Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tantangan Mengasuh Dua Anak, Stres Berlipat saat Rewel Barengan

ilustrasi keluarga (pexels.com/THADEO MOSQUEDA)

Punya anak berapa pun tentu wajib disyukuri oleh orangtua. Kehadiran buah hati memastikan garis keturunanmu dan pasangan berlanjut. Namun, seiring bertambahnya jumlah anak pasti tantangan dalam mengasuhnya setiap hari juga meningkat.

Ketika anak baru satu saja, kamu dan pasangan kerap merasa kecapekan. Apalagi sekarang ada dua anak yang sama-sama menuntut perhatian dan belum bisa mandiri. Di satu sisi, kalian senang karena menambah momongan sudah menjadi keinginan bersama dan terwujud.

Secara umum, kedua buah hatimu juga lahir serta tumbuh dengan sehat. Namun, di sisi lain kalian pun tak jarang mengelus dada ketika kesabaran dan tenaga seperti terkuras selama mendampingi anak. Berikut tujuh tantangan yang umum dihadapi oleh orangtua saat harus mengasuh dua anaknya. Kamu dan pasangan dituntut makin kompak dalam berbagi tugas pengasuhan.

1. Rasa cemburu di antara keduanya amat besar

ilustrasi ayah dua anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kecemburuan ini lebih terlihat pada kakak dan adik yang selisih usianya amat dekat. Misalnya, hanya setahun. Kakaknya masih membutuhkan perhatian besar dari orangtua, tetapi adik sudah lahir. Akibatnya, perhatian orangtua gak bisa fokus pada anak pertama saja.

Anak sulung menjadi kerap memprotes setiap tindakanmu yang menurutnya tidak adil. Apabila nanti adiknya bertambah besar dan sudah bisa bicara, ia juga dapat gantian kesal ketika merasa dirimu lebih memprioritaskan kakaknya. Sabar, ya, karena kecemburuan antarsaudara ini bisa awet hingga mereka remaja bahkan dewasa. Terpenting kamu dan pasangan terus memberi mereka pengertian.

2. Kakak kesal diikuti adik terus

ilustrasi ibu dua anak (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Kakak yang juga masih usia anak-anak bahkan balita dapat merasa risi diikuti oleh adiknya yang baru belajar merangkak atau berjalan. Lama-lama kakak ingin kabur begitu adiknya terlihat mendekat. Walaupun bagi adiknya ini bagus karena melatih motoriknya, tapi untuk kakak akan terasa menyebalkan. 

Keberadaan adik di dekat kakak membuatnya merasa terganggu dan tidak bebas. Terlebih setelah mereka berdekatan, adik gak bisa diam dan terus menarik-narik bahkan memukul atau menendang kakaknya. Kakak yang sudah lama tidak menangis pun dapat tiba-tiba terkesan cengeng lagi, saking stresnya didekati adik terus.

Jika kakaknya sudah tampak sangat tak nyaman, lebih baik kamu menggendong dan membawa adiknya menjauh dulu. Namun, gak berarti dirimu lantas mengabaikan anak pertama seakan-akan menghukumnya. Cukup biar gerak-gerik adiknya tidak mengganggunya lagi. Kamu dapat sambil mengajak bicara kakak dari jarak yang cukup jauh. Nanti kalau kakak sudah merasa nyaman lagi pasti akhirnya mendekati adik.

3. Tapi bisa juga kakak amat protektif pada adiknya

ilustrasi ibu dua anak (pexels.com/Ron Lach)

Sebagian anak butuh waktu lebih lama untuk bisa menerima kehadiran adik di rumah. Ini ditandai dari kecemburuan yang tinggi seperti dalam poin pertama. Akan tetapi, ada pula kakak yang secara terbuka menunjukkan sikap protektifnya pada adik. 

Ia dekat dengan adiknya dan secara umum ini bagus. Kamu gak terlalu sulit untuk mengajarkan kasih sayang di antara mereka. Hanya saja kadang repot juga ketika adik atau kakak akan diajak pergi secara terpisah. Kakak yang juga masih kecil dapat ketakutan kalau-kalau adiknya bakal hilang di jalan dan mereka tidak bisa bertemu lagi. Ada-ada saja, ya?

4. Gak bisa memboncengkan keduanya

ilustrasi keluarga (pexels.com/Sofia Shultz)

Saat anak baru satu, kamu serta pasangan masih mudah membawanya jalan-jalan dengan berboncengan sepeda motor. Anak bisa digendong di tengah. Anak pun sepertinya nyaman-nyaman saja dan malah terbuai semilir angin sampai ketiduran.

Namun, setelah ada dua anak, bepergian dengan sepeda motor sangat sulit. Sepeda motor menjadi terlalu penuh dan gak aman. Maka kehadiran anak kedua juga sering menjadi titik ketika pasangan suami istri memutuskan membeli mobil. Baik kalian pergi berempat atau kamu cuma bertiga dengan anak-anak menjadi lebih gampang. Kedua anak aman serta nyaman di jok belakang atau tengah. Belanja sambil membawa anak tidak lagi sesusah ketika kalian hanya punya satu sepeda motor.

5. Adik merengek ikut kakak sekolah

ilustrasi murid sekolah (pexels.com/112 Uttar Pradesh)

Jika usia mereka hanya selisih satu tahun dan sekolah tidak menetapkan batasan usia minimum dengan ketat, tentu keduanya dapat bersekolah bersama. Namun, apabila usia anak kedua belum memenuhi persyaratan masuk sekolah yang sama dengan kakaknya, ini menjadi persoalan baru. Setiap pagi terjadi kegemparan di rumah.

Adik rewel bahkan menangis sekencang-kencangnya karena ditinggal kakaknya bersekolah. Kali ini bukan kakak yang protektif pada adiknya, melainkan adik memiliki kelekatan yang kurang aman dengan saudara tuanya. Kamu dan pasangan selain mesti menghibur serta mengalihkan perhatiannya juga perlu tetap tegas.

Adik kudu belajar memahami bahwa ia gak bisa selalu bersama kakaknya. Hindari dirimu atau pasangan sampai membawa anak kedua ke sekolah kakaknya dan menunggu hingga sekolah usai. Selain kakak dapat malu pada teman-temannya, adiknya bisa mengganggu ketenangan sekolah, serta tidak kunjung terbiasa berpisah dari kakaknya.

6. Terpecah menjadi anak ayah dan anak ibu

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kindel Media)

Tentu sebetulnya keduanya adalah anak ayah sekaligus anak ibu. Namun, seiring dengan munculnya rasa cemburu di antara kakak dan adik oleh berbagai sebab, mereka memilih buat dekat ke salah satu orangtua saja. Pemicunya misalnya, kamu menegur kakak dengan cukup keras ketika menakali adiknya.

Kakak yang merasa kesal lalu berlari ke pasanganmu. Sementara adiknya lebih nyaman berada dalam penjagaanmu. Di rumah menjadi seperti ada dua blok yang bermusuhan. Cara mengatasinya adalah dengan kamu serta pasangan kompak memberi pengertian pada anak, bahwa kasih sayang orangtua buat mereka setara.

7. Stres tinggi ketika keduanya rewel atau bertengkar

ilustrasi ibu dua anak (pexels.com/cottonbro studio)

Punya anak satu saja juga bisa rewel sewaktu-waktu dan bikin pusing. Tapi kalau baru anak satu biasanya lebih mudah ditenangkan. Di rumah ada dua orang dewasa dan satu anak kecil yang lagi tantrum. Pun anak tak punya lawan buat bertengkar, kecuali salah satu dari kalian lagi suka mengusilinya.

Sementara itu, adanya dua anak di rumah bikin suasana lebih ramai. Bukan cuma riuh oleh canda tawa mereka, tapi juga suara tangis dan jeritan ketika keduanya bertengkar atau kompak rewel. Bila di rumah hanya ada kamu, menenangkan keduanya benar-benar memayahkan.

Jika dirimu gak tahu lagi mesti melakukan apa, paling-paling keduanya dibiarkan menangis sampai capek sendiri. Kalau mereka sudah lelah biasanya lanjut tidur atau minta makan dulu. Bangun-bangun keduanya telah lebih tenang bahkan dapat main bareng lagi. Walau tentu saja, mendengarkan keduanya menangis juga menguji kesabaran dan bikin kamu gak enak sama tetangga.

Dua anak biasanya juga dua karakter. Semirip-miripnya sifat kakak dengan adik, biasanya tetap ada perbedaannya. Makin berlainan watak mereka makin kerap terjadi keributan di rumah. Kamu dan pasangan harus terus saling menguatkan saat menghadapi berbagai tantangan di atas. Dengan kasih sayang serta memperlancar komunikasi dalam keluarga, lama-kelamaan suasana rumah lebih kondusif. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ines Sela Melia
EditorInes Sela Melia
Follow Us