Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips agar Kamu Jadi Tempat Curhat Orangtua, Butuh Kepercayaan Besar

ilustrasi lansia (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Anak dewasa perlu menjadi tempat curhat orangtua
  • Kemandirian menunjukkan kedewasaan untuk menjadi tempat curhat
  • Menciptakan kesempatan dan kepercayaan agar orangtua mau terbuka

Anak curhat pada orangtua merupakan hal biasa. Meski posisi tempat curhat umumnya tergantikan oleh teman ketika dirimu remaja. Tapi pada masa anak-anak, orangtua adalah kawan terbaikmu karena selalu membuatmu merasa aman. Begitu pula kamu kembali curhat pada ayah dan ibu di usia dua puluhan tahun.

Saat itu banyak hal membuatmu gelisah. Seperti tentang tugas akhir kuliah yang gak kunjung kelar, pekerjaan, atau pencarian jodoh. Kamu yang sedang di masa dewasa awal mengalami quarter life crisis. Begitu pun kawan-kawan sebaya sehingga curhat ke mereka tak memberimu ketenangan batin.

Orangtua yang telah melewati semua tahap itu lebih dapat memberikan bimbingan. Namun, ketika mereka makin lanjut usia apakah dirimu bisa gantian menjadi tempat curhatnya? Seharusnya kamu secara perlahan-lahan mengambil peran ini. Paling tidak di usia 30 tahun dirimu sudah mendapatkan kepercayaan yang cukup besar jadi tempat curhat orangtua. Di bawah ini lima tips supaya mereka mau terbuka denganmu.

1. Please, jangan manja

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau kamu masih manja, bagaimana orangtua akan mencurahkan isi hatinya padamu? Curhat sedikit banyak selalu tentang hal-hal yang kurang menyenangkan. Misalnya, persoalan suami istri yang selama ini disembunyikan orangtua dari anak-anak. Juga kecemasan mereka terkait kesehatan serta kematian.

Hanya orang yang betul-betul dewasa yang akan mampu menjadi tempat curhat mereka. Salah satu tanda kedewasaan ialah kemandirian. Apabila makan dan minummu saja masih disiapkan orangtua, mereka gak bakal curhat apa-apa. Anak yang manja selalu butuh tempat untuk bersandar.

Orangtua mengambil peran tersebut buatmu sepanjang hidupnya. Tapi jika dirimu bisa lebih mandiri, orangtua dalam situasi-situasi tertentu dapat gantian bersandar padamu. Meski usia kalian terpaut jauh, mereka cukup menemukan rasa nyaman buat membahas hal-hal berat bersamamu. Dirimu diyakini tidak akan kaget, terguncang, atau cemas mendengarkan curahan hati mereka.

2. Bilang kamu sudah dewasa dan jika ada apa-apa bilang saja

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/RDNE Stock project)

Selain kamu menunjukkan kedewasaan secara konsisten, pernyataan tegas darimu juga perlu didengar orangtua. Mereka bisa tetap ragu untuk curhat soal apa pun kalau dirimu gak pernah berkata yang mengesankan siap menjadi tempat curhatnya. Tentu kamu tidak usah tiba-tiba menyuruh orangtua untuk curhat.

Seolah-olah dirimu bisa memastikan mereka punya masalah yang perlu dibicarakan denganmu. Sampaikan saja ketika orangtuamu terlihat agak murung dari biasanya bahwa kamu sudah dewasa. Jika orangtua ada apa-apa, jangan ragu untuk memberitahumu. Ini juga bisa dikatakan lewat telepon atau WA kalau kalian sedang tidak dapat bertemu langsung.

Tentu dirimu mengatakannya 1 atau 2 kali barangkali belum berhasil mendorong orangtua lebih terbuka. Walaupun pada saat itu dugaanmu benar, yaitu mereka tengah menghadapi masalah. Oleh karenanya, kamu perlu mengulanginya di berbagai kesempatan biar orangtua yakin inilah waktu yang tepat untuk berbicara serius denganmu. 

3. Luangkan waktu untuk bersama

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/RDNE Stock project)

Orangtua umumnya paling tidak mau mengganggu kesibukan anaknya. Apalagi jika kesibukan itu terkait proses belajar atau bekerja. Bagi orangtua, aktivitas belajar atau mencari uang sangat penting buat masa depanmu. Mereka tak mau mencuri waktumu dan merusak konsentrasimu.

Kamu selalu tampak sibuk saja, orangtua telah sadar diri buat tidak mengganggumu. Terlebih kalau dirimu berulang-ulang mengeluh sibuk dan capek. Dua hal tersebut makin menahan orangtua dari membicarakan beban di hatinya. Sekalipun sebetulnya kamu masih mampu kalau cuma mendengarkan, mereka tetap gak mau meningkatkan stresmu.

Untukmu memperoleh lebih banyak kepercayaan dari orangtua, kasih waktu dulu buat kalian duduk bersama. Bisa juga kamu lebih sering menelepon atau chat duluan buat menanyakan keadaannya dan mengobrol santai. Bila orangtua merasa dirimu sudah jago mengelola kesibukan, lebih gampang buatnya mulai bercerita. Curahan hatinya mungkin tidak sekaligus, tetapi secara bertahap unek-uneknya terus dikeluarkan. Ini bagus untuk mengurangi beban pikiran mereka.

4. Memancing dengan pertanyaan

ilustrasi lansia (pexels.com/Kindel Media)

Orangtua yang lebih tertutup atau terlalu khawatir akan menyusahkan anak makin tidak mudah dipancing buat curhat. Di matanya, kamu tetap anak kecil dan orangtua gak boleh membuatmu ikut memikirkan sesuatu. Tapi masih ada cara untukmu mencoba mengorek isi hatinya.

Gunakan pertanyaan yang cukup to the point tapi jangan menantang harga dirinya sebagai orang yang bertahun-tahun lebih tua darimu. Saat kamu menduga ada persoalan kesehatan lantaran tubuhnya tampak makin kurus atau gemuk tetapi tidak bugar, misalnya. Tanyakan kapan terakhir mereka periksa ke dokter? 

Kalau itu sudah lama sekali, kembalilah bertanya saat itu keluhannya apa dan bagaimana hasil pemeriksaannya? Juga tanyakan apakah sekarang masih terasa keluhan serupa atau malah ada rasa tak nyaman yang lain? Lontarkan pertanyaan-pertanyaan di atas seperti orang mengobrol biasa saja.

Jangan terkesan kamu mencecar meski nanti pertanyaan akan makin spesifik. Misalnya, bagaimana dengan kondisi jantungnya? Ada atau tidak gejala diabetes dan sebagainya. Jika dirimu mampu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan serta runtut, orangtua dapat merasakan bentuk perhatianmu. Mereka terdorong buat lebih banyak bercerita.

5. Ceritakan pula masalah orangtua teman yang kamu tahu

ilustrasi lansia (pexels.com/Kindel Media)

Selain berupa pertanyaan langsung untuk orangtua, masih ada cara lain. Kamu juga dapat menceritakan beberapa persoalan orangtua teman-teman yang diketahui olehmu. Seperti orangtua si A ternyata menderita penyakit jantung dan akan menjalani operasi. Lalu orangtua B memutuskan kembali ke kampung halaman setelah pensiun karena suasana kota dirasa tak cocok buat menikmati masa senja.

Makin banyak cerita lansia yang diketahui olehmu, makin orangtua percaya dirimu dapat diajak membicarakan topik serupa dan terkait mereka sendiri. Kamu sepertinya gak bakal kaget dan terheran-heran bila mereka curhat. Khususnya kalau pandanganmu terkait masalah-masalah lansia cukup bijaksana.

Dirimu gak asal berkata berbagai penyakit berat seharusnya bisa dicegah sejak usia muda. Atau, kamu tidak habis pikir pasangan yang sudah merantau ke kota sekian lama mendadak merasa kota yang sama tak cocok lagi untuknya. Keputusan pulang kampung begitu hanya merepotkan anaknya. Bila dirimu mampu berpandangan lebih luas, orangtua merasa lebih aman untuk menceritakan kegelisahan mereka.

Berbeda denganmu, orangtua biasanya tidak lagi punya banyak teman. Terutama setelah mereka cukup lama pensiun dan aktivitasnya terbatas lantaran tubuh yang melemah. Sementara itu, kebutuhan curhat sebenarnya bertambah tinggi. Pasti banyak hal yang dikhawatirkan keduanya tanpa mereka bisa berbuat banyak. Kalau kamu mampu jadi tempat curhat orangtua, kesehatan fisik dan mental lansia akan lebih terjaga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us