5 Tips Aman Menonton Televisi untuk Anak, Wajib Didampingi Orangtua!

Beberapa orangtua khawatir adanya televisi akan berpengaruh buruk pada anak. Ia dapat keasyikan menontonnya, malas belajar, bahkan sulit untuk sekadar tidur atau bermain dengan teman sebaya. Kalau tidak ada aturan tentang penggunaan televisi di rumah, akibat-akibat buruk seperti itu memang dapat terjadi.
Namun, tidak semua keluarga siap meniadakan televisi di rumah. Televisi masih menjadi sumber hiburan yang murah, mudah diakses, serta bisa dinikmati bersama seluruh anggota keluarga. Lain dengan smartphone yang sifatnya lebih individual.
Pada dasarnya gak apa-apa jika orangtua masih ingin menikmati siaran televisi bersama anak. Namun, pastikan orangtua tidak abai pada lima hal berikut. Semua hal dapat berbahaya untuk anak apabila gak ada pengawasan dari orang dewasa.
1. Pilih siaran yang ramah anak

Makin banyak sinyal yang dapat ditangkap, makin beragam siaran televisi yang bisa dinikmati di rumah. Satu sisi menyenangkan, tetapi di sisi lain anak juga lebih rentan menyaksikan tayangan yang bukan untuk usianya. Orangtua mesti memilihkan tontonan yang cocok buat anak dan membiasakannya.
Bahkan tak semua film kartun pas untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Lihat betul seperti apa isi ceritanya sebelum membiarkan anak menontonnya. Siaran tentang kehidupan satwa dan tumbuh-tumbuhan termasuk baik buat menambah pengetahuan anak sehingga boleh lebih sering disetel.
Ini berarti, kamu sebagai orangtua juga mesti bisa mengalah soal tontonan demi anak. Walaupun siaran untuk anak sedang terjeda iklan, kamu jangan memindahnya ke tayangan buat orang dewasa. Meski hanya kisah rekaan, anak yang mendengar pertengkaran orang dewasa dalam sinetron dapat terpengaruh secara emosi dan perilaku.
2. Batasi waktunya

Sekalipun anak belum bersekolah, bukan berarti kegiatannya setiap hari di rumah hanya menonton televisi. Dari bangun tidur sampai tidur lagi anak seolah-olah diasuh oleh layar kaca. Pembiaran seperti ini tidak boleh dilakukan.
Berapa pun usia anak harus ada batas yang tegas tentang waktu menyaksikan televisi. Misalnya, satu jam di antara pagi dan siang jika anak belum bersekolah. Lalu 1 jam lagi pada petang hari.
Setelahnya matikan televisi dan beri anak kegiatan yang lain. Sediakan banyak mainan yang mendorongnya untuk bergerak aktif dan berpikir. Jangan anak cuma berpindah dari layar televisi ke layar gadget. Ini sama saja kurang baik untuknya.
3. Pendampingan orangtua atau orang dewasa lainnya

Anak gak bisa dilepas menonton televisi sendirian. Meski kelihatannya televisi aman dari potensi mencelakakan anak secara fisik, ia bisa memilih siaran yang kurang tepat untuknya bila tidak ditemani. Bahkan dalam tayangan khusus anak sekalipun pasti ada banyak hal yang belum dipahaminya dengan baik.
Keterbatasan pengetahuan anak bisa membuatnya keliru menyimpulkan atau meniru perilaku tokoh yang kurang baik. Sebaliknya, sikap positif tokoh lain dalam suatu tayangan justru tidak menarik baginya. Orangtua atau orang dewasa lainnya di rumah mesti membantu anak dalam memahami pesan moral dari tayangan apa pun.
Jika orangtua sedang tak bisa menemani anak menyaksikan televisi lebih baik dimatikan saja. Beri anak aktivitas yang lain, seperti menggambar dan mewarnai. Ia dapat melakukannya tidak jauh darimu yang harus memasak, misalnya. Acara di televisi gak dapat disalahkan sepenuhnya, jika orangtua saja tak mendampingi anak dalam menontonnya.
4. Jangan biarkan anak menjadi terlalu pasif selama menonton

Benar bahwa anak tentu sangat tertarik dengan suatu siaran yang disukainya. Namun, sebaiknya kamu tak membiarkannya hanya diam menonton dari awal sampai akhir selama 1 jam, misalnya. Sampai bila kegiatan menyaksikan televisi berbarengan dengan jam makan, anak gak kunjung menyuap.
Akhirnya malah orangtua yang repot karena mesti membujuknya buat makan hingga menyuapinya kembali seperti saat masih batita. Anak harus tetap melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan atau kewajibannya baik sebelum, selagi, atau sesudah menonton televisi.
Contoh lainnya adalah jeda iklan yang dapat dimanfaatkan anak untuk membaca buku pelajarannya. Kecilkan volume televisi saban siaran favoritnya disela oleh iklan. Meski hanya 5 menit, ini lebih baik ketimbang anak memelototi layar kaca terus. Dengan memanfaatkan jeda iklan, sampai akhir tayangan anak telah sempat belajar sekaligus tetap terhibur.
5. Dorong anak fokus ke satu siaran

Kalau remote tv sudah di tangan, anak biasanya terus memindah-mindahkan saluran. Bahkan ia sampai lupa suatu tayangan ada di saluran berapa. Meski sudah dipindah-pindah, sulit menemukannya karena kebetulan sedang iklan.
Jangankan anak, orang dewasa pun kadang begini. Kamu memindah-mindah saluran dengan harapan dapat menonton lebih banyak siaran. Namun, untuk anak-anak akibat buruknya lebih besar yaitu ia dapat kesulitan memusatkan fokus.
Konsentrasinya menjadi pendek yang ditandai dengan gampang lupa. Akhirnya dia tidak memperoleh apa-apa dari semua siaran yang cuma dilihat sebentar-sebentar. Memilih satu siaran saja untuk dinikmati di satu waktu juga melatih anak membuat prioritas serta keputusan. Dia gak bisa memperoleh segalanya di saat yang sama.
Televisi atau sarana hiburan apa pun dapat memberikan pengaruh baik atau buruk tergantung pada orang yang menggunakannya. Dalam konteks anak, peraturan serta pengawasan dari orangtua menjadi poin utamanya.
Anak boleh menikmati hiburan di televisi bahkan ia bisa memperoleh pelajaran dari siaran yang tepat. Namun, jangan seperti menyerahkan anak dalam pengasuhan perangkat elektronik yang satu ini, demi kamu leluasa melakukan hal-hal lain.