Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Orangtua Bantu Anak Remaja Atasi Overthinking

ilustrasi orangtua bantu mengatasi overthinking pada anak (pexels.com/Kindel Media)
Intinya sih...
  • 70% remaja alami overthinking, menurut studi dalam buku Stop Overthinking for Teens and Young Adults
  • Overthinking berkaitan dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD), namun bukan gangguan mental
  • Dampingi anak curhat, tingkatkan self-awareness, ajarkan problem solving, dan ciptakan lingkungan mendukung

Berdasarkan studi yang dipaparkan dalam buku Stop Overthinking for Teens and Young Adults, bahwa 7 dari 10 remaja mengalami overthinking. Seperti dijelaskan oleh Wirdatul Anisa, Psikolog di CPMH UGM, "Overthinking berarti menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang merugikan. Bisa berupa perenungan dan kekhawatiran."

"Overthinking biasanya dikaitkan dengan Generalized Anxitey Disorder (GAD)," ungkap Psikoterapis. Natacha Duke. Meskipun overthinking bukanlah kondisi gangguan mental, tetapi dapat menjadi gejala kondisi kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan, depresi, dan stres.

Jika orangtua menyadari anak remajanya menunjukkan tanda-tanda overthinking seperti kekhawatiran yang berpindah dari satu topik ke topik lain, selalu membayangkan kemungkinan terburuk dalam berbagai situasi, gelisah tanpa alasan yang jelas, sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan hingga meragukan pilihannya. Penting untuk orangtua mengambil tindakan dalam membantu anak agar tidak terjebak dalam overthinking.

Lalu, bagaimana cara orangtua dapat mendampingi anak dalam menghadapi overthinking? Simak 6 cara efektif yang dapat orangtua lakukan dalam artikel ini!

1. Ciptakan ruang untuk anak bercerita

ilustrasi orangtua mendengarkan curhatan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Remaja yang mengalami overthinking biasanya membutuhkan tempat curhat untuk mencurahkan perasaan mereka. Peneliti dan penulis buku Chatter, Ethan Kross, dilansir Greater Good Magazine, mengatakan, "Kita terhubung dengan orang lain yang dapat membantu memvalidasi apa yang kita alami, dan curhat benar-benar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Rasanya menyenangkan mengetahui bahwa ada seseorang yang dapat diandalkan, yang cukup peduli dan meluangkan waktu untuk mendengarkan."

Orangtua dapat menciptakan ruang aman bagi anak untuk bercerita. Tunjukkan ketertarikan pada keseharian mereka agar orangtua memahami apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Penting juga bagi orangtua, ketika anak bercerita untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menyela, menghakimi, dan jangan terburu-buru memberikan solusi. Karena apa yang tampak sepele bagi orangtua bisa saja berarti besar bagi mereka.

Dengan menjadi teman curhat utama, orangtua juga mencegah anak mencari dukungan di tempat yang salah dan melindungi anak dari pengaruh negatif lingkungan luar.

2. Kenalkan anak teknik mindfulness

ilustrasi mengenalkan mindfulness (pexels.com/Nicola Barts)

Self-awareness bisa sangat membantu remaja mengatasi overthinking dalam jangka panjang. Seperti yang disampaikan terapis, Suzanne Wallach, dalam artikelnya, bahwa self-awareness adalah aspek dasar dari manajemen kecemasan.

Remaja yang memahami dirinya sendiri, dapat mengenali pemicu, mengatur emosi, berkomunikasi secara efektif, mengatasi kecemasan dengan lebih baik, dan menerapkan strategi penanganan overthinking yang efektif.

Untuk mengembangkan self-awareness pada anak, orangtua bisa mengenalkan anak teknik mindfulness yang sederhana. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah journaling, dimana anak menuliskan pikiran dan perasaannya secara rutin untuk lebih memahami pola pikir mereka. Teknik lainnya yang bermanfaat adalah latihan pernafasan, meditasi, atau melakukan hobi, yang dapat membantu anak untuk fokus pada momen saat ini dan menenangkan pikirannya saat overthinking muncul.

3. Ajari anak mengenai problem solving

ilustrasi mengajari problem solving (pexels.com/SAULO LEITE)

Tidak seperti overthinking, yang sering kali didorong oleh rasa takut dan ketidakpastian, problem solving berorientasi pada tujuan yang melibatkan identifikasi masalah dengan jelas, curah pendapat solusi potensial, dan mengambil langkah-langkah yang dapat ditinjaklanjuti untuk menyelesaikan masalah.

Namun, salah satu musuh yang paling berbahaya dan merusak kemampuan pemecahan masalah adalah overthinking. Oleh karena itu, orangtua berperan membantu mengajarkan keterampilan problem solving pada anak.

Ketika anak menghadapi masa sulit, duduk bersama dan diskusikan masalah mereka. Buatlah daftar hal-hal yang sering membuat anak khawatir. Bimbing mereka untuk berpikir kritis dan melihat masalah dengan perspektif yang lebih luas. Dengan begitu, anak dapat belajar menangani overthinking-nya dan mencari solusi konkret sehingga menghasilkan pemikiran yang lebih positif.

4. Jadilah dan berikan contoh

ilustrasi memberikan contoh pada anak (pexels.com/Kampus Production)

Anak belajar dari orangtuanya. Lebih dari sekedar kata-kata, contoh nyata dari orangtua memiliki pengaruh lebih kuat dalam mengajarkan anak cara mengelola overthinking. Anak-anak mengamati bagaimana orangtua mengelola stres, menghadapi kegagalan, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jika orangtua menunjukkan sikap positif seperti ketenangan, optimisme, dan ketekunan, anak akan lebih mudah mengadopsi sikap yang sama.

Cara yang dapat dilakukan lainnya adalah berbagi pemikiran dengan anak tentang isu-isu yang mungkin mereka khawatirkan. Orangtua dapat berdiskusi dan memberikan informasi yang akurat agar membantu mereka memahami situasi dengan lebih realistis. Jelaskan juga langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapi hal tersebut, sehingga anak semakin yakin bahwa setiap masalah bisa disikapi dengan solusi yang jelas.

5. Pastikan anak tidak terbebani ekspektasi yang berlebihan

ilustrasi orangtua memastikan anak tidak terbebani ekspektasi (pexels.com/Kindel Media)

Kadang-kadang, overthinking mucul karena ada tekanan ekspektasi yang dirasakan anak. Hal ini bisa muncul dari berbagai sumber, seperti tekanan akademik, tuntutan sosial, pengaruh media sosial, bahkan harapan orangtua sendiri. 

Bangunlah komunikasi terbuka dengan anak dengan rutin bertanya bagaimana perasaan anak terhadapa tugas sekolahnya, pertemanan, atau aktivitas lainnya. Berikan apresiasi atas usaha, bukan hanya pencapaian anak. Juga bantu anak memahami bahwa nilai diri mereka tidak bergantung pada hasil akhir semata.

Ciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan antara akademik, aktivitas sosial dan waktu istirahat. Anak perlu diberi ruang untuk bersantai, mengejar hobi, dan menikmati waktu bersama keluarga tanpa merasa bersalah, sehingga mengurangi resiko overthinking.

6. Bantu anak mencari bantuan profesional jika diperlukan

ilustrasi mencari bantuan profesional (pexels.com/SHVETS production)

Jika overthinking sudah menggangu keseharian dan menyebabkan kecemasan berlebihan, tidak ada salahnya mencari bantuan dari psikolog atau konselor. Namun, banyak anak mungkin merasa ragu atau takut untuk meminta bantuan karena stigma yang masih melekat pada kesehatan mental. Di sinilah peran orangtua sangat penting untuk mendampingi anak dan menyakinkan mereka bahwa mencari bantuan profesional adalah langkah yang wajar dan tepat, bukan tanda kelemahan.

Orangtua dapat bangun pemahaman bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Saat mendampingi anak, orangtua perlu menunjukkan dukungan tanpa paksaan. Biarkan anak merasa bahwa keputusan untuk mencari bantuan tetap ada di tangan mereka, tetapi dengan jaminan, mereka tidak akan melalui ini sendirian. Orangtua juga bisa membantu mencarikan informasi tentang psikolog atau konselor yang ramah remaja, serta menemani mereka jika diperlukan.

Menghadapai overthinking pada remaja bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan dukungan yang tepat dari orangtua, anak dapat belajar mengelola pikiran mereka dengan lebih sehat. Semoga keenam cara di atas dapat menjadi referensi bagi orangtua untuk membantu anak melewati masa-masa overthinking mereka.

Referensi:

George Henry. Stop Overthinking for Teens and Young Adults: How to Reduce Stress, Stop Negative Spirals, Clean Up Your Mind, and Stay Present.
SDGS Center Universitas Gadjah Mada. Diakses pada Januari 2025.
What is Overthinking? Cleveland Clinic. Diakses pada Januari 2025.
Overthinking Disorder: Is It a Mental Illness? Greater Good Magazine. Diakses pada Januari 2025.
Does Venting Your Feelings Actually Help? Suzanne Wallach. Diakses pada Januari 2025. The Importance of Self-Awareness in Anxiety Management

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Euis Istikomah Khoirunnisa
EditorEuis Istikomah Khoirunnisa
Follow Us