10 Gaya Parenting ala Ibu Axel Clash of Champions, Inspiratif Banget!

Nama Axel Giovanni Hartanto mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, terutama penggemar program CoC (Clash of Champions). Remaja berusia 19 tahun ini berhasil menjadi runner up acara CoC, game show paling viral yang diadakan oleh Ruang Guru. Axel yang kini tengah menempuh pendidikan di NUS (National University of Singapore) ini dikenal sebagai sosok yang jenius dan penuh potensi.
Sejak kecil, Axel menekuni passion-nya di bidang Matematika dan berhasil menorehkan begitu banyak prestasi. Axel pernah menyabet dua medali emas dan satu medali perak sejak Sekolah Dasar (SD). Puncaknya, Axel pernah mengikuti International Mathematical Olympiad (IMO) di Jepang pada tahun 2023 dan berhasil meraih HM (Honorable Mention). Tidak heran jika Axel kini telah menjelma sebagai idola baru di kalangan anak muda.
Di balik kesuksesan Axel, tentu ada peran orangtua hebat dibelakangnya. Hal itu membuat Nikita Willy tertarik untuk mengulik lebih dalam gaya parenting ibunda Axel. Melalui kanal YouTube-nya, Mom’s Corner Podcast, Nikita turut serta mengundang Axel dan ibu Sarwasih untuk berbincang lebih jauh mengenai hal tersebut. Podcast ini berhasil menduduki peringkat 3 YouTube dan telah ditonton lebih dari 397 ribu viewers pada hari Senin (2/9/2024). Berikut ini sepuluh tips parenting ala ibu Sarwasih yang bisa menjadi inspirasi bagi orangtua dan anak muda lainnya.
1. Berikan kasih sayang penuh pada anak

Kasih sayang orangtua adalah fondasi utama dalam parenting. Sebagai seorang ibu, Sarwasih berupaya memastikan bahwa anaknya selalu merasa dicintai dan didukung. Kasih sayang yang tulus akan memberikan anak rasa aman dan kepercayaan diri untuk menghadapi berbagai masalah yang ada.
Ibu Axel memberikan seluruh perhatian dan kasih sayangnya sejak Axel kecil, mulai dari pemberian asi ekslusif, antar-jemput anak, hingga menemani Axel mengikuti les dan kompetisi.
2. Utamakan kebahagiaan anak

Bagi Sarwasih, kebahagiaan anak adalah nomor satu. Ia sadar bahwa bagi anak, bermain adalah pekerjaan utama yang menyenangkan. Axel kecil tidak pernah dikekang oleh orangtuanya ketika hendak bermain. Bahkan, ia dengan sabar menunggu Axel untuk puas bermain di sekolah sebelum pulang ke rumahnya. Ia betul-betul ingin memastikan bahwa memori yang tercipta ketika Axel kecil adalah memori-memori yang menyenangkan.
3. Jadilah orangtua yang terbuka

Salah satu prinsip yang dipegang ibu Sarwasih adalah menjadi orangtua yang terbuka serta dapat dijadikan teman oleh anak-anaknya. Anak harus merasa nyaman dan bebas untuk menceritakan apapun kepada orangtuanya tanpa takut dihakimi. Melalui cara ini, orangtua dapat membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam dengan anak-anak mereka.
4. Beri anak kebebasan memilih

Ibunda Axel percaya bahwa setiap anak memiliki hak untuk memilih apa yang mereka inginkan selama pilihannya bersifat positif. Tugas orangtua hanyalah memberi ruang bagi anak untuk mengejar minat dan passion mereka. Selain itu, orangtua juga perlu mendukung dan membantu anak untuk berkembang sesuai dengan potensinya.
Penting bagi orangtua untuk tetap menghormati pilihan anak. Lewat cara ini pula, si anak akan belajar untuk bertanggung jawab atas pilihannya dan merasa dihargai. Misalnya, sejak kecil Axel memiliki passion di bidang matematika. Sebagai seorang ibu, Sarwasih mendukung penuh Axel untuk mengasah potensinya di bidang matematika dengan mengikuti berbagai kompetisi di bidang matematika sesuai dengan passion-nya.
5. Tekankan pentingnya belajar untuk menuntut ilmu

Ibunda Axel selalu menekankan pada anak-anaknya bahwa belajar itu penting. Belajar bukan hanya untuk mengejar nilai semata. Lebih dari itu, niatkan proses belajar untuk menggali ilmu lebih dalam sebab hanya ilmu itulah yang dapat menjadi bekal anak di masa depan nanti. Jadi, pemahaman yang didapat ketika anak belajar lebih penting daripada mendapatkan nilai tinggi tanpa dibarengi pemahaman atas apa yang ia pelajari.
6. Berikan reward dan punishment

Ibu Sarwasih memiliki cara unik dalam mengajarkan kedisiplinan untuk anak-anaknya. Ia terbiasa membuat stiker-stiker emoticon yang diberikan sesuai dengan fungsi atau kegunaanya masing-masing. Misalnya, ketika Axel berhasil melakukan hal-hal baik atau mendapat pencapaian tertentu, maka ia akan memberikan emoticon senyum. Sementara itu, jika Axel melakukan sesuatu yang kurang baik, maka ia akan memberikan stiker sedih/cemberut.
7. Hargai kesibukan anak

Jadilah orangtua yang tidak terlalu mencampuri urusan anak. Setiap anak memiliki rutinitasnya sendiri sehingga penting bagi orangtua untuk menghargai waktu dan kegiatan si anak. Berikan kepercayaan penuh pada anak ketika berada jauh dari pantauan orangtuanya.
Namun, beri tahu anak untuk jangan sungkan-sungkan menghubungi orangtua ketika mereka merasa kesulitan. Jadi, orang pertama yang harus dihubungi anak ketika berada dalam masalah adalah orangtua.
8. Ajarkan tiga kata ajaib pada anak

Hal-hal sederhana yang selalu diajarkan oleh ibu Axel adalah membiasakan anak-anaknya untuk berkata 'maaf', 'tolong', dan 'terima kasih'. Menurut Sarwasih, kata-kata ini sangat penting untuk ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan baik yang akan dibawa anak hingga dewasa.
9. Validasi semua emosi anak

Penting bagi anak untuk mengetahui bahwa mereka tidak perlu memendam perasaan yang ada. Axel dididik oleh ibunya untuk selalu transparan terhadap segala emosi yang ia punya. Semua emosi itu valid, termasuk kesedihan dan kemarahan.
Kata siapa anak laki-laki tidak boleh menangis dan harus selalu kuat? Menangis adalah hal yang wajar dan biasa. Didikan orangtuanya inilah yang membuat Axel memiliki kecerdasan emosional yang tinggi disamping kecerdasan intelektual yang ia punya.
Axel kini tumbuh menjadi anak yang penyayang dan memiliki kepedulian tinggi terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal ini terbukti ketika ia harus melawan sahabatnya sendiri pada game Invisible Maze, Clash of Champions. Axel merasa bersedih karena harus rival dengan Sandy, sahabatnya selama sembilan tahun ini.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, Axel berhasil mengalahkan Sandy dan melaju ke babak berikutnya. Namun, air matanya justru tidak terbendung karena sahabatnya tersebut harus tereliminasi. Mereka gagal melaju ke final bersama-sama seperti yang mereka harapkan sebelumnya.
10. Tidak banyak menuntut

Terakhir, berusahalah untuk menjadi orangtua yang tidak banyak menuntut. Sejak kecil hingga remaja, Axel tidak pernah dituntut orangtuanya secara berlebihan. Sebagai seorang ibu, Sarwasih tidak pernah menuntut anaknya untuk selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolah ataupun menjadi juara pertama di setiap kompetisi yang diikuti.
Ibu Sarwasih tidak ingin membebani anaknya dengan ekspektasi yang berlebihan. Melalui cara ini pula, orangtua tidak perlu merasa kecewa ataupun marah ketika ekspektasinya tidak tercapai. Ia tidak ingin Axel merasa gagal karena tidak mampu memenuhi ekspektasi orangtuanya.
Gaya parenting ibunda Axel Giovanni benar-benar dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ibu Sarwasih berhasil membuktikan bahwa peran orangtua begitu krusial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kesuksesan dan prestasi yang diraih anak adalah buah dari kasih sayang, dukungan, dan kedisiplinan yang ia tanamkan sejak dini.