Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Parentification? Pengertian, Ciri-Ciri, dan Dampaknya

ilustrasi anak menenangkan ibu (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi anak menenangkan ibu (pexels.com/Keira Burton)
Intinya sih...
  • Parentification adalah kondisi ketika anak mengambil peran orangtua dalam keluarga
  • Ciri-ciri anak yang mengalami parentification antara lain merasa harus bertanggung jawab atas keluarga dan sulit menikmati masa anak-anak secara bebas
  • Penyebab parentification antara lain masalah kesehatan, gangguan mental orangtua, kurangnya dukungan dari orang dewasa lainnya, dan kesulitan ekonomi

Sejak kecil, kamu sudah terbiasa mengurus adik, membantu pekerjaan rumah, bahkan jadi tempat curhat orangtua saat mereka sedang bertengkar. Di usia yang seharusnya kamu gunakan untuk bermain dan belajar, kamu justru merasa harus menjadi dewasa lebih cepat dari teman-teman sebayamu. Mungkin saat itu kamu berpikir, "Ini hal biasa, namanya juga anak pertama." Tapi tanpa sadari, pengalaman seperti itu bisa meninggalkan luka emosional sampai kamu dewasa.

Fenomena ini dikenal dengan istilah parentification. Meski sering dianggap wajar di banyak keluarga, sebenarnya ada dampak tersembunyi yang perlu dipahami.

Apa itu parentification, bagaimana ciri-cirinya, dan apa dampak yang bisa ditimbulkan? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Pengertian parentification

ilustrasi anak mengalami masalah (freepik.com/freepik)
ilustrasi anak mengalami masalah (freepik.com/freepik)

Dilansir dari Hatiplong, parentification adalah kondisi ketika peran orangtua dan anak tertukar. Alih-alih memberi dukungan fisik, emosional, atau finansial, orangtua justru mengandalkan anak untuk memenuhi itu semua.

Situasi ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti ketidakmatangan emosional orangtua, kondisi ekonomi yang sulit, orangtua yang sakit atau mengalami gangguan mental, banyaknya jumlah anak, atau adanya saudara dengan disabilitas.

2. Ciri-ciri anak yang mengalami parentification

ilustrasi anak mengalami masalah (unsplash.com/Annie Spratt)
ilustrasi anak mengalami masalah (unsplash.com/Annie Spratt)

Dilansir dari laman Psychology Today, terdapat ciri-ciri anak yang mengalami kondisi parentification ini. Berikut adalah ciri-cirinya:

  • Merasa ia harus bertanggung jawab atas keluarganya
  • Sejak kecil sulit menikmati masa anak-anak secara bebas
  • Jadi saksi pertengkaran orangtua atau terlibat sebagai penengah dalam konflik keluarga
  • Merasa diberi tanggung jawab yang tidak sebanding dengan usia, misal harus bekerja atau mengurus adik saat masih muda
  • Sering disebut sebagai anak yang ‘lebih dewasa dari usianya’
  • Terbiasa mengandalkan diri sendiri dan merasa sungkan meminta bantuan orang lain
  • Mengambil alih tanggung jawab keluarga karena orangtua kesulitan menjalankan perannya
  • Cenderung mengambil peran sebagai pengasuh atau perawat, bahkan di luar lingkungan keluarga, meskipun harus mengesampingkan diri sendiri
  • Punya empati yang tinggi terhadap orang lainnya
  • Merasa harus selalu jadi penengah dan penjaga kedamaian dalam situasi konflik
  • Sering merasa tak dihargai atau bahkan dilupakan oleh mereka yang dibantu

3. Penyebab parentification

ilustrasi orang tua berbicara pada anak (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi orang tua berbicara pada anak (pexels.com/August de Richelieu)

Parentification biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada faktor-faktor tertentu yang mendorong terjadinya pertukaran peran antara orangtua dan anak. Melansir dari laman Psychology Today, berikut adalah penyebab parentification dalam keluarga:

  • Orangtua mengalami masalah kesehatan
  • Orangtua menggunakan zat terlarang atau zat adiktif
  • Orangtua mengalami gangguan kesehatan mental
  • Kurangnya dukungan yang memadai kepada orangtua dari orang dewasa lainnya

Adapun penyebab parentification lainnya melansir laman HatiPlong:

  • Orangtua belum matang secara emosional
  • Jumlah anak yang banyak
  • Memiliki saudara kandung dengan disabilitas
  • Kesulitan ekonomi

4. Dampak parentification

ilustrasi anak memiliki masalah (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi anak memiliki masalah (pexels.com/Pixabay)

Parentification jelas memberi dampak bagi anak yang mengalaminya. Meski kondisi ini terjadi saat anak masih berusia dini, parentification bisa berdampak hingga anak dewasa. Dilansir dari laman web HatiPlong, berikut adalah dampak dari parentification:

  • Sulit menentukan boundaries
  • Cenderung mengutamakan kebutuhan orang lain agar disukai atau diterima
  • Sering dihantui rasa cemas karena sejak kecil terbiasa menghadapi tekanan yang terlalu besar untuk usianya
  • Mengejar kesempurnaan atau bekerja tanpa henti karena merasa bertanggung jawab memenuhi kebutuhan orang lain
  • Merasa canggung atau kesulitan dalam membangun koneksi sosial yang stabil
  • Ada bagian dari tumbuh kembangnya yang tertinggal, sehingga beberapa hal terasa lebih sulit dilakukan
  • Lebih sering diam atau mengalah, dan tidak terbiasa menyampaikan pendapat secara tegas

5. Langkah-langkah untuk pulih dari parentification

ilustrasi anak memiliki masalah (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi anak memiliki masalah (pexels.com/Pixabay)

Mengalami parentification bukan berarti kamu tidak bisa pulih. Memang tidak mudah, apalagi jika kamu sudah terbiasa menomorsatukan kebutuhan orang lain sejak kecil. Tapi kabar baiknya, proses penyembuhan selalu bisa dimulai. Berikut hal yang bisa kamu lakukan:

  1. Sadari dan akui perasaanmu: Ini adalah langkah awal yang penting. Kamu harus menyadari bahwa apa yang kamu alami dulu bukan hal yang seharusnya ditanggung anak-anak. Validasi perasaanmu dan jangan meremehkannya.
  2. Pelajari tentang inner child dan trauma masa kecil: Kamu harus bisa memahami bahwa luka batin bisa berasal dari masa lalu, dan memahaminya akan membantumu melihat pola yang selama ini terbentuk dalam dirimu.
  3. Batasi peran yang terlalu besar dalam keluarga: Kalau kamu masih merasa harus 'ada' untuk keluarga, coba pelan-pelan ciptakan batasan. Kamu berhak fokus pada hidup dan kebahagiaanmu sendiri.
  4. Pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional: Konseling atau terapi bisa jadi langkah besar untuk mengenali luka batin dan memulihkan diri. Seorang psikolog bisa membantumu memahami dan menyusun strategi untuk pulih.
  5. Bangun hubungan yang sehat: Coba belajar menerima bantuan, mengatakan tidak, dan membuka ruang untuk diri sendiri.

Demikian penjelasan tentang parentification, mulai dari pengertian, ciri-ciri, penyebab, dampak, dan apa yang harus dilakukan jika mengalaminya. Jika kamu mengalami kondisi ini, mulailah untuk mengambil langkah-langkah untuk mengubah pola tersebut dengan mengenali perasaanmu dan cari cara untuk menetapkan boundaries yang sehat. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us