Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Kalimat 'Nyinyir' Paling Mengusik Para Ibu Muda, Saatnya Kebal Yuk!

pexels.com/Moose Photos

Moms, kamu tentu gak bisa mengatur hal apa yang orang lain akan katakan atau komentari tentangmu. Kadang, lawan bicaramu hanya berkata apa adanya sesuai dengan apa yang mereka lihat tanpa memedulikan perasaanmu karena mendengarnya. Mereka sering gak sadar kalau sesuatu yang mereka omongkan justru bikin kamu gak nyaman, gak pede, atau rendah diri.

Alih-alih baper akibat 'perhatian' yang mereka berikan padamu, coba deh mulai sekarang kamu bersikap lebih cuek dengan komentar dan pertanyaan-pertanyaan mengusik dari mereka. Sudah saatnya kamu kebal sama kalimat-kalimat ini, bukan lagi baper atau minder.

1. "Tinggal di kampung dulu aja yang lama, gak usah buru-buru balik rumah. Kan kamu pengangguran, di rumah juga gak ngapa-ngapain kan?"

pexels.com/rawpixel

Karena gak lagi kerja kantoran, orang tuamu jadi menganggapmu pengangguran yang sama sekali gak kerja apa-apa di rumah. Padahal sebenarnya mereka tahu kalau selain mengurus anak, kamu juga menyambi jualan online dan aktif jadi freelance writer.

Tapi tetap saja, karena judul pekerjaanmu bukan di kantor, orang tuamu bakal tetap menilaimu pengangguran. Alhasil, menyuruhmu tinggal lebih lama di kampung halaman menjadi sesuatu yang sering mereka minta ketika kamu mudik.

2. "Badan anakmu kok segitu-segitu aja sih dari dulu? Kamu gak telaten nyuapin ya?"

pixabay.com/Bess Hamiti

Namanya juga anak-anak. Fase susah makan adalah hal lumrah yang terjadi pada mereka, termasuk pada anakmu. Saat orang lain mengomentari postur tubuh anakmu yang gak banyak mengalami pertumbuhan, lalu mengiramu gak telaten menyuapinya, sebaiknya sih sikapi dengan santai. Jadikan komentar mereka penyulut semangatmu untuk lebih rajin menyuapi anakmu.

3. "Emang gak sumpek ya tinggal di kontrakan kecil kaya gitu? Anakmu kan banyak."

aifs.gov.au

Pilih mana, menyewa rumah dengan ukuran lebih luas namun biaya sewanya melebihi kapasitas finansial keluargamu, atau tinggal di kontrakan sederhana tapi gak ada beban membayar sewa yang tinggi?

Biar saja sedikit senggol-senggolan dengan sesama anggota keluarga akibat luas kontrakan yang pas-pasan untuk empat anggota keluarga. Yang penting kamu dan suami gak terbebani dengan biaya sewa kontrakan yang mahal. Gak perlu pedulikan apa kata orang-orang tentang kondisi kamu ini.

4. "Kamu diapain aja sama suamimu? Kok tambah kurus gini badannya."

unsplash.com/Katie Emslie

Ditakdirkan punya badan mungil, kamu kerap menjadi pusat perhatian teman-temanmu lantaran badanmu dari dulu segitu-gitu saja padahal sudah punya anak. Beberapa malah ada yang menganggap badanmu makin mengurus. Meninjau angka di timbangan, sebenarnya berat badanmu masih sama. Tapi, kenapa mereka selalu menilai badanmu tambah kecil?

Gak usah pedulikan anggapan kawan-kawanmu tadi. Meski dari sudut padang mereka kamu tampak lebih kurus, yang penting kamu sehat. Kalaupun berat badanmu betul-betul menurun akibat ada masalah dengan suami, tetap abaikan saja komentar mereka. Cobalah untuk tetap percaya diri dengan apapun bentuk tubuhmu.

5. "Kenapa gak kerja? Umurmu kan masih muda. Gak kasihan sama suami kerja banting tulang tiap hari?"

blog.sukawu.com

Kalimat bernada nyinyir seperti ini masih sering terdengar dari mulut orang-orang yang sok tahu dengan kondisi rumah tanggamu. Mereka sebenarnya gak paham dengan persoalan keluargamu, tapi tetap ada saja yang bisa mereka komentari, termasuk selepas tahu kamu gak bekerja.

Daripada gemas sering mendapat komentar seperti itu, kamu bisa menimpalinya dengan kalimat ini, "Justru suami saya yang meminta saya gak bekerja. Dia ingin saya mengurus rumah dan anak saja. Cari nafkah biar jadi urusan dia."

6. "Kamu kerja lagi sekarang? Kasihan dong anakmu, ditinggal terus tiap hari."

pexels.com/Christina Morillo

Memang ya, lidah manusia tak bertulang. Gak kerja dikomentari, kembali kerja tetap saja dinyinyirin. Kalau sudah begini, kamu hanya perlu ingat satu hal, bahwa setiap istri atau ibu, baik ibu rumah tangga atau ibu pekerja, pasti punya dramanya masing-masing. Kamu punya porsi perjuanganmu masing-masing. Balik lagi ke dirimu, lebih nyaman dan bahagia sebagai apa.

Apapun profesi seorang istri atau ibu, yang terpenting kamu bisa bahagia dengan profesi tersebut. Buat apa jadi ibu rumah tangga tapi sebenarnya kamu lebih nyaman dan bahagia jadi ibu pekerja. Begitu pun sebaliknya. Yang perlu kamu ingat, apapun profesi kamu, kamu gak boleh lupa dengan kewajiban utama kamu sebagai seorang istri dan ibu.

7. "Kapan nih anakmu punya adik? Udah gede lho dia, udah pantes punya adik."

unsplash.com/Xavier Mouton Photographie

Kamu merasa gak nyaman dengan pertanyaan ini setiap berkumpul dengan keluarga atau teman-teman? Pada dasarnya, mereka hanya perhatian sama kamu, ingin agar kamu sekalian punya banyak anak mumpung masih muda.

Hanya saja mereka gak sadar kalau terlalu sering mendapat pertanyaan tersebut juga lama-lama bikin kamu risih. Kunci menghadapinya cuma sabar sambil tarik napas, sembari jawab, "Doakan saja ya!"

8. "Jauh-jauhan sama suami apa enaknya sih? Kenapa gak salah satu mengalah biar bisa hidup satu atap?"

stylecaster.com

Lagi-lagi mereka gak mengerti tentang alasan kenapa rumah tangga kamu masih berstatus long distance marriage. Mereka mungkin merasa kasihan sama kamu, hidup jauh dari suami sambil merawat anak-anak.

Bila kalimat pertanyaan seperti itu datang menghampirimu, jawab saja dengan tenang, "Bantu doa saja ya biar cepat dipersatukan." Kamu gak perlu berlarut-larut baper karenanya.

Catat ya moms, bukan zamannya lagi kamu gampang baper karena komentar orang yang sebenarnya gak paham kondisi kamu. Mulai sekarang kamu harus bisa kebal sama semua komentar nyinyir atau kalimat yang bikin kamu gak nyaman. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri aja!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us