Jika Ayahmu Lebaran dengan "Keluarga Barunya", Ini 5 Hal yang Wajib Kamu Lakukan untuk Ibumu

Bagaimana rasanya di hari besar agama, seperti Idul Adha, ayahmu ada di tempat lain, bersama "keluarga barunya"?
Itulah yang dirasakan, sebutlah, Anisah hari ini. Anisah mengaku sedih dan marah. Walaupun ayahnya sudah menyumbangkan seekor sapi untuk kurban di lingkungan rumah ibunya. Karena ayahnya kaya raya, ia mampu menyumbang seekor sapi (harganya Rp 20 jutaan), maka ibu dan Anisah terasa tetap terpandang di lingkungan rumah dan keluarga.
Walau begitu, Anisah tetap marah karena saat ini kabarnya Sang Ayah sedang berhaji dengan istri barunya. Memang, sepuluh tahun lalu, Ayah sudah berhaji bersama-sama ibu dan Anisah. Setelah itu, setiap lebaran Idul Adha dan lebaran Idul Fitri, Ayah selalu ada.
Namun sejak berpoligami, maka kisah menikmati Lebaran bersama tinggal nostalgia. Ayah selalu bersama keluarga barunya.
Nah untuk kamu yang bernasib seperti Anisah, pasti sedih, marah, kecewa. Namun sebaiknya tidak usah diperpanjang rasa negatif itu, harus diubah sehingga kamu menjadi pribadi yang tegar dan jauh lebih baik dari ayahmu. Ini 5 kegiatan yang bisa kamu lakukan dan lebih baik jika bersama-sama ibunda tersayang.
1. Maafkan Ayahmu

Memang tidak mudah bila mengingat saat ini, kamu dan ibu kesepian sementara ayah mungkin sedang tersenyum bahagia dan bercengkerama dengan keluarga barunya. Stop, jangan pikirkan itu. Kamu bisa mengubah mindset dengan berpikir ekstrim, anggap ayahmu sudah tiada, jadi kamu tidak sering berharap secara fisik dia ada di dekatmu. "Anggap ayah sudah meninggal, sehingga kalau akhirnya dia datang, anggap bonus."
2. Jadilah Pahlawan Hati Ibumu

Ajak ibu berpikir positif dengan mencari kebahagian berdua, kamu dan ibu. Atau kalau ada adik atau kakak, kalian bisa lebih ramai lagi. Pergi ke tempat-tempat favorit, menonton film, makan enak, atau ke tempat pariwisata.
Bisa juga kalian berlebaran ke keluarga ibu yang mengasihi kalian, sungkem ke nenek dan kakek, ke Pakde dan Bude. Saling tukar cerita dengan sepupu kalian, tentang tantangan dan kelucuan yang kamu hadapi di sekolah atau kampus atau tempat kerja.
3. Kunjungi Panti Asuhan

Mengunjungi Panti Asuhan, melihat anak-anak yang bukan kehilangan sementara orangtuanya, tetapi mereka tidak pernah mengenal ayahnya dan ibunya, membuka rasa syukur di hati. Betapa kalian cuma "pisah sementara" dengan ayah. Jika ayah sudah ada waktu, pasti dia akan rindu berkumpul bersama kamu.
4. Kunjungi Panti Jompo

Bersama ibu mengunjungi Panti-panti jompo, pasti akan menggugah rasa syukur luar biasa. Pada akhirnya, kita semua akan tua dan meninggal. Jadi waktu yang ada sangatlah berharga sehingga jangan mau kita habiskan dengan negatif thinking. Bersyukur dan nikmati hidup. Kamu juga pasti akan lebih mencintai ibumu yang sudah berkeriput dan mau lebih banyak memberi waktu bersama ibu.
5. Mampir ke Rumah Sakit, khususnya ruang tunggu keluarga ICU

Jika rasa sesak dan marah pada ayah, yang tidak pernah menomorsatukan kamu lagi, cara ekstrim yang bisa menghibur adalah mampir ke ruang ICU, ke ruang tunggu keluarga. Jelas, kita tidak diijinkan masuk ke ICU, kecuali kita adalah keluarga pasien.
Jadi, kita bisa duduk saja di pinggir ruang tunggu pasien, mendengar sesekali panggilan dari Dokter ICU bahwa kondisi pasien gawat dan keluarga diminta segera masuk. Kamu bisa melihat biasanya ada kasur lipat, baju seadanya, seperti sedang mengungsi.
Sekalipun kamu tidak pernah mengenal keluarga pasien itu, tetapi kamu pasti bisa merasakan betapa kesedihan karena keluarganya sedang menyongsong ajal. Bila kebetulan terjadi kematian sang pasien, kamu mungkin melihat bagaimana histeris tangisan mereka, dan itu bisa langsung masuk alam sadar, bahwa hidup itu sementara, hidup itu rapuh, dan tidak ada gunanya kita saling membenci.
Jika sudah waktunya menjelang ajal, tidak banyak yang bisa kita perbuat. Karena itu, saat ini saat kondisi kita masih muda, masih kuat, mari kita kuatkan mental dan spiritual. Bisa juga kami berpikir, andaikan ayahmu yang jahat itu, yang terbaring menunggu ajal tanpa daya, maka saat itu kamu akan memaafkan dia dan mencintai dia lagi.
Jadi...

Biarkan dinamika hidupmu berjalan. Apapun yang terjadi, tidak akan mengubah bahwa Ayahmu adalah Ayahmu yang penuh kekurangan dan cacat cela. Belajar dari kesalahaan ayah dan jadilah pribadi yang lebih baik dari Ayahmu.