Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Bangun Kedekatan dengan Anak, Kegiatan Simpel tapi Bermakna

ilustrasi keluarga (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kedekatan orangtua dengan anak tidak bisa hanya dilihat dari status kalian sebagai keluarga dan kesamaan tempat tinggal. Kalian baru bisa disebut dekat satu sama lain apabila ketika bersama ada rasa nyaman yang tinggi, saling percaya, serta mengenal karakter masing-masing dengan baik. Pun saat kamu dan anak berjauhan dalam waktu yang cukup lama akan timbul rasa kehilangan serta rindu.

Jika dirimu merasa ingin lebih sering menghabiskan waktu tanpa anak atau anak lebih suka kamu gak di rumah, berarti hubungan kalian tidak cukup dekat. Kedekatan orangtua dengan anak harus diupayakan dengan lebih serius. Jangan hanya mengandalkan kedekatan secara alami seperti anak akan bergantung pada orangtua sehingga otomatis bakal lekat.

Banyak gangguan dari luar yang dapat mengurangi kedekatan kalian. Contohnya, kesibukan kerjamu dan padatnya aktivitas anak di sekolah. Juga jauhnya perbedaan usia yang lambat laun bisa bikin kalian merasa kurang nyambung. Tapi berbagai bentuk gangguan itu dapat diatasi dengan tujuh tips di bawah ini.

1. Sering berbagi makanan dan minuman

ilustrasi berbagi minuman (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi berbagi minuman (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tentu saja orangtua sudah setiap saat berbagi makanan dan minuman dengan anak. Kamu bekerja serta membelanjakan pendapatan untuk memastikan dapur tetap mengepul dan anak menyantap makanan serta minuman bergizi. Akan tetapi, maksud berbagi makanan dan minuman di sini lebih pada kalian menikmati jajanan bareng atau makan dan minum dari satu piring serta gelas.

Sebagai orangtua, kamu barangkali sudah gak banyak jajan seperti anak. Tapi demi membangun kedekatan serta memahami dunia rasa yang menarik di lidahnya, gak ada salahnya kalian jajan bareng sekalian dirimu menjemput anak di sekolah. Belilah porsi jajanan yang lebih besar dan nikmati berdua.

Untuk makan atau minum dari satu wadah, terpenting sendok atau sedotannya dua demi mencegah penularan penyakit. Khususnya, penyakit dari orangtua ke anak saat kamu kurang enak badan. Kebiasaan sesimpel ini akan mengurangi jarak di antara kalian. 

2. Bareng-bareng merawat diri

ilustrasi merawat diri (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi merawat diri (pexels.com/Gustavo Fring)

Merawat diri berarti mulai kegiatan membersihkan badan sampai berdandan setelahnya. Tapi untuk kegiatan ini tetap perhatikan perbedaan jenis kelamin orangtua dengan anak. Sebagai contoh, ibu dan anak perempuan bisa bergantian menggosok punggung biar bersih.

Namun, ibu juga mesti menutup bagian-bagian tubuhnya yang vital agar anak tetap belajar batasan. Demikian juga ayah dengan putranya. Orangtua dengan anak juga bisa saling memberikan pendapat tentang pakaian yang cocok dikenakan ke suatu acara atau aroma minyak wangi yang lebih enak. 

Soal merawat diri bersama begini tidak perlu menunggu anak mencapai usia remaja. Kalau tidak dibiasakan merawat diri bareng, kalian bakal sama-sama tak nyaman untuk mencobanya. Namun, produk perawatan yang digunakan tetap harus dibedakan antara buat orang dewasa dengan anak agar tak menimbulkan iritasi kulit.

3. Menjadi teman mainnya

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Kampus Production)

Bisa menjadi teman main untuk anak termasuk wajib bagi orangtua. Sebab beberapa tahun pertama anak dihabiskan di rumah. Itu waktu yang panjang dan lebih dari cukup buat membangun fondasi kedekatan orangtua dengan anak. Kalau waktu ini tak dimanfaatkan dengan baik, anak bisa tumbuh dengan perasaan asing padamu dan pasangan.

Anak usia balita paling suka bermain. Kapan pun dirimu sedang di rumah mesti siap mengambil peran dalam permainannya walau terkadang kudu disambi mengerjakan hal-hal lain. Untuk menemani anak bermain ini gak ada batasan jenis kelamin yang perlu lebih diperhatikan. Berbeda dengan ketika kalian melakukan perawatan diri bersama seperti di poin sebelumnya.

Ibu bisa menemani anak bermain bola atau permainan lain di luar ruangan. Ayah pun gak boleh menolak ketika anak mengajak bermain boneka atau salon-salonan. Kian luwes sikap orangtua dalam menemani anak bermain, kalian bakal kian akrab. Momen ini akan selamanya diingat anak dan menjadi bukti bahwa orangtuanya gak kalah seru dari kawan sebaya. 

4. Mendampinginya belajar tanpa bersikap terlalu menggurui

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Kindel Media)

Kamu juga mesti mampu menjadi guru pertama dan utama buat anak. Ia bisa merasa tertekan atau lebih enjoy dalam belajar tergantung dari caramu mendampinginya. Kenali apa saja yang menarik rasa ingin tahunya dan tambahkan wawasan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Anak menjadi merasa puas dan percaya pada kepandaian orangtua. Ke depan ia akan nyaman untuk menanyakan berbagai hal padamu. Sekalipun kamu tidak selalu tahu jawabannya dan mesti mencarinya dulu, setidaknya anak yakin bahwa jawabanmu tepercaya. 

Memang mengajari anak hal-hal baru apalagi terkait pelajaran di sekolah sering gak mudah. Pastikan kamu cukup sabar, punya berbagai strategi untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar, sekaligus tetap mendorongnya untuk disiplin serta tekun. Orangtua amat boleh menghadirkan guru les, tetapi jangan menghapus peran pentingmu sebagai pendamping belajarnya di rumah.

5. Ngobrol santai sampai dari hati ke hati

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Miliki prinsip tidak ada yang tak bisa dibicarakan antara orangtua dengan anak. Gak ada topik yang terlalu dewasa untuk anak atau justru kekanak-kanakan buat orangtua. Dunia kalian mesti dihubungkan dan dieratkan dengan sebanyak mungkin percakapan.

Perbedaan antara mengobrol bersama teman sepantar dengan anak hanya pada cara mengomunikasikannya. Seperti dirimu perlu mencari kata-kata yang lebih gampang dimengerti anak. Kalau perlu gunakan perumpamaan situasi yang kamu hadapi di kantor dengan kondisi di kelasnya. 

Pun jangan hanya menunggu akhir pekan untuk berbicara dengan anak. Bila anak sedang belajar ketika dirimu baru pulang kerja, datangi kamarnya setelah kamu mandi. Jika ia gak sedang persiapan ulangan, kalian masih dapat berbincang ringan. Demikian juga menjelang waktu tidurnya dan saat dirimu membangunkannya pagi hari.

Alih-alih bergegas meninggalkan kamarnya setelah membangunkan anak, duduk atau ikut berbaring dulu di sisinya. Tanyakan hal-hal ringan seperti telur untuk nasi gorengnya ingin dibuat dadar atau mata sapi. Atau, sampaikan bahwa nanti sore dirimu mungkin pulang agak terlambat. Anak bisa makan malam duluan jika kamu belum juga tiba.

6. Jalan kaki di pagi atau sore hari

ilustrasi jalan kaki bersama (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi jalan kaki bersama (pexels.com/Kindel Media)

Di sini sengaja dibedakan antara jalan kaki bersama anak dengan kalian jalan bareng guna keperluan berbelanja atau piknik. Untuk poin ini, fokus kalian adalah kegiatan berjalan kaki. Kalian gak ada agenda mampir ke mana-mana. Kalaupun di jalan ada hal-hal yang menarik kemudian kalian berhenti atau membeli sesuatu, itu sifatnya spontan.

Acara khusus jalan kaki bersama ini dimaksudkan agar perhatian kalian tidak terpecah pada hal-hal lain. Selain untuk olahraga ringan, momen jalan kaki tanpa agenda lain lebih memungkinkan kalian saling mengobrol. Mungkin ada hal-hal yang di rumah belum sempat dikatakan oleh anak akan teringat di momen ini.

Jika di hari kerja dan sekolah ini sulit dilakukan, Sabtu dan Minggu menjadi pilihan. Kalian juga menjadi lebih bisa mengamati hal-hal kecil di lingkungan. Seperti memberi tahu anak tentang rumah tetangga-tetangga yang belum dihafalnya dan tanaman liar yang kalian temui di sepanjang jalan. Bahkan kamu dapat menceritakan lingkungan tempat tinggalmu baik saat kecil atau sebelum menikah.

7. Menerapkan konsep gotong royong di rumah

ilustrasi menghias lampion (pexels.com/Kevin Malik)
ilustrasi menghias lampion (pexels.com/Kevin Malik)

Anak perlu dilibatkan dalam berbagai kesibukan di rumah. Berapa pun usianya, anak sebenarnya selalu tertarik untuk membantu selama diberi kesempatan. Tugasnya disesuaikan saja dengan kemampuannya. Anak yang masih amat kecil barangkali hanya bertugas mengambilkan atau menaruh sesuatu.

Anak yang lebih besar dapat melakukan tugas yang lebih rumit. Dengan selalu menerapkan konsep gotong royong di rumah, bukan cuma pekerjaan cepat beres. Orangtua dan anak menjadi terbisa saling mengungkapkan permintaan tolong dan membantu selagi mampu.

Kalian juga dapat menyatukan keinginan yang berbeda, seperti warna terbaik untuk menghias rumah atau di mana sebaiknya menempatkan sesuatu. Apabila orangtua terbiasa mengondisikan anak biar cuma tahu beres, kamu kehilangan kesempatan terbaik buat membangun kedekatan yang positif dengannya. Anak tidak pernah memahami kesulitan orangtua. Kamu pun selalu meragukan kemampuannya.

Untuk bisa benar-benar dekat dengan anak memang memerlukan ketelatenan orangtua. Jangan pernah berpikir tinggal serumah dan membiayai kebutuhannya sehari-hari saja telah cukup untuk mendekatkan kalian. Lakukan juga cara-cara sederhana di atas supaya sampai anak dewasa pun, ikatan di antara kalian tetap kuat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us