Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

#MahakaryaAyahIbu: Kepingan Kisah si Sulung

Unsplash

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Sebuah lembaran manis yang ingin coba kuputar kembali dalam goresan ini. Memori masa kecil bersama orang yang kucintai. Merekalah kedua pintu surgaku yang kokoh tak tertandingi. Membesarkanku dengan setulus hati. Ayah ibu, kedua orang hebat  yang paling kukasihi.

Mungkin tidak semua orang di dunia ini bisa memiliki kenangan indah bersama orangtuanya. Tidak semua orang pula bisa merasakan cinta kasih yang lengkap dari ayah ibunya. Meskipun aku tidak tumbuh dalam bergelimangan harta, namun aku merasa cukup beruntung bisa menerima kasih sayang kedua orangtuaku secara utuh. Merasakan perhatian dari mereka berdua setiap saat, merengek manja di saat sakit, mengeluh akan hal-hal duniawi dan melabuhkan isi hati. Hanya mereka berdua yang selalu ada di saat aku terluka.

Oh, tak henti-hentinya hati ini mengucap syukur. Menyadari betapa besar nikmat yang Tuhan berikan padaku. Rasa cinta yang tak mungkin bisa kudapatkan dari orang lain. Kucoba memasuki zona waktu dalam ingatan silam. Menyusun kembali kepingan memori yang tergeser oleh zaman. Inilah sebagian kenangan indah yang pernah ku alami. Lukisan masa kecil yang tak mungkin terulang kembali.

1. Sepeda Pertamaku

wellcommons.com

Sore itu terlihat ayah membawa sebuah sepeda kecil berwarna hitam. Tidak ada corak bunga ataupun hiasan keranjang. Hanya ada dua roda tambahan dibelakang. Selera maskulin seorang ayah untuk anak perempuan pertamanya. Aku tak mempermasalahkan bentuk dan warnanya apa. Spontanitasku sebagai seorang anak kecil yang menerima sebuah hadiah, berteriak senang dan langsung mengendarainya. Berputar-putar di dalam rumah, dari ruang tamu ke dapur, terus berulang-ulang.

Melihatku mampu menguasainya dengan cepat, ayah seakan tertantang. “Ayo coba naik lagi”, ujar ayah setelah membuka salah satu roda sebelah kiri. Terasa oleng awalnya. Kucoba menyeimbangkan badan dan bersiap melaju kembali. Namun saat ayunan pedal kedua… Bruk! Suara dentuman terdengar begitu keras. Tubuh kecilku jatuh tertimpa sepeda. “Ya sudah kita pasang lagi aja ya” kata ayah sambil tertawa.

2. Si Pemalu yang Manja

Unsplash

Ketika mulai beranjak ke dunia sekolah, aku tumbuh sebagai anak yang (cukup) pemalu. Masih begitu jelas dalam ingatanku, di saat hari pertama masuk sekolah TK, ibu menemaniku selama seminggu. Begitu pula saat memasuki SD, ibu juga tetap menungguku diluar kelas. Aku begitu takut bertemu dengan orang-orang baru. Tak hanya sampai disitu, ketika ada pesta ulang tahun, aku tidak akan mau pergi kalau tidak ditemani ibu. Jika anak-anak lainnya begitu antusias berkumpul dan bernyanyi bersama, aku hanya duduk diam memperhatikan mereka. Terkadang lucunya, ketika perhatianku mulai teralihkan dalam suasana pesta, ibu diam-diam pulang kerumah. Membiarkanku berbaur dengan anak-anak lainnya. Dan pastinya setelah pesta usai, aku akan kebingungan mencari ibu yang telah menghilang.

3. Model Foto Dadakan

Unsplash

Sedari muda ayahku memang memiliki hobi memotret. Terkadang ayah suka mengajakku pergi jalan-jalan, entah itu ke laut atau ke taman. Dan setiap perjalanan kami pasti diisi dengan edisi pemotretan. Siapa lagi kalau bukan aku yang menjadi modelnya. Berdiri dengan berkacak pinggang menjadi gaya favoritku saat itu. Namun semuanya perlahan menghilang.

Aku tidak ingat kapan terakhir kali ayah berhenti memotret. Rasa penasaran itu tiba-tiba muncul. Aku yang sudah besar mulai berpikir, “Di mana kamera kesayangan ayah sekarang?”. Ternyata kamera beliau telah lama dijual. Sudah rusak katanya. Ah, ingin sekali rasanya membelikan ayah kamera baru, batinku.

4. Harapan Keluarga

Unsplash

Sebagai anak sulung, aku menyadari bahwa ayah ibu menaruh harapan begitu besar dipundakku. Harapan untuk bisa mengangkat harkat derajat keluarga. Mereka tidak pernah mengeluh ataupun menuntut atas jasa yang telah mereka berikan. Ayah ibuku tersayang, doakanlah anakmu ini dalam setiap sujudmu. Karena hanya dengan restumu, Tuhan akan memudahkan jalan cita-citaku. Terima kasih telah memberikanku kenangan masa kecil yang indah. Berharap suatu saat nanti, aku juga bisa memberikan mahakarya terbaik untuk kalian berdua.

Kompetisi menulis Storyline "Mahakarya untuk Ayah Ibu"

community.idntimes.com

Diperpanjang s/d 31 Januari 2017! Menangkan hadiah utama PAKET WISATA ke Singapore, Perhiasan emas dari Frank & Co. serta Ide cerita terbaik akan dijadikan naskah video iklan Semen Gresik!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Nissa Mauliani
EditorNissa Mauliani
Follow Us