5 Masalah yang Sering Disembunyikan Anak dari Orangtua

- Anak sering menyembunyikan nilai buruk di sekolah karena takut dihukum atau merasa malu.
- Ketakutan anak untuk mengaku merusak atau menghilangkan barang membuatnya berbohong dan menyembunyikan kejadian tersebut.
- Baik sebagai korban maupun pelaku, anak cenderung menyembunyikan kasus perundungan atau bullying yang dialaminya.
Banyak orang mengatakan anak selalu jujur. Bahkan kadang terlalu jujur saking polosnya sehingga perkataannya dapat terdengar kurang sopan. Akan tetapi, anak juga bisa sengaja menutupi sesuatu dari orangtua.
Termasuk memberikan jawaban bohong guna menyembunyikan hal-hal yang tak diharapkannya akan diketahui orangtua. Perilaku ini biasanya didorong oleh rasa takut bakal dihukum atau dimarahi. Bisa juga ada tekanan dari orang lain supaya ia tidak mengatakan yang sebenarnya.
Maka dari itu, orangtua tidak bisa begitu saja memercayai ucapan anak. Sekalipun kamu dan pasangan juga gak boleh tampak sekali meragukan kejujuran anak, penyelidikan mungkin diperlukan. Amati gelagatnya. Biasanya, inilah lima masalah yang sering disembunyikan anak dari orangtua. Ketahui lebih lanjut!
1. Nilai yang buruk

Bukan cuma anakmu. Boleh jadi kamu dan pasangan dulu juga begini. Setiap ada lembar hasil ulangan yang sudah dinilai guru dan dibagikan, tidak semuanya diberikan pada orangtua. Dirimu sengaja menyembunyikan nilai yang jelek.
Anakmu pun bisa berbuat sama. Terutama jika kamu dan pasangan cenderung bersikap negatif tiap anak mendapatkan nilai di bawah harapan. Itu terasa sebagai hukuman baginya. Namun, anak juga dapat menyembunyikannya karena rasa malu.
Dia sadar nilainya tidak sebaik kawan-kawan di kelas. Sekalipun orangtua bersikap biasa saja bahkan memotivasi anak, ia tetap merasa gak percaya diri dengan hasil ulangannya. Kamu perlu lebih aktif menanyakan hasil ulangannya sudah dibagi atau belum. Yakinkan anak bahwa berapa pun nilainya bukan persoalan besar.
2. Merusak atau menghilangkan barang

Ketakutan anak untuk jujur dilatarbelakangi kesadaran bahwa dirinya bersalah. Sekalipun dia gak sengaja merusak atau menghilangkan barang, ia tahu mesti bertanggung jawab. Hanya saja, ketidaktahuan akan cara dan kemampuan mempertanggungjawabkan hal tersebut membuatnya gentar.
Contohnya, anak bermain di ruang kerjamu dan tak sengaja menyenggol laptopmu sampai jatuh. Anak tahu bahwa perangkat tersebut selalu digunakan olehmu buat bekerja. Kamu juga sering mengingatkannya agar berhati-hati ketika dekat dengan laptop.
Ia paham telah melakukan sesuatu yang sangat buruk. Tak terbayangkan olehnya nanti kemarahanmu akan seperti apa. Anak berusaha mengembalikan laptop ke meja seperti semula biar dirimu gak tahu perangkat itu sempat terjatuh. Atau, dia buru-buru pergi dan nanti berpura-pura gak tahu kenapa laptop bisa sampai jatuh ke lantai.
3. Perundungan

Masalah berikutnya yang kerap tidak dibeberkan anak ialah perundungan atau bullying. Baik anak sebagai korban maupun pelaku perundungan dapat sengaja menyembunyikan hal ini. Jika anak menjadi korban bullying, biasanya ada tekanan atau ancaman dari pelaku.
Itu membuat anak tidak berani mengatakan apa yang dialaminya pada siapa pun. Sementara bila anak justru menjadi pelakunya, sebetulnya ia tahu bahwa tindakannya salah. Orangtua bakal memarahinya habis-habisan kalau dia ketahuan berbuat jahat pada teman.
Agak lain kalau anak sebatas menjadi saksi. Masih lebih mudah baginya mengatakan apa yang dilihatnya di sekolah pada orangtua. Sekalipun barangkali ia tak berani langsung melaporkannya ke guru.
4. Jajan yang gak sehat

Soal jajanan pun, anak dapat berusaha mengarang jawaban untuk menghindari kejujuran yang berakibat kurang menyenangkan. Misalnya, anak saat ditanya tadi di sekolah jajan apa mengatakan gak jajan apa-apa. Namun, uang sakunya habis atau berkurang.
Atau, dia berkata cuma beli air mineral dan kue. Padahal, anak membeli jajanan berbumbu tajam atau minuman dengan pewarna dan gula tinggi. Pulang-pulang ia batuk atau mengalami radang tenggorokan.
Anak menutupinya dari orangtua sebab sebetulnya dia dilarang mengonsumsi jajanan tersebut. Anak tidak mau diomeli kalau jujur. Pada akhirnya dirimu mengetahui kebohongannya dari sakit yang timbul kemudian. Akan tetapi, anak berpikir setidaknya perbuatannya sudah lebih lama berlalu. Ia merasa lebih baik menunda kena marah orangtua.
5. Cinta monyet

Jika anak sudah merasakan ketertarikan khusus pada salah satu teman lawan jenis, ini juga akan ditutupinya rapat-rapat. Bahkan seadainya kamu tahu dan menggodanya, anak berkeras mengelak. Malah anak dapat marah hingga hampir menangis.
Anak mungkin belum mengerti itulah yang disebut dengan cinta monyet. Baginya, rasanya hanya seperti persahabatan. Kalaupun anak yang baru puber sadar dia jatuh cinta, ia terlalu malu buat mengakuinya.
Anak mulai berusaha membangun privasi. Dia punya dunia kecil yang cuma berisi dirinya serta teman yang diam-diam ditaksir. Pertanyaan pancingan seperti kamu berpura-pura menanyakan kawannya yang satu itu juga hanya dijawab singkat-singkat atau malah tak tahu.
Tidak semua usaha anak menutupi sesuatu dari orangtua perlu dibongkar. Namun, masalah yang sering disembunyikan anak dari orangtua pada nomor 1 sampai 4 memang mesti didorong agar mereka lebih terbuka. Tenangkan dirinya dan jangan malah menakuti dengan ancaman.
Sedang masalah cinta monyet gak usah terlalu dicampuri. Cukup ingatkan anak mengenai batasan dalam berhubungan dengan lawan jenis. Juga jangan sampai hal tersebut mengganggu fokusnya dalam belajar.