Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Orangtua Menjadi Helicopter Parent, Tuntutan Sosial?

Ilustrasi orangtua dan anaknya (pexels.com/Pixabay)

Banyak orangtua yang memiliki kekhawatiran berlebihan kepada anaknya, hingga akhirnya menumbuhkan helicopter parenting atau gaya pengasuhan layaknya helikopter. Secara umum, helicopter parenting adalah gaya pengasuhan yang over protektif.

"Helicopter parenting berarti terlibat dalam kehidupan anak dengan cara yang terlalu mengontrol, melindungi, dan menyempurnakan, menggunakan kapasitas yang melebihi tanggung jawab orang tua," jelas Ann Dunnewold, seorang psikolog berlisensi, dikutip Parents.

Sayangnya, masih banyak orangtua yang menerapkan helicopter parenting untuk mendidik anaknya. Tentu, helicopter parenting ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Nah, berikut faktor-faktornya yang perlu kamu ketahui.

1. Takut anak mengalami kegagalan atau konsekuensi yang buruk

Ilustrasi orangtua dan anaknya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dilansir Psychology Today, Elizabeth Dorrance Hall, seorang asisten profesor komunikasi, menyebutkan bahwa banyak orangtua yang terlalu fokus untuk melakukan pencegahan. Pencegahan ini dilakukan untuk menghindarkan anak dari kegagalan dan kekecewaan.

Banyak orangtua yang merasa takut anaknya mengalami kegagalan dalam segala bidang, sehingga mereka sebisa mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Namun sayangnya, hal tersebut malah membuat mereka menjadi over protektif dan terlalu mengekang anak karena mengalami banyak ketakutan serta kekhawatiran.

2. Mengalami tekanan sosial

Ilustrasi orang yang sedang tertekan (pexels.com/Andrew Neel)

Sebagai orangtua, mendidik dan mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Jika anak berperilaku gak baik, biasanya banyak orang yang mengatakan bahwa didikan orangtuanya pun kurang baik, sehingga hal tersebut terkadang membuat orangtua mengalami tekanan dan mendorong mereka untuk mendidik anak sebaik mungkin.

"Ini gak realistis, tetapi orangtua sering berpikir jika anak mereka gak melakukan sesuatu dengan baik, itu adalah cerminan mereka sebagai orangtua," tutur Michelle M. Reynolds, seorang psikolog klinis, dikutip Verywell Family.

Sebenarnya bukan hal yang salah jika orangtua berkeinginan untuk mendidik anaknya sebaik mungkin. Namun, tekanan sosial yang terlalu berat membuat orangtua pun akhirnya memberikan banyak tekanan kepada anak-anak mereka, karena berambisi untuk menciptakan perilaku anak sebaik mungkin.

3. Memiliki perasaan cemas

Ilustrasi orang yang sedang cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat mendidik dan mengasuh anak, banyak orangtua yang kerap mengalami kecemasan. Rasa cemas ini diakibatkan karena takut anaknya gak bisa menghadapi banyak hal di dunia atau bahkan khawatir anaknya gak sesuai ekspektasi mereka.

"Kekhawatiran dapat mendorong orangtua untuk mengambil kendali, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menjaga anaknya agar gak terluka atau kecewa," ujar Carolyn Daitch, seorang direktur Center for the Treatment of Anxiety Disorders, dikutip Parents.

Orangtua yang mengalami rasa cemas berlebihan saat mengurus anaknya biasanya akan membuat anak terus menerus berada di bawah kendali mereka. Ini karena orangtua berpikir bahwa anak akan aman jika semua hal dalam hidupnya dikontrol oleh mereka.

4. Naluri untuk melindungi anak

Ilustrasi orangtua dan anaknya (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Setiap orangtua tentunya memiliki naluri untuk melindungi anaknya. Mereka pun berusaha untuk menjaga anaknya agar gak terluka atau tersakiti. Namun, naluri melindungi yang berlebihan ternyata menjadi salah satu penyebab munculnya helicopter parenting.

Dilansir Verywell Family, Hedy Phillips, seorang content writer, menyebutkan beberapa orangtua percaya bahwa gak pernah mengalami kegagalan akan jauh lebih baik dibandingkan menjalankan pengalaman hidup dan akhirnya gagal atau kecewa. Banyak orangtua yang memiliki stigma seperti itu terhadap anaknya.

Hal tersebut menyebabkan orangtua merasa memiliki tanggung jawab berlebihan untuk gak membuat anaknya kecewa. Pada akhirnya, orangtua pun secara gak sadar menerapkan helicopter parenting dan terlalu mengekang anaknya.

5. Adanya budaya persaingan

Ilustrasi orangtua dan anaknya (pexels.com/Julia M Cameron)

Dilansir Lifehack, Dr. Magdalena Battles, seorang doktor psikologi, menyebutkan banyak orangtua yang percaya bahwa mereka harus memaksimalkan keterampilan dalam mengasuh anak. Namun, secara gak sadar hal tersebut dilakukan dengan berlebihan hingga mengarah ke helicopter parenting.

Orangtua yang kerap berusaha keras untuk memaksimalkan parenting pun biasanya didorong oleh budaya persaingan. Banyak orangtua yang menginginkan anaknya jauh lebih baik dibandingkan anak-anak lainnya. Hal itu pula yang membuat orangtua terlalu ikut campur terhadap kehidupan anaknya dan berakhir sebagai pribadi yang over protektif.

Nah, itu dia beberapa penyebab orangtua memiliki pola helicopter parenting. Ternyata, penyebabnya pun bisa datang dari faktor eksternal. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us