6 Sebab Anak Perempuan Gak Suka Pakai Rok, Haruskah Dipaksa Feminin?

- Anak perempuan ingin berpakaian sesuai dengan teman-temannya agar merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
- Potongan rok yang terbuka tidak cocok untuk anak perempuan yang aktif dan suka olahraga, membuatnya lebih memilih celana.
- Anak perempuan bisa merasa tertekan jika dipaksa mengenakan rok, padahal feminin lebih tentang karakter daripada pakaian.
Ketika kamu dan pasangan dikaruniai anak perempuan, mungkin kalian sudah membayangkan akan mendandaninya dengan berbagai pakaian cantik dan aksesori yang lucu-lucu. Bahkan saat bayi masih dalam kandungan, begitu kalian tahu jenis kelaminnya langsung buka-buka online shop. Meski di awal kelahirannya nanti pakaiannya cenderung sama dengan bayi laki-laki, setelah usia 1 tahun sudah bisa mulai didandani khas perempuan.
Ada banyak model rok dan gaun untuk anak perempuan. Bando serta pitanya juga bikin kalian ingin membeli semuanya. Ketika anak belum bisa menolak kehendak orangtua, dia memang mengikuti saja selera busana kalian. Namun, bagaimana jika begitu ia dapat memprotes mulai menolak rok dan lebih memilih celana?
Walaupun dirimu mencoba membujuknya, dia tetap gak mau memakai rok. Bila kamu serta pasangan sedikit lagi lebih mendesak, nanti anak malah rewel. Sikapi keengganan anak perempuan mengenakan rok secara bijaksana. Penolakannya pada rok atau gaun dan kesukaannya akan celana pendek maupun panjang biasanya dilatarbelakangi oleh enam hal berikut.
1. Saudara dan teman mainnya kebanyakan laki-laki

Lihat anak-anak di sekitar kalian. Apa yang mereka kenakan sedikit banyak akan memengaruhi pilihan anakmu. Tidak terkecuali soal pakaian. Anakmu mengamati dan berusaha semirip mungkin baik dengan saudara-saudara maupun kawan-kawannya. Terlihat sama dengan mereka membuatnya merasa benar-benar menjadi anggota kelompok tersebut.
Maka anakmu yang perempuan juga ingin mengenakan model pakaian yang semirip mungkin dengan saudara serta temannya. Meski potongannya agak berbeda, setidaknya masih sama-sama celana dan kaus. Bukan rok apalagi gaun yang tampak tidak cocok untuknya beraktivitas bareng mereka.
Lain halnya apabila mayoritas saudara serta temannya juga perempuan. Kalau mereka mengenakan pakaian khas perempuan, anakmu juga dengan senang hati memakainya. Meski demikian, hindari melarang anak berdekatan dengan saudara serta temannya yang laki-laki. Soal rok atau celana tidak benar-benar penting baginya. Ia hanya senang berada di antara mereka dan mencoba mengidentifikasi diri sebagai bagian dari kelompok itu.
2. Karakternya aktif dan sporty

Bagaimanapun juga, potongan rok dengan celana memang sangat berbeda. Celana rapat membungkus kali sedangkan rok sangat terbuka di bagian bawah. Rok kurang cocok dikenakan oleh anak perempuan yang bergerak aktif dan menyukai olahraga atau segala kegiatan yang penuh tantangan.
Walaupun mengenakan rok lebih gampang daripada celana, ketika digunakan buat bergerak aktif malah ribet. Anak tidak leluasa melangkah, berlari, melompat, dan melakukan gerakan-gerakan lainnya. Rok bila terkena angin sedikit saja juga sudah tersingkap.
Anak yang telah tahu bahwa bagian tertentu tubuhnya gak boleh dilihat oleh sembarang orang menjadi tidak bebas bergerak. Meski kamu sudah memakaikan celana pendek tipis di bagian dalamnya, anak tetap tak nyaman. Lebih enak buatnya memakai celana pendek atau panjang seperti anak laki-laki. Mau dia bergerak seaktif apa pun tetap aman.
3. Pakai rok sering diledek teman

Teman yang sering meledeknya ketika memakai rok biasanya laki-laki. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan teman perempuan pun melakukan hal yang sama. Khususnya ketika rok yang dikenakannya tersingkap atau anakmu duduk dengan kaki mengangkang. Anakmu tahu bahwa dia harus melindungi bagian tertentu tubuhnya dari tatapan orang lain.
Namun, sulit untuknya bersikap bak perempuan dewasa yang gak pernah lupa untuk mengatupkan kedua kaki ketika duduk. Di usianya saat ini, perhatiannya lebih tertuju ke kegiatan yang seru. Bukan sibuk mengingat-ingat cara menjaga roknya supaya tak tersingkap.
Tapi sekejap saja roknya naik atau posisi duduknya salah, teman-teman langsung meledeknya. Anak yang gak bisa cuek bakal meminta besok-besok pakai celana saja. Selama celananya tidak robek ketika dipakai bermain, kawan-kawannya gak bakal meledek. Ia pun terhindar dari rasa malu dan kesal.
4. Banyak perempuan di sekitarnya juga mengenakan celana

Gaya berpakaian anak juga amat dipengaruhi oleh perempuan-perempuan di sekitarnya baik yang sepantar maupun sudah dewasa. Apabila ibunya saja sering mengenakan celana, anak tentu ingin menirunya. Atau ibunya memakai rok, tetapi banyak perempuan lain seperti tetangga dan gurunya yang mengenakan celana panjang.
Dalam hal ini, kamu serta pasangan mesti memaklumi. Bayangan serunya mendandani anak perempuan memang menjadi gak bisa sepenuhnya diwujudkan. Namun, sebetulnya kalian masih dapat bereksperimen dengan aneka model celana anak dan atasannya.
Meski anak lebih senang mengenakan celana, bukan artinya dia juga akan menolak setiap aksesori khas perempuan. Ajak anak melihat-lihat serta memilih sendiri aksesorinya. Kalaupun sejak kecil gayanya lebih ke tomboi, ini pun bukan masalah.
Memang lebih simpel gaya berpakaian anak laki-laki daripada perempuan. Anakmu barangkali menyukai sisi praktisnya ini. Ia tidak perlu bando atau bandana. Cukup topi yang gak gampang terlepas saat dipakai berlari-lari sekaligus melindungi kepala dari panas.
5. Pakai celana terasa lebih hangat

Perbedaan potongan membuat rok dan celana juga memberikan kenyamanan yang tak sama. Celana membalut seluruh sisi setiap kaki, sedangkan rok sangat terbuka di bagian bawahnya. Ini membuat rok lebih nyaman dikenakan ketika udara panas. Sebaliknya, celana pendek sekalipun terasa lebih hangat dibandingkan rok pendek.
Kalau anak merasa mudah dingin oleh embusan angin, dia akan lebih suka mengenakan celana. Lantaran alasannya berkaitan dengan suhu, biarkan anak memilih sendiri pakaian yang nyaman untuknya. Jangan berkeras anak mesti mengenakan rok kalau sebetulnya ia merasa dingin.
Nanti malah anak mudah jatuh sakit. Anak memang belum bisa mengatakan dengan jelas soal hangatnya mengenakan celana yang menyelubungi setiap kakinya. Orangtua yang kudu pengertian. Jangan cuma fokus pada penampilan anak dari luar dan mengabaikan kenyamanannya.
6. Di sekolah sudah memakai rok terus

Umumnya siswi sekolah mengenakan rok setiap hari. Kecuali, saat pelajaran olahraga yang membuatnya memakai celana panjang. Oleh sebab itu, wajar apabila sepulang sekolah anak ingin mengenakan celana pendek atau panjang. Tak terlalu berbeda dengan orang dewasa, anak juga bisa bosan dengan model pakaian yang sering dipakainya.
Anak ingin merasakan kenyamanan dari model bawahan yang lain. Hindari membesar-besarkan masalah ini. Selama anak masih pergi ke sekolah mengenakan rok sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya ia tetap tahu saat yang tepat buat memakai rok atau celana.
Jangan berpikir justru karena di sekolah anak telah mengenakan rok seragam, maka seharusnya di rumah pun dia terbiasa memakai rok atau gaun. Tentu ada anak perempuan yang hampir selalu mengenakan rok seperti itu. Akan tetapi, ingat bahwa anakmu memakai celana pun tidak lantas berubah menjadi anak laki-laki. Dia tetap anak perempuanmu yang cantik.
Kendati tampak remeh di mata orang dewasa, anak perempuan dapat tertekan apabila dipaksa mengenakan rok. Sama tertekannya dengan anak perempuan atau perempuan dewasa yang gak percaya diri memakai celana, tetapi diwajibkan mengenakannya. Jangan khawatir anak menjadi kurang feminin sebab feminin atau maskulin sebenarnya tentang karakter dalam diri, bukan sebatas pakaian.