Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Memahami Perkembangan Emosi pada Anak, Orangtua Wajib Tahu!

ilustrasi kedekatan ibu dan anak (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi kedekatan ibu dan anak (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Orang tua perlu memahami perkembangan emosional anak dengan mengidentifikasi penyebab emosi mereka dan mencari tahu makna di balik perilaku anak.
  • Pengamatan, penerimaan keunikan anak, dan pendengar yang baik dapat membantu orang tua memahami psikologi si kecil.
  • Menunjukkan empati, menghabiskan waktu bersama, dan mendorong kegiatan ekspresi diri anak dapat membantu memahami perkembangan emosional anak.

Selain bertugas untuk mendidik anak, orang tua juga perlu memahami perkembangan emosional mereka. Hal ini karena perkembangan emosional yang kuat terjadi selama masa kanak-kanak.

Ketika anak merasa senang, sedih, atau marah, orang tua perlu mengidentifikasi apa penyebab di baliknya. Memahami emosi mereka dan mencari tahu makna di balik perilakunya akan mendorong perkembangan emosional anak ke arah yang lebih sehat.

Kendra Cherry, MSEd, seorang spesialis rehabilitasi psikososial dan pendidik psikologi, dikutip Verywell Mind, menyebut, bahwa perkembangan emosional yang positif pada anak dapat membantu mereka dalam membangun kepercayaan diri yang kuat, bersikap lebih positif, dan lebih tahan terhadap tekanan emosional.

Oleh sebab itu, untuk membantu memahami perkembangan emosi anak, berikut ada beberapa tips yang perlu orangtua ketahui. Yuk, simak baik-baik!

1.Lakukan pengamatan

ilustrasi ibu membujuk anaknya (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi ibu membujuk anaknya (pexels.com/Alex Green)

Orang tua dapat melakukan pengamatan sebagai langkah awal untuk memahami perkembangan emosi anak. Ketika anak melakukan atau mengatakan sesuatu, tujukan bahwa kamu tertarik akan hal itu. Amatilah setiap tindakan, ekspresi, dan tempramen mereka.

Menurut dokter anak Claudia M. Gold, MD, dilansir Momjunction, setiap anak memiliki keunikan masing-masing dan berbeda dengan saudara atau teman-temannya. Oleh karena itu, hindari membanding-bandingkan anak dan terimalah keunikan mereka.

Di sisi lain, kamu juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan ke diri sendiri untuk membantu memahami psikologi si kecil. Seperti, “Apa yang paling anak sukai?”, “Bagaimana reaksi anak ketika harus melakukan sesuatu yang tidak disukainya?”, dan sebagainya.

2.Jadilah pendengar yang baik

ilustrasi ibu menenangkan anaknya (pexels.com/cottonbro studio)

Anak usia dini sering kali kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Itulah mengapa, ketika anak sedang mengalami emosi yang sulit, banyak dari mereka mengutarakan emosi tersebut melalui tindakan impulsif, seperti menangis sambil berteriak atau melempar barang-barang di sekitarnya.

Agar hal itu tidak terjadi, orang tua perlu berperan sebagai pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik bukan berarti sekadar mendengarkan, tetapi juga memperhatikan dengan saksama setiap kata yang anak ucapkan dan tunjukkan pada mereka bahwa mereka didengarkan dan ditanggapi dengan serius.

Namun, apabila anak sulit mengatakan sesuatu, kamu bisa mulai dengan membuka obrolan. Kemudian, saat anak sudah mau berbicara, sebaiknya dengarkan apa yang dikatakan olehnya dengan penuh perhatian dan hindari memotong pembicaraan.

“Anak-anak mungkin kesulitan dalam mengekspresikan diri secara jelas. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kata-kata dan isyarat non-verbal yang mereka gunakan. Fokuslah pada nada, ekspresi, dan bahasa tubuhnya. Jika kamu tidak mengerti, ajukan pertanyaan untuk memperjelas. Namun, jangan berbicara terlalu banyak atau mengajukan terlalu banyak pertanyaan, karena hal itu justru dapat memicu putusnya komunikasi dengan anakmu,” terang Dr. Gold.

3.Tunjukkan empati

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Nicole Michalou)

Selain menjadi pendengar yang baik, orang tua juga bisa menunjukkan empati kepada anak agar dapat memahami emosional mereka. Meskipun kamu mungkin menganggap sepele perasaan tersebut, tetapi ingatlah bahwa bagi anak itu merupakan perasaan yang nyata.

Dengan menanggapi perasaan anak secara serius walau kamu tidak mengalaminya, secara tak langsung kamu telah mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas pengalaman emosional mereka sendiri. Misal, ketika si kecil merasa sedih karena tidak dapat membeli boneka yang diinginkan, cobalah untuk mendekatinya dan memvalidasi perasannya.

Tunjukkan bahwa merasa kecewa atas sesuatu yang tidak dapat kita miliki adalah hal yang wajar. Selain itu, bantu si kecil untuk menangani emosi negatif tersebut dengan cara yang positif. Hal ini dapat membuat anak merasa bahwa orang tuanya menghargai apa perasaan mereka.

4.Lakukan quality time bersama anak

ilustrasi ibu dan anak tertawa (pexels.com/Ann Bugaichuk)
ilustrasi ibu dan anak tertawa (pexels.com/Ann Bugaichuk)

Dr. Gold menulis, jika orang tua ingin memahami anak-anaknya, maka perlu menghabiskan waktu bersama mereka. Buatlah jadwal untuk melakukan quality time bersama, baik itu berlibur, piknik, atau memasak.

Kamu juga bisa mengajukan beberapa pertanyaan terkait kehidupan mereka di rumah atau di sekolah. Misal, membahas tentang musik, buku dongeng favoritnya, atau acara televisi kesukaannya. Dengan menghabiskan waktu berkualitas bersama anak yang dihiasi dengan percakapan, hal ini dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi serta membangun ikatan yang lebih mendalam dengan si kecil.

Di sisi lain, Dr. Gold menambahkan, waktu berkualitas bukan berarti harus selalu berbicara atau melakukan sesuatu bersama. Terkadang, bisa duduk bersama, diam, dan mengamati perilaku anak dapat menjadi pengalaman yang baru, lho.

5.Ajarkan anak untuk mengekspresikan perasaannya dengan tepat

ilustrasi seorang ibu mengajarkan anaknya melukis (pexels.com/Oleksandr P)

Dikarenakan anak-anak masih sulit mengungkapkan isi hatinya secara langsung, alhasil mereka pun mengekspresikan apa yang dirasakan melalui berbagai kegiatan. Sebagai orang tua, kamu bisa membantu mengarahkan si kecil agar dapat mengutarakan isi hati melalui kegiatan yang bermanfaat.

Misal, jika anak kamu senang menggambar, menyanyi, atau menari, dorong mereka untuk melakukannya lebih sering. Mengikuti kelas seni juga dapat membantu mereka mengekspresikan diri dengan lebih baik.

Selain itu, jika anak gemar menulis, ajarkan untuk membuat jurnal supaya mereka dapat menuliskan apa pun tentang hal-hal yang telah mereka lakukan pada hari tertentu dan bagaimana perasaannya. Semakin sering anak menulis, semakin baik pula mereka dalam mengekspresikan diri.

“Tunjukkan minat dan apresiasi pada karya seni anak, tetapi ingat jangan terlalu berlebihan. Bersikaplah sewajarnya sambil tetap menunjukkan penghargaan kepada mereka,” ujar Dr. Gold.

Memahami perkembangan emosional anak bukanlah hal yang mudah, namun ini sangat penting dilakukan oleh para orang tua. Selain dapat membantu mengenal anak dengan lebih baik, orang tua juga bisa menemukan cara yang efektif untuk mengajarkan pengendalian emosi kepada si kecil.

Dengan memahami emosinya, orang tua dapat menciptakan suasana yang mendukung perkembangan mental serta emosional yang sehat. Oleh sebab itu, pastikan untuk mencoba menerapkan beberapa tips di atas, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvi Ayuning
EditorDelvi Ayuning
Follow Us