerapkan konsep keberlanjutan (sustainability) untuk menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial.

Secara singkat, keberlanjutan di Pertamina mencakup tiga pilar utama:

  • Pilar Lingkungan
  • Pilar Sosial
  • Pilar Ekonomi

Pertamina mengajak kita bersama-sama bergerak menuju keberlanjutan dengan langkah nyata. Dari sisi lingkungan, kita diajak mengelola sumber daya alam secara bijak, mengurangi polusi, dan menjaga ekosistem agar tetap lestari. Pada aspek sosial, penting untuk memastikan kesejahteraan, keadilan, serta memberikan hak asasi manusia termasuk akses pendidikan dan kesehatan bagi semua orang. Sementara dari sisi ekonomi, pertumbuhan yang stabil dan adil dalam jangka panjang perlu diutamakan, bukan sekadar mengejar keuntungan sesaat. Dengan langkah ini, kita dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang.

Rubrik Diskusi: Green Business Initiatives

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Upaya yang dilakukan oleh Pertamina seperti berikut.Sebagai kelanjutan dari komitmen Pertamina melangkah lebih jauh melalui program Green Energy. Upaya ini sejalan dengan tujuan menjaga lingkungan, sosial, dan ekonomi yang lestari. Pertamina mendorong Green Business initiatives dengan mengembangkan teknologi ramah lingkungan, melakukan pengurangan emisi karbon, dan menerapkan manajemen operasi yang efisien. Selain itu, peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi fokus penting untuk mendukung transisi energi menuju sumber daya yang lebih bersih. Langkah ini memperkuat visi keberlanjutan sebelumnya, memastikan kebutuhan energi masa kini terpenuhi tanpa mengorbankan masa depan bumi.

Foto Bercerita

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 74 Jakarta

Dalam proses pembuatan karya, kami Tim GenZine SMAN 74 Jakarta memulai dengan diskusi seru di balik layar untuk memunculkan ide dan kreativitas. Setelah itu, tugas dibagi sesuai minat dan passion masing-masing anggota agar setiap orang bisa berkontribusi secara maksimal. Selama bekerja, kami mendengarkan semua pendapat dengan cermat hingga akhirnya menemukan solusi terbaik. Proses kerja sama yang penuh semangat ini membuat kegiatan kami begitu seru dan menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

Bagaimana Tiger Parenting Memengaruhi Prestasi Akademik Anak? Simak!

18 Sep 2025, 21:15 WIBLife