5 Cara Orangtua Gali Bakat Anak Sejak Dini Menurut Ahli

Jakarta, IDN Times - Menggali bakat anak sejak dini adalah langkah awal yang bisa membentuk masa depan mereka. Setiap anak terlahir dengan potensi unik jika diarahkan dengan tepat dan bisa menjadi kekuatan utamanya.
Namun, tantangan bagi orangtua adalah bagaimana mengenali bakat ini tanpa terkesan memaksakan kehendak atau mengabaikan minat alami si kecil. Apakah bakat anak muncul melalui hobi sederhana, kecenderungan tertentu, atau aktivitas yang mereka nikmati, peran orangtua sebagai pendamping sangatlah penting.
"Semakin cepat orangtua mengenali bakat dan minat anak, semakin besar peluang mereka membantu anak mempersiapkan diri untuk berkembang maksimal di masa dewasa," tutur Murni Risman, Sales Manager di Tes Bakat Indonesia saat press conference launching Happy Kamper di Kanana, Jakarta pada Selasa (17/12/2024).
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, memberikan ruang eksplorasi, dan memfasilitasi kebutuhan mereka, bakat anak bisa tumbuh secara alami. Yuk, simak lima cara bagaimana orangtua bisa mendorong bakat anak!
1. Dampingi dan observasi anak

Kunci utama dalam mengenali bakat anak terletak pada pendampingan dan observasi yang cermat dari orang tua. Hal ini bukan sekadar memperhatikan aktivitas mereka, tetapi juga melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan sehari-hari anak. Murni menjelaskan bahwa observasi yang efektif bisa dilakukan melalui interaksi berkualitas antara orangtua dan anak.
“Kuncinya adalah dengan melakukan observasi sebanyak-banyaknya. Orangtua bisa benar-benar bermain bersama anak dan di situlah terjadi really good quality time interaction. Saat kita mendampingi mereka bermain, kita bisa melihat apa yang paling menantang atau menarik perhatian anak. Misalnya, apakah mereka lebih tertarik pada permainan yang melibatkan pemikiran, menggambar, atau bahkan sesuatu yang berhubungan dengan logika,” jelasnya saat press conference.
Dengan terlibat langsung, orangtua tidak hanya membantu anak merasa didukung, tetapi juga dapat mengidentifikasi pola aktivitas yang secara konsisten menunjukkan potensinya. Observasi ini jadi pijakan awal untuk mengarahkan anak pada aktivitas atau minat yang relevan dengan bakatnya. Selain itu, momen bermain bersama ini juga memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bereksplorasi.
2. Eksplorasi bakat, tapi jangan over schedulling anak

Orangtua memang selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, namun sering kali mereka tidak memperhatikan bahwa sang anak bisa saja belum siap untuk mengikuti beberapa kegiatan yang dijadwalkan.
"Saya sering bertemu dengan orangtua yang over-schedulling anaknya, padahal usia anak-anak ini masih di tahap PAUD, belum masuk sekolah formal. Misalnya, di usia preschool, jadwal mereka sudah diatur dari Senin hingga Sabtu, ditambah aktivitas lain di luar sekolah," ucap Murni.
Pasalnya, anak-anak, terutama di usia PAUD atau preschool, membutuhkan ruang untuk mengeksplorasi dunia dengan cara yang alami, tanpa merasa terbebani oleh jadwal yang terlalu padat. Aktivitas yang terlalu terstruktur justru dinilai bisa mengurangi kesempatan anak untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan sosial, dan keterampilan problem-solving yang sering kali muncul dari permainan bebas atau interaksi spontan.
"Kebanyakan preschool sekarang memang punya struktur school days selama lima hari seminggu. Tapi setelah itu, anak-anak sering kali langsung diikutkan aktivitas tambahan seperti les Bahasa Inggris, berenang, atau kegiatan lainnya. Tanpa disadari, anak-anak ini memiliki jadwal yang penuh, bahkan hingga 6-7 hari dalam seminggu," tambahnya.
3. Lakukan tes assesment pada anak

Mengenali bakat dan minat anak sejak dini adalah perjalanan penuh tantangan, namun sangat penting bagi perkembangan mereka. Banyak orangtua merasa bingung harus mulai dari mana, terutama karena setiap anak memiliki potensi yang unik. Proses ini sering kali tidak bisa ditemukan secara instan dan membutuhkan waktu untuk mencoba berbagai pendekatan.
"Sering kali, orangtua merasa kesulitan mengenali bakat atau minat anak mereka secara langsung. Hal ini wajar karena prosesnya memang membutuhkan banyak trial and error. Salah satu cara untuk mempermudah adalah dengan menggunakan asesmen sebagai panduan awal. Asesmen itu seperti membuka kunci awal. Dengan begitu, kita punya gambaran tentang apa yang perlu dieksplorasi lebih dalam," ungkap Murni.
Pendekatan ini membantu orangtua menemukan titik awal yang tepat, baik itu mengenali kecenderungan alami anak atau memberikan tantangan untuk mendorong semangat mereka. Kuncinya adalah memberikan porsi yang sesuai sehingga anak tetap merasa termotivasi tanpa kehilangan minat. Ketika anak menemukan sesuatu yang benar-benar mereka kuasai atau sukai, rasa percaya diri mereka akan tumbuh dan itu jadi fondasi penting bagi perkembangan mereka ke depannya.
4. Tanya feedback dan kenali anak lebih dalam

Selanjutnya, orangtua juga perlu mengenali cara belajar dan preferensi komunikasi anak agar mereka merasa nyaman serta didukung. Penting untuk memahami bagaimana anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, termasuk bahasa kasih yang mereka butuhkan.
“Misalnya, kalau bahasa kasih anak adalah quality time, mereka mungkin tidak terlalu peduli dengan hadiah atau makanan favorit seperti es krim. Mereka hanya ingin ditemani, seperti saat bermain Lego,” ucap Murni saat sesi talkshow.
Selain itu, memahami cara belajar anak, apakah mereka lebih visual, auditori, atau kinestetik, juga sangat membantu orangtua dalam mendukung proses eksplorasi anak. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Dengan menyesuaikan pendekatan, orangtua bisa menciptakan pengalaman yang lebih personal dan efektif bagi anak.
Jika orangtua belum terlalu familiar dengan konsep-konsep ini, mereka bisa mempelajari lebih lanjut melalui berbagai sumber. Lewat cara mengenali karakter anak dan menyesuaikan pendekatan dengan gaya belajar serta bahasa kasih mereka, orangtua dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat sekaligus mendukung perkembangan anak secara optimal.
“Tidak perlu khawatir jika belum tahu semuanya. Saat ini, banyak informasi yang bisa diakses, tinggal cari tahu saja sesuai kebutuhan," tambahnya.
5. Perhatikan passion anak dan tantangan yang dihadapinya

Selain bakat, orangtua juga perlu memperhatikan passion yang dimiliki anak. Pasalnya, passion itu selalu sejalan dengan bakat karena keduanya saling melengkapi. Ketika anak menemukan aktivitas yang sesuai dengan bakat mereka, umumnya mereka merasa lebih termotivasi karena mendapatkan umpan balik positif.
"Feedback positif ini penting. Ketika anak merasa berhasil, mereka cenderung mau mencoba tantangan berikutnya yang lebih besar. Hal inilah yang membuat bakat dan minat harus selaras. Kalau anak hanya menyukai suatu bidang tanpa merasa tertantang, biasanya rasa suka itu akan hilang seiring waktu, terutama saat mereka menginjak usia remaja," ujar Murni.
Inilah pentingnya menemukan keseimbangan dalam mengeksplorasi bakat anak. Aktivitas yang diberikan harus berada di tingkat kesulitan yang pas, yakni titik di mana anak merasa cukup menantang untuk memacu semangat, tetapi tidak sampai membuat mereka merasa tertekan.
Ketika passion dan bakat berjalan beriringan, anak akan merasa lebih terlibat secara emosional sehingga mereka lebih termotivasi untuk berkembang. Semoga tips di atas dapat membantu ya, Parents!