Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Orang Tua Perlu Menetapkan Batasan yang Sehat pada Anak

ilustrasi seorang ibu berbicara dengan anaknya (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi seorang ibu berbicara dengan anaknya (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Menetapkan batasan akan membantu anak merasa aman dan mengurangi kecemasan serta ketidakpastian dalam diri mereka.
  • Batasan yang sehat mengajarkan keterampilan disiplin diri, seperti rutinitas harian dan pengaturan waktu.
  • Batasan juga melatih anak untuk bersikap tegas, mengendalikan emosi, dan memahami serta menghormati kebutuhan orang lain.

Dalam hal mendidik anak, batasan yang sehat merupakan bagian penting yang perlu ditetapkan oleh orang tua kepada anak. Meskipun kebanyakan orang tua masih ragu menetapkan batasan karena khawatir akan menyakiti hati sang anak, namun melakukannya akan membantu menumbuhkan lingkungan keluarga yang sehat.

Gak hanya itu, tindakan ini juga dapat mendorong anak-anak untuk mengembangkan sikap disiplin, kesabaran, dan kesadaran diri yang kuat. Oleh karena itu, yuk cermati lebih lanjut mengenai enam alasan pentingnya orang tua menetapkan batasan yang sehat pada anak.

1.Batasan akan membuat anak merasa aman

ilustrasi seoang ibu memeluk anaknya (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi seoang ibu memeluk anaknya (pexels.com/Kampus Production)

Orang tua sering kali berada di antara dua pilihan yang sulit. Namun, bagaimanapun orang tua harus berani mengambil tindakan tegas terhadap anak mereka. Dengan menetapkan batasan, hal itu akan membuat anak merasa aman di manapun mereka berada.

Aturan dan rutinitas di dalam rumah, seperti waktu makan, waktu tidur, dan waktu belajar yang ditetapkan dan dipantau oleh orang tua misalnya, akan membantu mengurangi kecemasan serta ketidakpastian dalam diri sang anak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam rumah.  

“Ketika kita membiarkan anak kita membuat pilihan sendiri, mereka mungkin belum siap secara perkembangannya untuk membuat penilaian tersebut. Apabila orang tua tidak berusaha menghentikan perilaku tidak normal semaksimal mungkin, mereka mungkin secara tidak sengaja menormalkan perilaku itu dan diam-diam akan memakluminya,” jelas David Schwartz, LMFT, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, dikutip Psychology Today.

2.Batasan bisa mengajarkan anak tentang sikap disiplin

ilustrasi seorang ibu menasihati anaknya (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Menetapkan batasan yang sehat juga akan mengajarkan anak tentang keterampilan disiplin diri. Tentu, keterampilan ini sangat dibutuhkan dan perlu diajarkan oleh orang tua sedini mungkin.

Kamu bisa memberikan batasan yang sesuai dengan usia anak dan tentunya dilakukan dengan cara yang penuh kasih sayang. Misalnya, membuat kesepatakan bersama anak mengenai kapan mereka bisa bermain dan kapan mereka harus belajar.

Di samping itu, kamu juga dapat memberikan aturan untuk bangun lebih pagi pada hari sekolah dan tidur lebih awal di malam harinya. Mungkin pada awalnya hal itu akan terasa berat bagi anak, tapi batasan yang sehat tetap perlu diterapkan.

Lambat laun anak juga akan mulai terbiasa dengan rutinitas tersebut dan seiring berjalannya waktu, mereka akan menyadari bahwa batasan yang telah mereka terapkan selama ini telah membantu mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari secara teratur dan mandiri.  

3.Batasan dapat mengajarkan anak untuk bersikap tegas

ilustrasi seorang ayah bicara dengan anaknya (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi seorang ayah bicara dengan anaknya (pexels.com/August de Richelieu)

Selain mengembangkan keterampilan disiplin diri, batasan yang sehat juga dapat melatih anak untuk bersikap tegas, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Saat menetapkan batasan, orang tua juga mengajarkan anak mengenali apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh orang lain, serta mengungkapkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh diri sendiri.

Dengan begitu, anak memiliki keterampilan yang baik dalam berinteraksi secara sosial. Mereka juga akan berani membela diri sendiri apabila ada seorang teman yang bersikap memaksa atau agresif terhadapnya.

“Membantu anak untuk membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan ketika seseorang tidak menghormati perasaan atau batasannya akan memberikan anak kamu kesempatan untuk berlatih tegas dan membela diri,” kata Rae Jacobson seorang penulis dan sudah ditinjau secara medis oleh psikolog klinis berlisensi, Rachel Busman, PsyD, ABPP, dilansir Child Mind Institute.

4.Batasan bisa membantu anak mengatasi emosi negatif

ilustrasi seorang ibu bicara dengan anak-anaknya (pexels.com/PNW Production)
ilustrasi seorang ibu bicara dengan anak-anaknya (pexels.com/PNW Production)

Terkadang, orang tua lebih memilih untuk tidak menetapkan batasan pada anak lantaran takut anak akan merasa sedih dan marah jika permintaannya tidak dituruti. Namun, penting diketahui bahwa batasan yang sehat justru akan membantu mereka belajar cara mengatasi emosi negatifnya.

Setiap batasan yang kamu tetapkan merupakan kesempatan bagi anak kamu untuk mengendalikan emosi. Jadi, meskipun pada awalnya mereka sulit menerima, tetapi seiring berjalannya waktu mereka pasti akan mengerti dan mampu mengandalikan diri sendiri.

“Batasan yang ditetapkan oleh orang tua memungkinkan anak-anak untuk tumbuh dewasa. Mereka juga akan memahami bahwa mereka tidak selalu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mengetahui bahwa terdapat batasan mengenai keinginan dan kenyamanan yang diberikan oleh orang tua, anak-anak dapat belajar untuk mengatasi kekecewaan, kesedihan, dan kemarahan yang dirasakannya,” ujar Krissy Pozatek, MSW, selaku penulis, terapis, dan pakar pengasuhan anak, dilansir MindBodyGreen.

5.Batasan membuat anak belajar empati serta menghormati dirinya dan orang lain

ilustrasi seorang anak memberikan hadiah untuk ibunya (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi seorang anak memberikan hadiah untuk ibunya (pexels.com/Gustavo Fring)

Dengan menetapkan batasan yang sehat pada anak, artinya kamu sedang mengajarkan bahwa setiap tindakan dan perilaku manusia mempunyai batasan yang mengatur agar perilaku tersebut tidak menjadi kelewatan, sehingga berdampak buruk pada diri sendiri ataupun orang lain. Di samping itu, batasan juga membantu anak-anak mengembangkan empati, memahami kebutuhannya sendiri, dan menghormati kebutuhan orang lain.

“Pada dasarnya, batasan adalah tentang memahami dan menghargai kebutuhan diri sendiri serta menghormati kebutuhan orang lain,” jelas Stephanie Dowd, PsyD, selaku psikolog klinis, dikutip Child Mind Institute.

“Agar hal itu berhasil, orang tua perlu memberi penekanan pada upaya membantu anak-anak mengembangan empati dan kesadaran diri yang lebih besar,” lanjutnya.

6.Batasan dapat mempererat hubungan antara orang tua dan anak

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Alena Darmel)

Dikutip Creative Child, seorang penulis The Positive Parenting Workbook, Rebecca Eanes, menuliskan bahwa batasan yang sehat merupakan bagian penting dari hubungan yang sehat, termasuk hubungan antara orang tua dan anak. Batasan akan membantu menunjukkan di mana anak dapat berjalan di tempat yang aman.

Sebaliknya, tanpa adanya batasan yang tepat, anak-anak tidak akan merasa aman. Dalam hal ini, menetapkan batasan bukan berarti orangtua harus bersikap keras terhadap anak. Sebab, menurut pakar pengasuhan anak, LR Knost, sebagaimana dikutip Creative Child, batasan yang sehat bukanlah batasan yang egois, mengontrol, menuntut, keras, dan tidak masuk akal. Batasan yang sehat adalah batasan yang bisa membangun harga diri, kepercayaan diri, rasa aman, dan berasal dari kasih sayang.

“Batasan bukanlah pagar kawat berduri, melainkan cinta. Batasan adalah puisi dan prosa yang memberitahu orang lain cara menghormati, mencintai, dan terhubung dengan orang lain. Batasan adalah cinta dalam tindakan,” terang LR Knost.

Itulah beberapa alasan penting orang tua perlu menetapkan batasan yang sehat pada anak. Meskipun awalnya sulit, tapi ingatlah bahwa batasan yang sehat akan memberikan banyak manfaat pada anak dalam jangka panjang. Kelak mereka akan menjadi pribadi yang dewasa, mandiri, taguh, mampu beradaptasi dengan baik, serta dapat menghargai kebutuhan orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvi Ayuning
EditorDelvi Ayuning
Follow Us