Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Kelalaian Orangtua yang Membahayakan Anak

ilustrasi seorang anak (pexels.com/Nam Phong Bùi)
Intinya sih...
  • Anak memerlukan pengawasan orang dewasa agar terhindar dari bahaya fisik dan psikis
  • Orangtua harus memantau anak saat bermain, mengakses gadget, dan menjaga kesehatan serta keamanannya
  • Komunikasi yang baik antara orangtua dan anak penting untuk mencegah bahaya serta memberikan perlindungan

Dengan ukuran tubuhnya yang masih sangat kecil dan keterbatasan pengetahuan, anak-anak belum bisa menjaga diri sendiri. Segala hal yang buat orang dewasa biasa saja dapat menjadi sumber bahaya buat anak. Peran orangtua penting sekali untuk memastikan anak dalam kondisi aman.

Namun, dalam keseharian masih ada orangtua yang abai pada sepuluh hal berikut. Padahal, kesepuluhnya membahayakan anak baik dari aspek fisik maupun psikis. Orangtua gak boleh terlalu santai dalam menjaga anak. Nanti terjadi sesuatu yang buruk padanya, kamu dan pasangan cuma bisa menyesal atau menyalahkan orang lain. Hindari bentuk-bentuk kelalaian orangtua yang membahayakan anak berikut ini.

1. Membiarkannya bermain tanpa pengawasan

ilustrasi anak sendirian (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Bermain memang tampak sebagai aktivitas yang santai dan menyenangkan. Akan tetapi, bukan lantas orangtua melepas anak begitu saja. Baik anak bermain di dalam maupun luar rumah, ia harus tetap dalam jangkauan penglihatanmu. Tanpa pengawasan dari orang dewasa khususnya orangtua, anak dapat celaka justru saking asyiknya bermain.

2. Tidak memperingatkannya akan potensi bahaya

ilustrasi bermain dengan anjing (pexels.com/晶 朱)

Anak belum mampu memperkirakan potensi bahaya. Ia mungkin tahu bahwa api dan pisau berbahaya untuknya sehingga tidak boleh dimainkan. Namun, binatang peliharaan rasanya aman karena lucu serta mereka sudah sering bermain bersama.

Akan tetapi, ulah iseng anak yang berlebihan terhadap hewan peliharaan juga dapat mendorong binatang melakukan usaha untuk melindungi diri. Seperti dengan ia menggigit tangan anak supaya berhenti mengganggunya. Orangtua harus memberi tahu anak mengenai potensi bahaya dari sesuatu atau tindakannya.

3. Tak segera mengambil sesuatu yang amat berbahaya dari anak

ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Antonius Ferret)

Contohnya, anak terlihat memasukkan koin ke mulut. Meski cuma sebentar lalu ia mengeluarkannya lagi, tindakan ini bisa amat berbahaya. Koin itu dapat tiba-tiba tertelan. Bila tampak sesuatu yang begitu membahayakannya, peringatan saja tidak cukup. Segera ambil benda yang dapat mengancam keselamatannya. Termasuk benda tajam dan berbagai cairan kimia.

4. Sembarangan memercayakan anak pada orang lain

ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Khanh Nguyen)

Tidak semua orang bisa dititipi anak. Bahkan bila ada orang yang seperti berbaik hati menawarkan diri untuk menjaga anakmu, jangan langsung percaya. Demikian pula jika ada orang yang hendak mengajak anakmu pergi main. Dari sekian banyak sesama orang dewasa di sekitarmu, pilih 1 atau 2 orang saja yang paling dapat dipercaya untuk berduaan dengan anak. Selebihnya orangtua harus ikut serta.

5. Gak memantau aktivitasnya di dunia maya

ilustrasi bermain gadget (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Beberapa orangtua lebih tenang anak bermain gadget daripada main di luar. Namun, bahaya besar juga dapat muncul dari aneka konten yang diakses anak melalui smartphone. Kalau orangtua memberikan gawai pada anak, imbangi dengan kemampuanmu dan pasangan dalam memantau penggunaannya. Jangan sampai anak mengakses konten yang gak sesuai usianya atau berinteraksi dengan orang yang bermaksud jahat.

6. Mengajaknya bepergian tanpa mempertimbangkan keadaan

ilustrasi keluarga (pexels.com/Jeffry S.S.)

Anak jauh lebih rentan daripada orang dewasa. Orangtua tidak boleh memakai ukuran kekuatan tubuh sendiri. Utamakan keadaan anak. Misalnya, perjalanan mudik naik sepeda motor. Anak yang terpapar polusi udara, angin kencang, panas, atau hujan deras tentu mudah sakit. Bahkan anak yang masih sangat kecil bisa mengalami kejadian fatal seperti meninggal dalam perjalanan.

7. Tidak kunjung membawa anak ke dokter ketika sakit

ilustrasi anak sakit (pexels.com/cottonbro studio)

Tentu orangtua gak perlu panik dulu. Gejala sakit bisa coba diobati dengan persediaan obat di rumah. Akan tetapi bila kondisi anak tak membaik maksimal dalam tiga hari atau justru memburuk dengan cepat di hari kedua, segera bawa ke dokter. Kasihan anak jika harus berlama-lama kesakitan. Nyawanya dapat terancam kalau ia lama sakit dan dibiarkan saja di rumah.

8. Mengabaikan ceritanya tentang perlakuan buruk yang dialami

ilustrasi anak murung (pexels.com/cottonbro studio)

Orangtua dengan segala kesibukannya wajib tetap memperhatikan perkataan anak. Apalagi ketika ia bilang baru saja mengalami perlakuan buruk. Misalnya, tadi di sekolah teman menendang perutnya. Kamu jangan hanya berkata tidak apa-apa dan mungkin temannya tak sengaja.

Gali ceritanya lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya terjadi, seberapa keras tendangannya, serta apa yang dirasakan anak tadi dan sekarang. Lalu ambil tindakan seperti menghubungi wali kelasnya dan orangtua temannya. Awasi juga keadaan anak. Bila tendangannya keras atau anak merasa tidak nyaman di bagian perut, cek ke dokter untuk memastikan keadaan organ dalamnya.

9. Gak tegas melarang atau membatasi jajanan tertentu

ilustrasi es krim besar (pexels.com/RDNE Stock project)

Semua anak suka jajan, apalagi yang rasanya manis atau gurih sekali. Orangtua mesti mampu membatasi bahkan melarang sama sekali jajanan yang berakibat buruk pada anak. Contohnya, anak hanya boleh makan es krim sekali seminggu dan dalam porsi kecil. Makanan serta minuman yang dilarang misalnya, berwarna terlalu mencolok serta manisnya meninggalkan rasa pahit.

10. Mengizinkannya mengendarai kendaraan bermotor

ilustrasi anak laki-laki (pexels.com/Vika Glitter)

Beberapa orangtua gak tepat dalam mengajarkan kemandirian pada anak. Betul anak harus belajar mandiri. Namun, bukan dengan dia dibiarkan bahkan didorong buat mengendarai sepeda motor di usia anak-anak atau di bawah 17 tahun. Meski anak dapat menjalankan kendaraan, kewaspadaannya terhadap situasi lalu lintas masih amat rendah. Di jalanan kampung pun anak tidak boleh mengendarai motor.

Kelalaian orangtua yang membahayakan anak tentu tak diinginkan oleh kamu dan pasangan. Maka dari itu, jangan sembrono dalam mengasuh anak sekalipun kamu dan pasangan memiliki kesibukan lain. Anak yang masih belum tahu banyak hal tidak mampu menjaga diri sendiri dengan baik. Kalian harus selalu pasang mata dan telinga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us