5 Strategi Membuat Batasan pada Anak ala Gentle Parenting

Gentle parenting adalah pola mengasuh anak yang tidak menyalahkan, menghukum, atau membuat mereka malu. Hal ini berfokus pada hubungan kerjasama antara orangtua dan anak. Meski begitu, pola asuh ini tetap membolehkan orang tua memberikan batasan yang tegas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ingat ya, orangtua boleh untuk bersikap tegas dalam menjaga batasan, tapi bukan galak. Seiring bertambahnya usia anak, penyesuaian batasan tentu jadi semakin penting. Anak mengalami perubahan dalam cara mereka berpikir, bertindak, dan merasakan, yang mempengaruhi cara mereka memahami batasan dan aturan.
Dengan memahami dan mengakomodasi perubahan dalam kebutuhan serta perkembangan anak, orangtua bisa menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Berikut adalah beberapa strategi untuk membuat batasan pada anak ala gentle parenting yang bisa dicoba.
1. Harus sesuai dengan tahapan anak

Setiap usia mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda, sehingga batasan yang diterapkan wajib sesuai dengan tahapan tersebut. Pada usia yang sangat muda, seperti bayi dan balita, mereka masih dalam tahap eksplorasi dan belajar. Batasan yang dilakukan harus fokus pada keamanan fisik, seperti menjauhkan beberapa benda berbahaya dan mengawasi mereka secara tepat.
Saat anak berada di usia sekolah, mereka mulai mengembangkan kemandirian dan pengetahuan sosial. Batasan pada tahap ini harus memperhitungkan kemampuan mereka untuk memahami aturan sederhana dan belajar berinteraksi dengan orang lain. Dengan memahami tahap perkembangan anak, orangtua jadi bisa menetapkan batasan yang sesuai dan membantu mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab serta mandiri, deh.
2. Libatkan anak dalam diskusi tentang batasan

Seiring bertambahnya usia anak, orang tua bisa mulai untuk melibatkan mereka dalam diskusi tentang alasan di balik batasan yang ditetapkan. Misalnya, menjelaskan bahwa batasan untuk tidak memainkan gadget ketika makan, bertujuan untuk meningkatkan kualitas interaksi keluarga.
Diharapkan dengan memahami alasan tersebut, anak akan lebih mematuhi aturan tersebut karena mereka merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami kebaikan dari aturan ini. Dengan adanya diskusi, hubungan jadi lebih fleksibel, tapi tetap menghargai batasan, ya.
3. Konsistensi dalam menetapkan batasan

Dalam menerapkan gentle parenting, menjaga konsistensi dalam menetapkan batasan adalah hal yang penting. Konsistensi menjaga stabilitas dalam keluarga karena minim adaptasi hal baru. Jika aturan-aturan tetap sama dari waktu ke waktu, anak akan belajar memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan dampak baik ke depannya.
Misalnya, karena ada aturan bangun sebelum pukul 5 pagi, anak jadi terbiasa bangun pagi yang berdampak pada keseharian yang lebih teratur. Nah, jika ada momen beberapa kali mereka melanggar, coba tanyakan sebabnya. Jika pada akhirnya tetap melanggar, memberikan ketegasan pada mereka juga bisa dilakukan.
Ingat, ya, menjaga konsistensi sangat membantu untuk mengurangi kebingungan anak serta kemungkinan konflik antara orangtua dan anak. Ketika aturan terus berubah, anak mungkin terasa frustasi dan tidak yakin dengan tindakan yang harus diambil. Alhasil, cara ini justru menyebabkan ketegangan antara anak dan orangtua.
4. Terdapat komunikasi terbuka

Komunikasi terbuka yang melibatkan anak jika ada aturan yang butuh penyesuaian adalah hal yang penting. Seiring bertambahnya usia, anak dilatih untuk berani berpendapat jika memang ada aturan yang memberatkan. Ini bukan hanya memberi mereka pemahaman terhadap aturan, tapi bagaimana mereka berani untuk mengungkapkan apa yang dirasa jika memang tidak nyaman dan mencoba untuk lebih kritis.
5. Berikan empati pada anak

Dalam gentle parenting, penting untuk selalu bersikap empati dan menghormati anak dalam menetapkan batasan. Ini berarti dapat memahami serta menghargai perasaan dan pandangan anak dalam proses pengasuhan. Saat anak merasa dihargai, hubungan antara orangtua dan anak jadi lebih kuat dan harmonis, nih.
Salah satu cara untuk memperlihatkan empati adalah mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak menyampaikan pikiran atau perasaannya. Perlihatkan bahwa kamu memahami perasaan mereka, walau mungkin kamu tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh mereka. Dengan hal ini, kamu jadi membantu mereka membangun rasa percaya diri dan kemandirian, lho.
Dengan mengerti beberapa strategi untuk membuat batasan pada anak ala gentle parenting, kamu jadi bisa membagi porsi kapan saat lembut dan keras. Diharapkan dengan pola asuh ini, anak-anak merasa berada di lingkungan penuh kasih sambil mendukung mereka menjalani proses hidup hingga dewasa nanti.