Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Hadapi Kemarahan Orangtua, Dengarkan Terlebih Dahulu

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sesabar-sabarnya orangtua pasti bisa marah juga kalau kelakuanmu keterlaluan. Dirimu seperti gak bisa ditegur dan dinasihati baik-baik. Walaupun mengejutkan dan membuatmu sebal, kemarahan mereka biasanya gak lama, kok.

Asalkan kamu menghadapinya dengan sikap yang tepat, hati orangtua dapat cepat luluh. Lain dengan saat dirimu yang kesal pada keduanya, kadang awet sekali sampai orangtua perlu membujukmu dengan berbagai cara. Tingkatkan kedewasaanmu dengan memahami maksud orangtua di balik sikap kerasnya.

Jangan justru keliru menarik kesimpulan bahwa mereka tidak menyayangimu. Kemarahan itu boleh jadi malah tanda kepedulian mereka yang besar terhadapmu. Saat orangtua sedang memarahimu, ikuti kelima tips hadapi kemarahan orangtua berikut ini.

1. Jelaskan seperlunya, tapi jangan membantah

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Polina Zimmerman)

Kemarahan orangtua tentu ada penyebabnya. Sejauh penyebabnya sepele dan kamu tidak terus mengulanginya, pasti mereka gak perlu sampai seemosi itu. Namun jika kesalahanmu besar serta berulang-ulang, wajar bagi mereka bereaksi lebih keras.

Makanya, hindari membantah kesalahanmu sendiri. Jangan berkelit ke sana kemari apalagi menyalahkan orang lain cuma buat menyelamatkan diri dari kemarahan orangtua. Sikap tidak jujur dan pengecutmu bisa membuat kesabaran orangtua kian tipis.

Kamu tentu boleh menjelaskan peristiwa yang mungkin disalahpahami oleh orangtua. Akan tetapi, gak usah langsung bilang bahwa mereka salah atau kamu tak melakukan sesuatu yang dituduhkan. Jelaskan saja kronologinya dan biarkan orangtua memahami serta menilainya.

2. Minta maaf dengan sungguh-sungguh

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Karolina Grabowska)

Walaupun kamu barangkali tidak sesalah yang dikira orangtua, tentu tetap ada kekeliruan yang dirimu lakukan. Belajarlah buat tetap meminta maaf pada mereka biar kemarahannya menurun. Misalnya, kamu meninggalkan jam pelajaran karena gak bisa menolak pengaruh teman.

Mereka bukan cuma mengajakmu pergi dari sekolah, melainkan mengancam sehingga dirimu tak berani melawan. Kawan tersebut tentu paling bertanggung jawab, tetapi kamu pun tidak sepenuhnya bebas dari kesalahan. Dirimu masih memiliki kesempatan untuk tetap menolak kemudian melaporkan ancamannya pada guru, tetapi ini tidak dilakukan.

Atau, setidaknya kamu bisa memanggil dan meminta bantuan teman lain yang ada di sekitar situ. Sekecil apa pun porsi kesalahanmu, tetaplah meminta maaf sebagai bentuk pertanggungjawabanmu. Setelah kamu minta maaf dan menjelaskan situasinya, orangtua tentu melunak serta mengambil tindakan guna mencegah hal serupa terulang kembali.

3. Sadari bahwa kemarahan orangtua bertujuan baik

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Sonam Prajapati)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Sonam Prajapati)

Orangtua yang toksik memang ada. Hanya saja, jangan sembarangan menyebut orangtuamu sendiri toksik cuma gara-gara kamu belum menyadari maksud baik di balik kemarahan mereka. Jangan sampai adanya orangtua yang toksik membuatmu selalu merasa lebih benar daripada mereka.

Banyak orangtua yang marah demi kebaikan anak sendiri. Contohnya, kamu belakangan makin sering lupa waktu ketika pergi main dengan teman. Jam belajarmu di rumah menjadi berkurang drastis sebab dirimu sudah kecapekan setiap pulang.

Orangtua memarahimu semata-mata supaya kamu kembali ke kebiasaan lama yang lebih baik, yaitu main sebentar saja biar waktu istirahat serta belajarmu tak terganggu. Jangan malah kamu berpikir mereka melarangmu buat bergaul dan disuruh belajar terus selama di rumah. Jika nilai-nilaimu sampai terjun bebas, tentu dirimu juga yang malu di kelas. 

4. Tenangkan diri di kamar

ilustrasi tidur (pexels.com/John-Mark Smith)
ilustrasi tidur (pexels.com/John-Mark Smith)

Baik orangtua maupun kamu perlu menenangkan diri ketika terjadi ledakan emosi di rumah. Dengan kedewasaannya, orangtua biasanya lebih cepat tenang selepas memarahimu. Namun, kamu yang masih remaja terkadang merasa gak keruan selepas dimarahi.

Kalau orangtua dapat menenangkan diri sambil tetap pergi bekerja atau mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, kamu mungkin sampai perlu menyendiri dulu dan mengistirahatkan diri. Jadikan kamarmu sebagai ruang pemulihan dari rasa syok akibat kemarahan orangtua.

Walaupun suasana rumah terasa gak kondusif buatmu, jangan menenangkan diri dengan pergi ke mana pun. Orangtua bisa tambah tidak berkenan dan khawatir kamu melampiaskan rasa sebalmu setelah dimarahi ke hal-hal yang negatif. Tidur saja di kamar atau lakukan kegiatan yang bisa menyibukkan pikiranmu seperti melakukan hobi, mengerjakan PR, atau menata pakaian di lemari.

5. Serius mengubah perilaku yang negatif

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Monstera Production)

Setelah marah-marah, orangtua cuma ingin melihat satu hal darimu yaitu perubahan diri ke arah yang lebih baik. Hanya itu yang dapat membuat mereka tenang. Jangan cuma pura-pura berubah ketika di depan mereka, tetapi di belakangnya masih sama saja.

Orangtua akan sangat menghargai kesadaranmu buat bersikap lebih baik. Mereka juga gak bakal lepas tangan dan tetap mendampingimu dalam proses perubahan tersebut. Akan tetapi, kemauanmu sendiri mesti kuat supaya perubahan ke arah yang positif konsisten dilakukan.

Bahkan bila itu perlu ditempuh dengan menjauhi sejumlah teman yang berpengaruh buruk, lakukan saja. Jangan takut kamu menjadi tidak punya kawan. Keluar dari circle yang negatif malah akan membawamu masuk ke lingkaran pertemanan yang positif.

Ketika orangtua marah, belajarlah untuk tidak meresponsnya dengan kemarahan pula. Sekalipun dorongan itu terasa besar karena emosimu sendiri masih labil, suasana bakal tambah gak keruan bila kalian bertengkar. Terkadang, orangtua memang perlu memarahi anaknya sebelum perilaku yang kurang baik betul-betul melewati batas serta sukar diubah.

Selama sebab kemarahan mereka jelas, keduanya bukan orangtua yang toksik. Kamu mesti berintrospeksi demi kebaikanmu sendiri. Sehebat apa pun orangtua tak akan mampu mendatangkan kebaikan untukmu apabila kamu terlalu keras kepala. Oleh sebab itu, dengarkan mereka terlebih dahulu dan terapkan tips hadapi kemarahan orangtua seperti penjelasan di atas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us