Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Menghadapi Pertengkaran Saudara di Umur yang Dewasa, Jangan Dipendam Sendiri!

ilustrasi beberapa pasangan berfoto bersama (pexels.com/thatguycraig000)
ilustrasi beberapa pasangan berfoto bersama (pexels.com/thatguycraig000)

Pertengkaran dengan saudara kandung bukan cuma terjadi waktu kecil. Saat sudah dewasa pun, konflik tetap bisa muncul, bahkan terkadang terasa lebih rumit karena menyangkut perasaan, ekspektasi, dan luka lama yang belum selesai.

Nah, biar hubungan dengan saudara tetap sehat dan tidak makin renggang, simak beberapa cara menghadapinya dengan bijak lewat artikel berikut ini! Langsung cek!

1. Jangan mengambil semuanya secara pribadi

ilustrasi membuat makan bersama (pexels.com/august-de-richelieu)
ilustrasi membuat makan bersama (pexels.com/august-de-richelieu)

Mungkin terkadang kamu merasa disisihkan karena orangtua terlihat lebih dekat dengan saudara lain. Tapi penting untuk disadari, ini belum tentu soal cinta kepada siapa yang lebih besar, bisa jadi cuma soal kebiasaan atau kenyamanan. Mereka pun mungkin tidak sadar kalau sikap orang tua bisa membuat sakit hati.

Kalau orang tua memang menunjukkan sikap yang menyakitkan, kamu punya hak untuk menjaga jarak. Tapi bukan berarti harus memusuhi mereka sepenuhnya. Yang penting, kamu tetap sadar akan nilai dirimu tanpa terlalu tergantung pada validasi mereka.

“Memahami diri sendiri secara mendalam akan membantumu menjalin hubungan dengan cara yang mencerminkan versi terbaik dirimu, sehingga kamu bisa merasa bangga dengan siapa dirimu sebenarnya,” kata Krystal Conner, seorang life coach bersertifikat, dilansir AARP.

2. Cari dukungan dari luar keluarga

ilustrasi makan bersama (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/cottonbro)

Tidak semua kebutuhan emosional harus dipenuhi oleh keluarga kandung. Sahabat, pasangan, atau komunitas bisa jadi tempat kamu mendapatkan cinta dan penerimaan yang tulus. Jangan ragu untuk membangun sistem dukungan dari orang-orang yang menghargai kamu apa adanya.

Menemukan “keluarga pilihan” bisa sangat menyembuhkan. Mereka bisa jadi sumber energi positif di saat hubungan keluarga sedang tidak ideal. Investasikan waktumu ke relasi yang membuat kamu tumbuh, bukan yang membuat kamu terus merasa kurang.

3. Hindari memupuk rasa iri dan persaingan

ilustrasi makan bersama (pexels.com/fauxels)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/fauxels)

Kalau kamu tahu saudaramu lebih disayang, jangan buru-buru menyalahkan dia. Bisa jadi dia juga berjuang untuk mendapat pengakuan yang sama seperti kamu. Ingat, setiap orang punya cara sendiri dalam mencari perhatian dan kasih sayang.

Jangan terjebak dalam siklus bersaing untuk menjadi anak terbaik. Fokuslah pada hubunganmu sendiri dengan orang tua tanpa membandingkan dengan saudara lain. Semakin kamu berdamai dengan dirimu sendiri, semakin kecil kemungkinan konflik berlarut.

“Akar dari konflik sebenarnya terletak pada persepsi masing-masing orang yang terlibat,” kata Corner. “Konflik berasal dari pikiran tentang apa yang terjadi, apa yang seharusnya terjadi, atau apa yang seharusnya tidak terjadi,” tambahnya.

4. Terima kenyataan bahwa keluarga tidak selalu ideal

ilustrasi beberapa pasangan berfoto bersama (pexels.com/thatguycraig000)
ilustrasi beberapa pasangan berfoto bersama (pexels.com/thatguycraig000)

Realitanya, tidak semua hal bisa di dapatkan dari orang tua. Kadang mereka memang tidak bisa memberikan dukungan emosional yang kita harapkan sebagai anak. Dan itu sebenarnya tidak apa-apa.

Saat kamu berhenti mengemis validasi, justru kamu akan lebih kuat secara emosional. Lihat apa yang sudah kamu punya dan syukuri itu. Keluarga adalah bagian dari hidupmu, tapi bukan satu-satunya penentu bahagiamu.

5. Bangun keluarga yang sehat versimu sendiri

ilustrasi keluarga membuat sarapan (pexels.com/augustderichelieu)
ilustrasi keluarga membuat sarapan (pexels.com/augustderichelieu)

Kalau kamu sudah punya pasangan atau anak, ini saatnya menciptakan keluarga dengan nilai-nilai yang kamu yakini. Kamu bisa menjadi sosok yang suportif, terbuka, dan penuh kasih seperti yang dulu kamu rindukan. Jangan ulangi pola yang menyakitimu dulu.

Fokus pada hubungan yang kamu jalani sekarang bisa membantumu berdamai dengan masa lalu. Saat kamu memberi cinta tanpa syarat pada keluargamu sendiri, kamu pun akan merasa lebih utuh. Jadilah perubahan yang ingin kamu lihat.

6. Jangan ragu minta bantuan profesional

sepasang lansia memangku bayi (pexels.com/pixabay)
sepasang lansia memangku bayi (pexels.com/pixabay)

Kalau luka dengan keluarga sudah terlalu dalam, kamu tidak harus menghadapinya sendirian. Terapis bisa membantu kamu memproses emosi, memahami pola hubungan, dan membangun batasan yang sehat. Konseling bukan tanda kelemahan, tapi langkah dewasa untuk merawat diri.

Kamu juga bisa belajar teknik manajemen stres agar lebih tenang menghadapi konflik keluarga. Kesehatan mental sama pentingnya dengan fisik, apalagi saat harus menjalani relasi yang rumit. Jangan ragu untuk prioritaskan dirimu.

Dengan memahami bahwa pertengkaran saudara di usia dewasa itu wajar dan bisa dikelola, kamu bisa lebih bijak dalam menjaga hubungan. Jangan biarkan luka lama menghalangi koneksi yang sehat. Semuanya dimulai dari keberanian untuk jujur pada diri sendiri dan memilih sikap yang dewasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us