Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pentingnya Menegur Anak yang Menjadikan Segalanya sebagai Mainan

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Jonathan Borba)

Anak utamanya usia balita memang suka memainkan apa saja. Rasa penasarannya amat tinggi dan menyentuh atau memainkan sesuatu menjadi caranya mengenal benda-benda. Namun, kesukaan anak memainkan apa saja bisa berakibat kurang baik.

Seperti ia membanting smartphone, merobek buku kakaknya, bahkan memainkan peralatan yang terhubung dengan listrik. Hewan peliharaan pun kerap dimainkan oleh anak sehingga binatang tersebut stres bahkan mati. Apakah perilaku seperti ini boleh dibiarkan saja?

Beberapa orangtua sangat permisif tentang hal ini. Ulah anak selalu ditoleransi dengan dalih namanya juga anak-anak. Padahal, anak pun perlu dibatasi dan diarahkan ketika bermain. Berikut enam alasan penting kita perlu menegur anak yang memainkan barang-barang yang tak semestinya.

1. Mengajarinya membedakan mainan dan bukan mainan

ilustrasi menemani anak bermain (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi menemani anak bermain (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kalau anak tidak diberi tahu, secara naluri segalanya akan dianggapnya sebagai mainan. Orangtua yang harus mengajarinya untuk membedakan mana mainan dan mana bukan mainan. Tentu kita tak bisa menjelaskan pada anak tentang ciri-ciri mainan.

Cukup kita langsung saja mencegahnya mengambil benda-benda yang tidak seharusnya dimainkan. Pastinya gak dengan kasar dan mengagetkan anak ya, karena dapat membuatnya menangis. Katakan larangan dengan suara yang lembut tetapi tegas.

Jika anak merengek, jangan mengendurkan larangan lalu menyerahkan benda tersebut. Tetap tolak permintaan anak untuk memainkannya seraya menjelaskan alasannya. Kita tentu butuh berkali-kali menjelaskannya supaya anak belajar memahaminya. Jangan lupa segera ganti dengan mainan yang sesungguhnya dan temani anak biar perhatiannya teralihkan.

2. Beberapa barang bisa berbahaya untuknya

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Gustavo Fring)

Karena tidak didesain sebagai mainan untuk anak-anak, tentu banyak barang yang disentuh anak bisa sangat membahayakannya. Contohnya, smartphone yang dapat menampilkan berbagai konten dewasa dan kekerasan. Kita gak boleh berpikir toh, anak belum mengerti sehingga akan aman-aman saja.

Justru kepolosannya dapat membuatnya dengan mudah merekam semua hal yang dilihat atau didengarnya. Akibatnya, anak pun meniru hal-hal negatif dalam konten. Begitu pula benda-benda non-mainan anak lainnya, seperti setiap barang yang permukaannya tajam. 

Apalagi ketika anak sedang senang-senangnya memasukkan semua benda ke mulut. Anak dapat keracunan atau menelan benda-benda tersebut. Selain segera menegur, kita juga mesti memindahkan benda-benda berbahaya itu ke tempat yang jauh dari jangkauan anak.

3. Cegah banyak barang rusak oleh anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Sayang pada anak tidak berarti kita membiarkan saja ia merusak berbagai barang di rumah. Sekalipun anak melakukannya tanpa sengaja karena belum tahu apa-apa, kita tetap harus mengarahkannya. Bagaimanapun juga, semua benda di rumah ada harganya. 

Kalau anak dibiarkan memainkan setiapnya dan barang-barang itu menjadi cepat sekali rusak, pengeluaran rumah tangga akan melonjak. Mungkin kita tak sampai perlu menggantinya, tetapi harus tetap memperbaikinya. Gak ada kata terlalu dini untuk mengajari anak segala hal baik.

Termasuk, menghargai serta merawat barang-barang yang dimiliki. Anak sebetulnya selalu siap mempelajari hal-hal baru, tak terkecuali alasan ia dilarang menyentuh beberapa barang. Misalnya, anak bermain-main dengan tombol mesin cuci. Katakan saja secara sederhana bahwa jika mesin cuci sampai rusak, nanti pakaian anak gak bisa dicuci sehingga ia tidak punya baju ganti yang bersih.

4. Melatih anak untuk menghargai kepemilikan

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Gustavo Fring)

Apa pun benda yang dimainkan anak, bila itu milik orang lain maka ia harus diminta untuk mengembalikannya. Sekalipun barangnya tidak berbahaya, tetapi ada kepemilikan orang lain yang harus dihargai. Anak gak boleh main ambil saja dan memperlakukannya seperti barang milik sendiri.

Jelaskan pada anak bahwa ia cuma boleh bermain dengan mainan milik sendiri. Kalaupun anak ingin mencoba mainan orang lain harus pinjam dulu secara baik-baik. Jika anak tidak diizinkan, dia gak boleh memaksa. 

Apalagi bila barang yang diinginkan memang milik orang lain dan bukan mainan, anak mesti lebih bisa mengontrol dirinya. Jika anak sulit mengerti, minta anak membayangkan seandainya barang miliknya tahu-tahu diambil dan dimainkan oleh orang lain. Tentu anak akan kesal, kan? Begitu pula yang dirasakan orang lain.

5. Membiasakan anak tidak selalu memperoleh keinginannya

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi anak menangis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Anak mesti dikenalkan pada kenyataan yang akan kerap tak sesuai dengan harapannya. Salah satu caranya adalah dengan lekas menegurnya ketika memainkan benda-benda yang tidak semestinya. Anak yang tengah amat antusias pada sesuatu pasti bakal kecewa.

Tetapi, kekecewaan seperti ini nantinya juga bakal sering dialaminya sepanjang hidup. Bukan berarti kita ingin melihatnya terluka sekarang juga, tapi anak tak akan dapat menghadapi kekecewaan dengan baik apabila terbiasa memperoleh setiap hal yang diinginkan. Kegagalannya mendapatkan sesuatu bisa bikin dia amat terpukul.

Anak yang selalu memperoleh keinginannya akan tumbuh dengan karakter manja. Kemauannya bermacam-macam serta tidak siap ketika berhadapan dengan realitas yang lebih sulit dari bayangan. Mulai menegur anak yang memainkan benda-benda non-mainan berguna untuk meningkatkan kontrol dirinya sekaligus menguatkan perasaan ketika berhadapan dengan kekecewaan.

6. Agar penghuni rumah yang lain tidak kesal

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Nicola Barts)
ilustrasi anak bermain (pexels.com/Nicola Barts)

Di rumah gak cuma ada orangtua serta anak. Mungkin juga ada kakaknya, kakek dan neneknya, serta saudara yang lain. Jika anak terbiasa mengambil benda apa saja dan memainkannya, pemiliknya bisa kesal.

Suatu barang tiba-tiba hilang saat ia hendak memakainya. Padahal, benda itu sangat penting seperti terkait dengan pekerjaan. Kita tidak bisa meminta semua orang selalu bersabar dengan perilaku anak.

Ada waktunya kita juga mesti mengajari anak supaya lebih hati-hati dengan benda-benda punya orang lain. Pun bila suatu barang sudah dibawa anak biasanya sangat sulit untuk kita mencarinya. Anak sering lupa di mana terakhir kali meletakkannya. Ia ditanya berkali-kali pun tetap tak mampu menunjukkannya.

Mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dimainkan oleh anak merupakan bagian dari pendidikan awal untuknya. Justru karena kita sayang pada anak, maka kita memperkenalkannya pada sejumlah aturan. Lebih baik kita segera menegur anak daripada tiba-tiba memarahinya saat cara bermainnya makin tak terkendali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Trik Menata Kamar Tidur agar Nyaman dan Gak Sumpek

04 Sep 2025, 19:07 WIBLife