4 Cara Atasi Overstimulasi saat Mengurus Anak Sepanjang Hari

- Mengurus anak sepanjang hari bisa menyebabkan overstimulasi
- Ambil jeda 5 menit, kurangi kebisingan, atur ekspektasi, dan libatkan pasangan atau support system
- Overstimulasi bisa mengakibatkan kesulitan fokus dan kehilangan kesabaran pada anak
Mengurus anak sepanjang hari memang penuh dengan momen manis, tapi di balik itu ada juga sisi yang jarang diomongin, apalagi kalau bukan overstimulasi. Bayangkan, dari pagi sampai malam, ada suara tangisan, permintaan “Mamaaaa… Papa…” yang gak ada habisnya, rumah yang berantakan, sampai notifikasi WA grup yang terus bunyi. Lama-lama kepala jadi panas, telinga berisik, dan hati pun gampang meledak. Itu semua tanda overstimulasi, kondisi ketika otak dan indera kita terlalu penuh menerima rangsangan.
Masalahnya, overstimulasi sering dianggap sepele. Padahal, kalau dibiarkan, efeknya bisa bikin kita gampang marah, susah fokus, bahkan kehilangan kesabaran pada anak. Padahal anak bukanlah sumber masalahnya, melainkan kondisi tubuh dan pikiran kita yang sudah “kelebihan muatan.” Nah, biar gak terus-terusan kewalahan, yuk, simak cara simpel buat mengatasi overstimulasi saat mengurus anak seharian.
1. Ambil jeda meski cuma 5 menit

Kedengarannya sepele, tapi punya waktu istirahat sebentar bisa jadi penyelamat. Gak harus pergi jauh atau ninggalin rumah, cukup tarik napas di kamar, ke toilet sebentar tanpa gangguan, atau duduk di pojok rumah sambil minum air. Walau cuma 5 menit, itu udah bisa bantu otak dan tubuh kita merasa “reset” sejenak.
Kadang orang tua merasa bersalah kalau ambil waktu buat diri sendiri. Tapi percayalah, itu justru bikin kita lebih siap menghadapi anak lagi. Jadi jangan ragu buat bilang, “Mama ke kamar mandi sebentar ya,” lalu ambil waktu tenang meski sebentar. Ingat, istirahat kecil itu bukan egois, tapi bentuk menjaga kewarasan.
2. Kurangi kebisingan di sekitar

Penyebab overstimulasi paling besar adalah suara. Anak minta ini-itu, TV nyala, mainan bunyi-bunyian, plus notifikasi HP yang gak berhenti. Gak heran kalau kepala rasanya mau pecah. Jadi, coba atur ulang suasana biar lebih tenang. Matikan TV kalau gak perlu, jauhkan mainan yang suaranya bikin bising, dan atur volume notifikasi biar gak terlalu ribut.
Kalau memungkinkan, pasang musik yang menenangkan atau suara alam. Suara air hujan atau kicau burung bisa bikin suasana hati lebih adem. Kamu juga bisa pakai headphone peredam suara kalau lagi butuh banget fokus. Ingat, lingkungan yang lebih tenang akan bantu pikiran ikut tenang. Overstimulasi seringkali berkurang drastis hanya dengan mengendalikan suara sekitar.
3. Atur ekspektasi dan jangan kejar kesempurnaan

Overstimulasi sering muncul karena kita merasa harus mengerjakan semuanya sekaligus: anak harus tenang, rumah harus rapi, kerjaan harus kelar. Padahal, semua itu mustahil dikerjakan dalam satu waktu. Kalau kita terus memaksa, ujung-ujungnya malah stres sendiri. Jadi, coba turunkan ekspektasi. Fokus ke hal-hal penting, sisanya bisa menyusul.
Misalnya, rumah gak harus selalu kinclong setiap jam. Mainan yang berantakan bisa dibereskan nanti sore. Anak rewel juga bukan berarti kita gagal, tapi memang bagian dari fase mereka. Dengan mindset ini, beban di kepala jadi lebih ringan. Ingat, jadi orang tua bukan soal sempurna, tapi soal hadir dan cukup bagi anak. Dan percaya deh, anak lebih butuh orang tua yang tenang dibanding rumah yang super rapi.
4. Libatkan pasangan atau support system

Gak ada orang yang bisa kuat sendirian, termasuk dalam urusan parenting. Kalau kamu punya pasangan, jangan sungkan buat minta mereka gantian jagain anak, meski cuma 30 menit. Kalau tinggal dekat dengan keluarga atau punya teman dekat, gak ada salahnya juga minta bantuan sesekali. Dengan begitu, kamu punya waktu buat recharge diri.
Banyak orang tua merasa harus mengurus anak sendiri biar dibilang “hebat.” Padahal, minta bantuan bukan tanda lemah lho. Overstimulasi bisa lebih cepat reda kalau kita punya ruang bernapas dan ada yang membantu. Ingat, anak juga butuh interaksi dengan orang lain, jadi melibatkan support system justru bagus buat tumbuh kembang mereka. Jadi, jangan ragu buat berbagi peran, karena membesarkan anak memang butuh “kampung.”
Mengurus anak seharian memang penuh tantangan. Overstimulasi bisa datang kapan saja, bahkan di momen-momen yang gak kita duga. Tapi dengan mengenali tanda-tandanya dan melakukan langkah-langkah sederhana seperti ambil jeda, mengurangi kebisingan, menurunkan ekspektasi, dan melibatkan support system, kita bisa lebih siap menghadapinya. Ingat, menjaga diri sendiri bukan berarti melupakan anak, justru dengan itu kita bisa hadir lebih baik untuk mereka. Jadi, kalau kamu merasa kewalahan, tarik napas sebentar, kasih ruang buat diri, lalu lanjut lagi dengan hati yang lebih tenang.