Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal Penting agar Masalah Rumah Tangga Tak Jadi Konsumsi Publik

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Di setiap rumah tangga pasti ada persoalan. Maka yang terpenting bukanlah usaha mati-matian untuk meniadakan masalah. Namun menjaga kehormatan, privasi, serta kelanjutan perkawinan kalian. Caranya dengan mencegah masalah rumah tangga tak jadi konsumsi publik.

Mengapa? Sebab hanya sebagian orang yang betul-betul dapat berempati pada kalian. Sebagian lagi justru memandangnya sebagai hiburan gratis. Makin seru konflikmu dengan pasangan, makin bersemangat pula mereka dalam menonton, menanti kelanjutannya, bahkan memprovokasi.

1. Jangan berteriak-teriak saat bertengkar dengan pasangan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Rendahkan suara masing-masing ketika membahas persoalan pribadi. Kalian tidak perlu siaran langsung sampai menjangkau rumah-rumah tetangga. Itu memalukan. Jangan malah kamu berprinsip bahwa makin lantang teriakanmu, maka itu akan makin memuaskan emosimu.

Kamu mungkin puas saat berhasil membentak pasangan, demikian juga sebaliknya. Akan tetapi, tidakkah kalian masih punya rasa malu sebab semua itu terekam oleh telinga banyak orang? Lagi pula, merendahkan suara ketika bertengkar juga membantu kalian meredam emosi. Biar suasana gak tambah panas.

2. Gak usah menjelek-jelekkan pasangan ketika kalian tak akur

ilustrasi curhat (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sekarang kalian memang sedang tidak akur. Namun, tentu nanti kalian bisa berbaikan dan hubungan itu akan pulih. Masalahnya, kamu telanjur menjelek-jelekkan pasangan ketika merasa kesal padanya.

Apa yang sudah didengar oleh orang lain tidak bisa kamu hapus dari memori mereka. Walaupun hubunganmu dengan pasangan membaik, cerita negatifmu tentangnya telah memengaruhi cara pandang orang lain. Baik terhadap pasanganmu maupun padamu yang terkesan plin-plan.

Katamu, sifat pasanganmu buruk. Akan tetapi kamu kembali juga padanya. Sikapmu yang tidak konsisten dengan ucapan ini bakal menuai cibiran. Kamu akan dibicarakan dua kali, yaitu terkait masalahmu dengan pasangan waktu itu serta kalian yang kembali rukun.

3. Konflik dengan mertua dibahas di internal keluarga saja

ilustrasi bersama mertua (pexels.com/Joshua Santos)

Isu yang menarik dari kehidupan rumah tanggamu bukan cuma masalah kamu dengan pasangan. tetapi juga persoalanmu dengan mertua. Begitu kamu membukanya pada orang-orang, dirimu rentan sekali terprovokasi.

Mereka seakan-akan mendukungmu. Sosok mertua menjadi makin negatif di matamu. Ini menyulitkan kalian untuk bisa akur sekalipun masalah sesungguhnya tak terlalu serius.

Seandainya mertuamu yang mengumbar masalah kalian, jangan balas dengan gantian menceritakannya sesuai versimu. Orang-orang yang mendengarnya malah tambah penasaran tentang siapa yang benar dan bagaimana akhirnya nanti. Bicarakan saja dengan pasangan serta minta ia menengahi persoalanmu dengan orangtuanya.

4. Cegah masalah sampai berjilid-jilid dengan segera menyelesaikannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Saat masalah dalam rumah tanggamu pertama kali menyeruak, orang-orang belum cukup peduli. Jika problem kembali terdengar oleh mereka, muncul rasa penasaran tentang apa yang sedang terjadi di antara kalian. Seperti tayangan televisi, mereka mulai mengikuti setiap episodenya.

Sejumlah orang bahkan tidak sabar untuk menunggu kejutan apa lagi yang akan terjadi. Kejutan yang dimaksud tentu sesuatu yang makin buruk dalam hubunganmu dengan pasangan. Bila tontonan drama rumah tanggamu berakhir antiklimaks, mereka akan kecewa. Sebelum orang-orang penasaran dengan persoalan kalian, segera selesaikan masalah bersama pasangan.

5. Hindari silent treatment pada pasangan, tapi status medsos penuh drama

ilustrasi curhat di medsos (pexels.com/Mikhail Nilov)

Seharusnya kamu dan pasangan lebih intens dalam berkomunikasi kala ada masalah. Ini penting supaya persoalan tersebut dapat lekas diatasi. Bukan kamu malah melakukan silent treatment padanya, tapi curhat colongan terus di media sosial.

Masalahmu dengan pasangan jelas gak akan selesai kalau begini. Bahkan justru makin runcing ketika ia melihat status-statusmu di media sosial. Sementara itu, sebagian pengguna medsos jadi kepo. Status-status yang awalnya ditujukan untuk melampiaskan kekesalanmu pada pasangan, ternyata ditangkap orang lain sebagai hiburan yang seru buat diikuti.

6. Gak usah meninggalkan rumah, kecuali situasinya gawat

ilustrasi meninggalkan rumah (pexels.com/cottonbro studio)

Raibnya kamu dari lingkungan rumah akan mengundang tanda tanya di benak tetangga. Jika hanya beberapa hari, dalih pasanganmu bahwa kamu sedang bertugas di luar kota masih bisa dipercaya orang. Namun kalau sampai berminggu-minggu, pasti mereka curiga dan mulai sibuk bertanya.

Kecurigaan seperti itu lebih cepat muncul bila mereka sempat melihat kepergianmu dari rumah. Kamu tak mungkin pergi dengan  wajah bahagia seperti hendak berlibur. Semua itu ada dalam pengamatan mereka. Kamu sebaiknya pergi meninggalkan rumah hanya ketika persoalannya begitu berat dan mengancam keselamatanmu.

Jika masalah rumah tangga tak jadi konsumsi publik, tentu akan lebih mudah diselesaikan secara baik-baik. Kecuali, kamu benar-benar memerlukan bantuan orang lain untuk keluar dari perlakuan buruk pasangan yang begitu dominan dan kasar. Jangan masalah sekecil apapun dibawa ke luar, karena dirimu hanya akan merasakan kepuasan palsu dengan mengumbarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us