Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Menjelaskan Perceraian pada Anak, Harus Hati-Hati Bicara

ilustrasi orangtua bercerai (freepik.com/freepik)
ilustrasi orangtua bercerai (freepik.com/freepik)

Perceraian adalah hal yang tidak diinginkan oleh tiap pasangan. Namun, ketika keputusan untuk berpisah sudah mutlak, menjadi tanggung jawab bagi pasangan untuk menjelaskan situasi tersebut kepada orang terdekat, termasuk anak. Saat membicarakan topik ini, diperlukan kebijaksanaan dan kepekaan. 

Tidak hanya asal bicara, tetapi harus hati-hati memilih kata agar anak memahami situasi tersebut dengan baik. Ada beberapa cara untuk menjelaskan perceraian kepada anak yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini. Mengetahui cara ini penting agar pasangan dapat berpisah secara baik-baik tanpa mengorbankan perasaan anak. 

1. Pilih waktu yang tepat

ilustrasi orangtua dan anak (freepik.com/freepik)
ilustrasi orangtua dan anak (freepik.com/freepik)

Memilih momen yang sesuai dapat menciptakan atmosfer yang kondusif. Ini membantu agar anak dapat fokus sepenuhnya pada pembicaraan tanpa distraksi. Sebaiknya, pilih waktu ketika pasangan sudah tenang dan tidak ada keharusan mendesak, seperti ujian sekolah anak. 

Selain itu, pertimbangkan pula keadaan emosional anak. Jika mereka sedang dalam keadaan tertekan atau cemas, mungkin lebih baik menunda pembicaraan tersebut hingga anak stabil. Pemilihan waktu yang tepat memberikan ruang untuk semua pihak mengungkapkan perasaan secara terbuka. 

2. Pilih bahasa sesuai usia anak

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/karlyukav)
ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/karlyukav)

Anak-anak pada setiap tahap perkembangan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk menjelaskan perceraian dengan bahasa yang sesuai usia anak. Ini memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik.

Untuk anak yang lebih muda, sebaiknya gunakan nada bicara yang lembut dan menenangkan. Selain itu, buat kata-kata lebih sederhana tanpa memberikan terlalu banyak detail tidak perlu. Sementara untuk anak yang lebih besar, pasangan dapat menjelaskan situasi secara mendalam. Jelaskan dengan jujur mengenai alasan di balik perceraian, tanpa menyalahkan pihak tertentu. Pastikan untuk memberikan dukungan pada anak sehingga mereka lebih tenang. 

3. Terbuka dan jujur

ilustrasi menjelaskan perceraian (freepik.com/freepik)
ilustrasi menjelaskan perceraian (freepik.com/freepik)

Ketika menjelaskan perceraian kepada anak, terbuka dan jujur adalah kunci untuk membangun dasar komunikasi yang sehat. Menjelaskan alasan di balik perceraian tanpa menyembunyikan fakta atau alasan ambigu, membantu anak untuk memahami situasi dengan lebih baik. Kejujuran juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan perasaan, karena mereka merasa lebih nyaman untuk berbicara tanpa takut dihakimi.

Perlu diingat bahwa jujur bukan hanya tentang menjelaskan perceraian kepada anak, tetapi juga mengakui perasaan mereka. Jika anak memiliki pertanyaan atau kekhawatiran, berikan jawaban apa adanya. Dengan begitu, anak merasa didengar dan dihargai. 

4. Biarkan anak mengekspresikan perasaan

ilustrasi menenangkan anak (freepik.com/Drazen Zigic)
ilustrasi menenangkan anak (freepik.com/Drazen Zigic)

Setelah mendengar penjelasan orangtua mereka akan bercerai, anak mungkin merasa bingung, khawatir, sedih, atau bahkan marah. Oleh karena itu, penting untuk memberikan ruang anak mengekspresikan perasaan mereka. Jangan mengabaikan atau menghakimi dengan mengatakan mereka beraksi berlebihan. 

Pasangan dapat mendorong mereka mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Dengarkan mereka dengan penuh empati dan perhatian. Ini penting agar anak dapat merasa dicintai, meski dalam situasi sulit. Sehingga, anak dapat menerima perubahan dalam keluarganya dengan lapang dada. 

5. Beri pengertian bahwa itu bukan kesalahan anak

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Kindel Media)

Mengetahui keluarganya tidak lagi utuh, dapat membuat anak merasa hidupnya hancur. Mereka mungkin menyalahkan diri sendiri dan bertanya-tanya apakah ada yang bisa dilakukan untuk mencegah perceraian tersebut.  Oleh karena itu, pasangan harus menjelaskan bahwa perceraian mereka bukan kesalahan anak, melainkan keputusan bersama. 

Penting pula untuk memberikan penekanan bahwa kedua orangtua tetap akan terlibat dalam kehidupan anak. Pasangan perlu meyakinkan anak bahwa keputusan bercerai tidak mengubah perasaan sayang kepada anak. Dengan begitu, anak tidak lagi menyalahkan diri dan situasi yang terjadi. 

6. Jelaskan rencana masa depan

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/freepik)
ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/freepik)

Saat menjelaskan perceraian, memberikan gambaran tentang rencana masa depan adalah langkah penting untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan anak. Merinci secara jelas mengenai bagaimana kehidupan akan berubah, seperti jadwal pertemuan dengan kedua orangtua dan perubahan tempat tinggal adalah contohnya. Ini harus disampaikan sehingga anak memahami dinamika yang akan terjadi. 

Selain itu, pasangan dapat melibatkan anak dalam mengambil keputusan tentang rencana masa depan. Misalnya, memberi mereka opsi dalam menentukan jadwal pertemuan atau memilih tempat tinggal. Jika diperlukan, pasangan bisa meminta bantuan konselor pernikahan terkait ini. Ingat bahwa anak memiliki hak untuk menentukan pilihan dan pasangan harus menerima keputusan anak. 

7. Jangan memberikan janji yang tidak bisa ditepati

ilustrasi orangtua dan anak (freepik.com/freepik)
ilustrasi orangtua dan anak (freepik.com/freepik)

Anak sangat rentan dengan janji palsu. Oleh karena itu, ketika berbicara tentang masa depan, pastikan untuk realistis dan berbicara jujur tentang hal yang belum bisa diprediksi. Misalnya, jangan memberikan janji untuk selalu hadir dalam kegiatan sekolah anak jika kenyataannya tempat tinggal baru terlalu jauh. Alih-alih mengatakan “pasti”, coba ubah menjadi, “Ayah/ibu tentu ingin menemanimu, tetapi jika ada hal mendesak mohon maklum, ya.”

Kejujuran adalah hal utama untuk menghindari rasa kecewa anak. Dengan lebih realistis tanpa memberikan janji palsu, pasangan dapat membangun hubungan saling percaya dengan anak. Bukan berarti mengabaikan anak, tetapi realistis menghadapi perubahan hidup setelah perceraian. 

Ketika menjelaskan perceraian kepada anak, diperlukan integritas, keterbukaan, dan kepala dingin. Melalui komunikasi yang realistis dan jujur, pasangan dapat membantu anak memahami perubahan yang terjadi dalam keluarga. Penting pula memastikan anak merasa didukung, dicintai, dan dihargai meski orangtua mereka berpisah. Sehingga, anak dapat melalui perceraian orangtua dengan lapang dada tanpa merasa hidupnya hancur. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Isnaini
EditorAnnisa Isnaini
Follow Us