Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Penyebab Suami Ragu Membantu Pekerjaan Domestik, Ada Andil Istri?

ilustrasi keluarga (pexels.com/Jonathan Borba)

Kalau semua pekerjaan rumah tangga dibebankan pada istri tentu ia akan kelelahan. Tanpa ART, berbagai tugas domestik bakal bikin istri stres hingga merasa hidupnya gak berguna. Dunianya seolah-olah selalu berputar di dalam rumah dan mengurus pekerjaan domestik yang tidak ada habisnya. Dari mengasuh anak, melayani suami, memasak, sampai beres-beres rumah.

Jika kamu di posisi istri, tentu ini mengesalkan. Namun, apakah suami betul-betul tidak ada niat sama sekali untuk membantu mengerjakan urusan domestik? Jangan-jangan dia sebenarnya ingin melakukannya, tetapi masih ragu sehingga tak juga bertindak. Keraguan ini mesti dicari tahu alasannya biar kamu bisa lebih meyakinkannya untuk turun tangan membantumu.

Bukan waktunya untuk saling menyalahkan. Selidiki apa yang menahan suami dari ikut mengerjakan tugas rumah tangga. Boleh jadi penyebabnya tidak sekadar rasa malas atau capek selepas ia bekerja. Kamu pun perlu berintrospeksi. Di bawah ini enam kemungkinan penyebab suami menjaga jarak dari urusan domestik.

1. Keluarganya melarang pria melakukan pekerjaan rumah tangga

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Di zaman semodern ini dengan kesetaraan gender yang terus digaungkan, nyatanya masih ada keluarga yang melarang pria terjun ke ranah domestik. Apalagi masa kecil suamimu sudah lebih dari 20 tahun yang lalu. Sangat mungkin ia menerima ajaran ini dari orangtuanya. Pria bahkan anak laki-laki yang ikut mengurus rumah tangga dinilai sebagai hal yang tak patut.

Tugas itu selalu dibebankan pada anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan. Orangtuanya bahkan menekankan tugas domestik sebagai kewajiban perempuan. Apabila pria mencoba melakukan tugas domestik seringan apa pun seperti menyapu, dia malah kena marah kedua orangtuanya.

Walaupun pada saat suamimu masih anak-anak juga penasaran ingin membantu pekerjaan rumah tangga, ia terus dilarang dengan keras. Maka sampai dia menikah denganmu, ia gak yakin perannya di ranah domestik akan disetujui olehmu. Kamu perlu menggali informasi tentang cara mertuamu membesarkannya.

Diskusikan perihal siapa yang mesti bertanggung jawab atas bermacam-macam tugas rumah. Meski suamimu besar dalam lingkungan yang menganggap tugas domestik terlarang bagi pria, dengan kalian berdiskusi ia masih dapat berubah. Dia akan mempelajari hal-hal baru yang sejak kecil sengaja dijauhkan darinya.

2. Beberapa kali kamu menolak dibantu olehnya

ilustrasi keluarga (pexels.com/PNW Production)

Coba ingat-ingat lagi di awal pernikahan kalian bahkan ketika kamu dan dia masih berpacaran. Apakah kamu sering menolak usahanya untuk membantumu dalam kaitannya dengan tugas rumah tangga? Misalnya, ia menyusulmu ke dapur untuk ikut menyiapkan makanan dan minuman.

Akan tetapi, kamu berkeras menolaknya. Bahkan dirimu berpura-pura marah apabila dia bertahan di dapur. Kamu ingin ia menunggu saja sampai segala sesuatunya beres. Demikian pula ketika makan bersama selesai serta dia bermaksud mencuci perlengkapan makan kalian.

Bukannya membiarkannya saja, kamu malah buru-buru melarangnya dan lagi-lagi mengerjakan semuanya sendiri. Pasanganmu berusaha mempelajari harapanmu serta memenuhinya. Oleh sebab itu, berikutnya dia gak lagi menawarkan bantuan apa pun dan membiarkanmu mengerjakannya sendirian. Sekalipun tadinya maksudmu cuma basa-basi, pasangan mengira kamu memang tak mau dibantu.

3. Kamu terlalu banyak mengkritik dan mengarahkan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Amina Filkins)

Kritik tidak selalu membangun. Malah terkadang kritik bersifat menghancurkan. Kritik yang buruk misalnya disampaikan dengan bahasa yang kasar dan merendahkan. Atau, kritiknya diutarakan dengan cukup sopan tetapi terlalu sering. Pasangan yang menjadi sasaran kritikmu merasa serba salah.

Maksudnya membantumu mengerjakan tugas rumah tangga sebenarnya baik. Dia gak ingin kamu kelelahan dan merasa pernikahan membuatmu terkungkung di rumah terus untuk mengurus ini itu. Namun, banyaknya kritikmu tidak hanya membuat pasangan kesal. Ia juga mengira dirimu gak puas dengan apa yang dikerjakannya.

Arahan berlebihan pun punya dampak yang sama buruknya karena mematikan inisiatif serta kreativitas suami dalam mengatasi tugas domestik. Percayakan saja pada caranya sendiri dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Jangan seolah-olah ia wajib melakukannya seperti caramu selama ini. Beda cara gak apa-apa, terpenting hasilnya beres juga.

4. Memang karakternya mudah ragu dalam segala hal

ilustrasi keluarga (pexels.com/Keira Burton)

Karakter asli seseorang akan memengaruhinya dalam segala situasi. Jika pasanganmu mudah ragu dalam berbagai hal, kemungkinan besar ia pun sulit mantap untuk membantumu mengerjakan tugas rumah tangga. Dia terlalu banyak berpikir hanya buat memutuskan satu hal. Itu pun sering kali ia tetap gagal membuat keputusan.

Keraguannya seharusnya sudah dapat terlihat sejak masa pacaran kalian. Meski dia pria, ia lebih sering bimbang daripada kamu. Ketika dia mengajakmu berkencan, misalnya. Kamu bertanya ia hendak membawamu berkencan di mana? Namun jawabannya malah balik bertanya, "Enaknya kita ke mana ya?"

Sepanjang jalan, dia berubah-ubah tujuan sehingga kalian lebih lama berputar-putar mencari lokasi yang tepat. Waktu untuk kalian duduk dan mengobrol dengan tenang menjadi jauh lebih sebentar. Lantaran karakter aslinya memang gampang ragu, kamu perlu sering-sering memantapkannya akan sesuatu. Termasuk ketika dia hanya berdiri di ambang pintu dapur, minta ia mendekat serta membantumu.

5. Pandangan bahwa anak akan lebih tenang bersama ibunya

ilustrasi mengasuh anak (pexels.com/Tuan PM)

Khusus untuk tugas domestik terkait pengasuhan anak, ada pandangan kuat di masyarakat yang membuat pria kagok. Yaitu, orang-orang sering bilang bahwa anak selalu membutuhkan ibunya. Kalau anak sudah bersama ibunya pasti tenang dan tidak rewel. Pandangan yang melekat kuat di masyarakat ini membuat pria gak percaya diri dengan kemampuannya mengasuh buah hati.

Walau tentu saja, ia sebenarnya juga ingin lebih dekat dengan anak. Namun begitu anak rewel dalam gendongannya, orang-orang kerap menyuruhnya untuk segera memberikannya padamu. Atau, kamu sendiri yang buru-buru mengambil anak darinya. Bila kebetulan anak menjadi lebih tenang setelah bersamamu, suami makin minder.

Untuk membantu suami lebih percaya diri, sangkal anggapan bahwa anak lebih membutuhkanmu di hadapannya dan orang-orang. Katakan bahwa meski kamu yang melahirkannya, pada dasarnya anak bisa dekat dengan siapa saja yang sering bersamanya. Baik itu ayahnya, tantenya, atau bahkan ART. Kedekatan itu yang akan membuatnya lebih mudah tenang karena merasa aman. Mendengar perkataanmu, suami bakal lebih mantap untuk menjalin kedekatan dengan buah hati.

6. Dirimu mengulangi tugas yang sudah dikerjakan suami

ilustrasi pasangan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Jika kamu melakukan tindakan seperti ini pada siapa pun, wajar kalau dia menjadi kecewa bahkan tersinggung. Sebagai contoh, suami sudah mencuci peralatan memasak dan makan kalian. Akan tetapi, dirimu mengulanginya lagi tidak hanya untuk satu atau dua peralatan yang masih ada noda sabunnya.

Walaupun semuanya terlihat bersih, dirimu tetap mengulanginya untuk memastikan kebersihannya. Begitu pula suami baru selesai menyapu satu jam yang lalu, kamu kembali menyapunya. Padahal, gak ada makanan anak yang tumpah atau kotoran lain dalam jumlah banyak.

Untuk sedikit kotoran seperti remah-remah kue, masih bisa diambil dengan jari atau tisu tanpa perlu kamu menyapu ulang seluruh lantai. Bila dirimu mengulangi pengerjaan tugas rumah tangga tersebut, kesannya gak percaya pada kemampuan suami. Ia pun merasa kerja kerasnya sia-sia sehingga ke depan malas melakukannya lagi.

Komunikasi terbuka efektif untuk mengatasi segala masalahmu dengan pasangan. Kalau suami tidak segera sadar ikut membantumu mengerjakan tugas rumah tangga, langsung saja minta tolong padanya. Lalu untuk selanjutnya buat pembagian tugas antara kamu dan dia. Tentu satu sama lain mesti siap saling membantu saat diperlukan. Ketegasan seperti ini bikin suami lebih tahu apa yang harus dilakukannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us