Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Membantu Anak Mengatasi Fobia Sosial, Jangan Sebut Penakut!

freepik.com/user6697855
freepik.com/user6697855

Fobia sosial sama seperti dengan gangguan fobia lainnya. Di mana seseorang memiliki ketakutan berlebihan dalam menghadapi situasi-situasi sosial, terutama ketika ia menjadi pusat perhatian. Namun, perlu dipahami bahwa fobia sosial berbeda dengan pemalu. 

Anak yang pemalu hanya perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi, akan tetapi tetap dapat membangun interaksi sosial yang baik. Sementara anak dengan fobia sosial memiliki ketakutan dalam berinteraksi sosial atau jadi pusat perhatian. Untuk mengatasi fobia tersebut, kamu sebagai orangtua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini.

1. Berikan ia penjelasan dan tanamkan pikiran yang positif

ilustrasi seorang anak merasa sedih (freepik.com/vh-studio)
ilustrasi seorang anak merasa sedih (freepik.com/vh-studio)

Anak dengan fobia sosial sering berpikir berlebihan. Ia berpikir akan ditertawakan, diejek, dan dihina oleh orang lain. Dalam hal ini, orangtua perlu memberitahukan anak bahwa ia bisa menceritakan kecemasannya tersebut.

Selain itu, kamu juga perlu menanamkan berbagai pikiran positif untuk mendukung kesehatan mentalnya. Seperti memberikan pengertian bahwa merasa cemas itu wajar dan setiap orang pernah mengalaminya.

2. Ajak anak untuk belajar bergaul

unsplash.com/alexanderdummer
unsplash.com/alexanderdummer

Salah satu faktor anak menjadi fobia sosial adalah memiliki kesulitan dalam bergaul dengan orang lain. Untuk itu, kamu perlu memperkenalkan cara bergaul kepadanya.

Ajak anak bermain peran keluarga dan ajarkan bagaimana cara menyapa, memulai pembicaraan, mendengarkan, serta merespons orang yang ditemui. Jangan lupa untuk memberikan contoh bagaimana cara yang benar saat berbicara dengan teman sebayanya.

3. Jangan sebut anak pemalu atau penakut

pexels.com/Ketut Subiyanto
pexels.com/Ketut Subiyanto

Jangan pernah menyebut anak yang fobia sosial dengan label negatif, seperti pemalu atau penakut. Ini karena anak yang fobia sosial justru akan semakin tertekan jika mendapat label yang negatif.

Lama-kelamaan, ia akan mempercayai label yang diterimanya sehingga tak berusaha untuk menghilangkan ketakutannya. Jika ada yang memberi label pemalu atau penakut, katakan bahwa ia mudah bergaul jika sudah kenal baik dengan orang tersebut.

Hal ini berguna untuk membangun kepercayaan dirinya di depan orang lain. Ke depannya, dia akan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

4. Ajarkan cara menenangkan diri

pexels.com/Gustavo Fring
pexels.com/Gustavo Fring

Agak sulit jika anak langsung dipaksa untuk beradaptasi dengan situasi sosial. Maka dari itu, hal pertama yang bisa dilakukan adalah belajar untuk menenangkan diri ketika kecemasan itu muncul.

Cobalah untuk mengajarkan anak menarik napas yang dalam sebanyak 4 hitungan. Tarik napas dalam 4 hitungan, tahan dalam 4 hitungan, dan melepaskan napas dalam 4 hitungan.

Menarik napas dalam-dalam merupakan cara terbaik untuk menenangkan detak jantung yang cepat dan napas yang cepat. Bahkan kepala yang pusing pun dapat diatasi.

5. Jangan paksa anak untuk berbicara dengan orang lain

pexels.com/Josh Willink
pexels.com/Josh Willink

Ketika kamu menemani anak di sekolah atau situasi sosial lainnya, hindari memaksa anak berbicara dengan orang lain. Gunakanlah cara yang lebih baik, seperti mengajaknya berdiskusi apakah ia mau terlibat dalam pembicaraan temannya. Jika anak setuju, yakinkan ia bisa dengan menerapkan teknik bergaul yang sudah diajarkan sebelumnya.

6. Minta bantuan psikolog atau ahli

freepik.com/Freepik
freepik.com/Freepik

Menghadapi anak yang mengalami fobia sosial, memang tidak mudah. Maka dari itu, jika kamu merasa lelah dan butuh bantuan, jangan ragu pergi ke psikolog, psikiater, atau dokter anak. Berkonsultasi dengan para ahli, membuat kalian menemukan solusinya.

Demikian informasi mengenai cara membantu anak untuk mengatasi fobia sosial. Ingat! Jangan paksakan perilaku anak sesuai dengan keinginan diri sendiri. Kamu perlu lebih memahami apa yang anak butuhkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Febriyanti Revitasari
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us