Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Slow Parenting Cocok Diterapkan di Era Digital

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Membantu anak fokus di tengah banjir informasiSlow parenting membantu anak membangun konsentrasi yang kuat dan belajar menikmati proses, bukan hanya hasil.
  • Menumbuhkan kemandirian dan rasa percaya diriOrangtua memberi ruang pada anak untuk mengambil keputusan kecil, membantu mereka tumbuh lebih percaya diri.
  • Mengurangi stres akibat pola hidup serba cepatSlow parenting mengurangi tekanan dan menekankan keseimbangan hidup, sehingga anak bisa tumbuh bahagia dan sehat secara emosional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu merasa kewalahan dengan cepatnya perkembangan teknologi di era digital ini? Anak-anak kini tumbuh dalam lingkungan yang serba instan dengan gawai dan media sosial yang terus mempengaruhi cara mereka berpikir dan berinteraksi. Dalam situasi seperti ini, slow parenting hadir sebagai pendekatan yang menekankan ketenangan, kesabaran, dan kualitas hubungan antara orangtua dan anak.

Slow parenting bukan berarti membiarkan anak tanpa arahan, melainkan memberi ruang agar anak bisa berkembang sesuai ritme alaminya. Gaya pengasuhan ini semakin relevan ketika distraksi digital membuat banyak anak kehilangan fokus dan ketenangan. Yuk, simak alasan mengapa slow parenting bisa menjadi solusi terbaik di era digital.

1. Membantu anak fokus di tengah banjir informasi

ilustrasi anak belajar dengan orangtua
ilustrasi anak belajar dengan orangtua (pexels.com/Julia M Cameron)

Di era digital, anak-anak mudah terdistraksi oleh notifikasi, game online, atau media sosial. Slow parenting membantu orangtua menciptakan ruang yang tenang agar anak dapat fokus pada aktivitas yang lebih bermakna. Dengan cara ini, anak belajar membangun konsentrasi yang lebih kuat tanpa harus terburu-buru.

Selain itu, pendekatan ini mengajarkan anak pentingnya menikmati proses, bukan sekadar hasil. Saat anak terbiasa fokus, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan belajar maupun kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemandirian dan rasa percaya diri

ilustrasi anak sedang belajar
ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Slow parenting mendorong anak untuk mencoba hal-hal baru tanpa tekanan berlebihan. Alih-alih terus-menerus mengontrol, orangtua memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan kecil dalam hidupnya. Hal ini membantu anak merasa lebih percaya diri dalam menjalani rutinitas.

Dengan terbiasa diberi ruang, anak juga belajar bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kemandirian yang tumbuh sejak dini akan sangat berguna di era digital, di mana anak harus bijak dalam memilah informasi dan aktivitas online.

3. Mengurangi stres akibat pola hidup serba cepat

ilustrasi anak bahagia
ilustrasi anak bahagia (pixabay.com/ast25rulos)

Banyak anak kini mengalami stres sejak kecil karena jadwal yang padat dan ekspektasi tinggi. Slow parenting menawarkan alternatif dengan mengurangi tekanan dan lebih menekankan keseimbangan hidup. Dengan cara ini, anak bisa tumbuh dengan lebih bahagia dan sehat secara emosional.

Orangtua juga ikut merasakan manfaatnya karena pola pengasuhan ini lebih santai. Hubungan keluarga pun terasa lebih harmonis tanpa tuntutan yang terlalu menekan.

4. Meningkatkan kualitas interaksi orangtua dan anak

ilustrasi orangtua memeluk anak
ilustrasi orangtua memeluk anak (pexels.com/Vlada Karpovich)

Di tengah gawai dan kesibukan sehari-hari, waktu berkualitas sering terabaikan. Slow parenting menekankan pentingnya kehadiran penuh orangtua ketika bersama anak. Hal sederhana seperti mendengarkan cerita anak tanpa distraksi bisa memberikan dampak besar.

Interaksi yang lebih tulus akan memperkuat ikatan emosional dalam keluarga. Anak pun merasa lebih dihargai dan didengar sehingga tumbuh dengan rasa aman.

5. Membiasakan anak menghargai waktu dan proses

ilustrasi anak remaja belajar bersama orangtua
ilustrasi anak remaja belajar bersama orangtua (pexels.com/Gustavo Fring)

Era digital sering membuat anak terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instan. Slow parenting mengajarkan anak bahwa tidak semua hal bisa didapatkan dengan cepat. Anak belajar bahwa proses memiliki nilai yang sama pentingnya dengan hasil.

Dengan pemahaman ini, anak tumbuh lebih sabar dan tidak mudah frustrasi ketika menghadapi kesulitan. Mereka pun lebih siap menghadapi realita kehidupan yang sering kali membutuhkan ketekunan.

Slow parenting bukan sekadar gaya pengasuhan, melainkan cara membangun lingkungan yang lebih sehat bagi tumbuh kembang anak. Jadi, sudah siap untuk melangkah lebih pelan dan menikmati setiap momen berharga bersama si kecil?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us