Sering Disepelekan, 6 Manfaat Penting Budaya Ngobrol dalam Keluarga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesibukan kerap menjadi alasan kurangnya waktu yang berkualitas bersama keluarga. Bahkan untuk sekadar ngobrol. Sekalinya berkumpul di rumah, masing-masing sudah diasyikkan dengan gadget. Sementara bersama-sama menonton televisi pun belum tentu bisa membuka keran obrolan.
Padahal, mengobrol dengan anggota keluarga itu penting banget lho. Apalagi obrolan antara orang tua dengan anak. Berikut 6 manfaat penting yang akan didapat ketika ngobrol telah menjadi budaya di rumah:
1. Mempererat hubungan emosional antar anggota keluarga
Kedekatan secara fisik tidak menjamin dua orang atau lebih bisa dekat secara emosional. Hubungan emosional yang kuat perlu dibangun melalui komunikasi yang lancar setiap hari. Jika orang tua tidak membiasakan diri untuk mengobrol dengan anak-anaknya, baik orang tua maupun anak akan merasa asing satu sama lain. Kenal tetapi tidak mengenalnya secara mendalam sehingga kontak batin di antara mereka pun lemah.
2. Supaya orang tua mengerti kesukaan dan keinginan anak
Seberapa penting sih, orang tua mengerti kesukaan dan keinginan anak? Sangat penting, supaya arahan orang tua tidak berlawanan dengan kesukaan dan keinginan anak sehingga menimbulkan konflik. Dalam proses untuk mengerti apa saja yang disukai dan diinginkan anak, tentu tidak bisa hanya dengan menanyakan secara langsung pada mereka.
Kesukaan dan keinginan anak kan, bukan cuma meliputi makanan atau model pakaian yang mudah disebutkan jika ditanya melainkan segala hal yang lebih berarti dalam hidup mereka. Seperti bidang yang mereka minati, model pendidikan yang lebih mudah mereka ikuti, masa depan yang mereka bayangkan, termasuk bagaimana mereka sebenarnya ingin diperlakukan oleh orang tua. Dengan kebiasaan mengobrol antara orang tua dengan anak, kesalahpahaman antara orang tua dengan anak akan dapat diminimalkan.
3. Supaya anak memahami alasan di balik sikap dan peraturan orang tua
Melanjutkan poin 2, anak punya harapan akan perlakuan orang tua pada mereka, orang tua tentu juga punya harapan pada anak di balik sikap dan peraturan mereka. Misalnya, kenapa orang tua tetap tidak mengizinkan anak untuk mengemudikan sepeda motor atau mobil sebelum anak memilik surat izin mengemudi padahal banyak temannya ke mana-mana sudah membawa kendaraan sendiri. Atau kenapa orang tua bersikap agak keras ketika anak pergi berdua dengan teman lawan jenis.
Jika orang tua dengan anak jarang mengobrol, sikap dan peraturan orang tua mudah disalahpahami oleh anak. Anak tidak mengerti bahwa sikap dan peraturan orang tua sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri. Ujung-ujungnya, anak menjadi kerap melawan orang tuanya.
Baca Juga: 6 Pelajaran Hidup dari film "Little Women", Bikin Kangen Keluarga
Editor’s picks
4. Agar jika anak punya masalah, orang tua cepat mengetahuinya
Kurang lancarnya komunikasi antara orang tua dengan anak sering kali menjadi bumerang untuk keluarga itu sendiri. Anak tidak akrab dengan orang tuanya, apalagi seiring anak beranjak remaja. Obrolan ringan saja jarang, bagaimana anak akan merasa nyaman untuk membicarakan masalah mereka dengan orang tua? Makin berat masalahnya, makin anak memilih untuk memendamnya.
Padahal, mereka masih muda. Kurangnya pengalaman tentu membuat mereka kadang kesulitan untuk mengatasi permasalahannya. Daya tahan mereka terhadap masalah atau tekanan dari luar juga masih lemah. Tak jarang, orang tua baru mengetahui masalah yang dialami anak justru dari teman-temannya atau ketika kondisi anak sudah sangat buruk. Termasuk, bila di luar rumah anak mengalami perundungan.
5. Transfer kedewasaan dari orang tua ke anak
Sikap yang dewasa tidak serta-merta mengikuti pertambahan usia anak. Bagaimanapun, kedewasaan juga perlu diajarkan oleh orang tua. Ada dua cara mengajarkan kedewasaan pada anak, yaitu memberi teladan dan melalui obrolan. Di dalam obrolan, cara pandang orang tua yang jelas jauh lebih dewasa daripada anak akan memengaruhi cara anak berpikir, merasa, dan pada akhirnya sikap-sikap yang mereka ambil saat dihadapkan pada berbagai situasi.
6. Bakal jadi kenangan yang paling menghangatkan hati orang tua maupun anak saat keduanya tinggal berjauhan
Akan ada masanya anak-anak seperti burung-burung yang meninggalkan sarang induk mereka untuk membangun sarang mereka sendiri di tempat-tempat yang jauh. Bila sejak dahulu kedekatan emosional antara anak dengan orang tua tidak pernah dibangun melalui kebiasaan mengobrol, fase anak pergi meninggalkan rumah ini akan terasa seperti betul-betul memutuskan hubungan mereka.
Saat masih serumah pun tak pernah akrab, apalagi setelah dipisahkan jarak yang begitu jauh? Berbeda jika sejak anak kecil, mengobrol sudah menjadi budaya di rumah. Bentangan jarak antara mereka dengan orang tua saat mereka dewasa dan hidup terpisah justru akan makin mendekatkan emosi keduanya.
Itu karena orang tua dan anak selalu dihubungkan oleh tali tak kasatmata yang amat kuat, yaitu memori akan semua obrolan yang pernah terjadi di antara mereka. Ingatan itu akan selalu menghangatkan hati mereka sehingga yang secara fisik berjauhan pun akan terus terasa dekat di hati dan mereka pun akan terus saling menghubungi sehingga komunikasi tidak pernah terputus.
Ngobrol memang terdengar sepele, tetapi manfaatnya tidak bisa diselepekan. Apalagi dalam keluarga, unit sosial terkecil yang seharusnya keakraban antar anggotanya melebihi keakraban mereka dengan orang-orang di luar keluarga. Yuk, budayakan ngobrol di rumah kita demi keluarga yang lebih hangat dan harmonis.
Baca Juga: 5 Cara Agar Kamu Gak Cepat Bereaksi Negatif saat Sedang Ngobrol
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.