4 Tips Jadi Orangtua Open-Minded, biar Anak Nyaman Cerita Apa Saja

- Anak butuh didengarkan tanpa dihakimi
- Kepercayaan dan pengertian dari orangtua sangat penting
- Berikan ruang pada anak tanpa terlalu mengekang
Pernah gak sih kamu merasa anakmu mulai jarang cerita tentang kehidupannya? Padahal dulu waktu kecil, apa pun pasti dia ceritain, dari hal kecil sampai yang remeh sekalipun. Nah, makin bertambah usia, apalagi saat masuk masa remaja, biasanya anak jadi lebih selektif memilih siapa yang bisa jadi tempat curhat. Sayangnya, sering kali orangtua malah jadi pilihan terakhir.
Salah satu alasannya adalah karena anak takut dihakimi, dimarahi, atau bahkan diremehkan. Itu sebabnya, penting banget buat orangtua belajar untuk lebih open-minded. Dengan pola pikir terbuka, anak merasa aman untuk cerita apa saja, tanpa takut dapat reaksi negatif. Jadi, hubungan orangtua dan anak juga bisa tetap hangat dan dekat meskipun anak sudah tumbuh besar. Nah, kalau kamu ingin jadi orangtua yang lebih open-minded, yuk simak beberapa tips berikut ini!
1. Dengarkan tanpa cepat menghakimi

Banyak anak yang akhirnya enggan cerita ke orangtuanya karena setiap kali mereka bicara, ujung-ujungnya malah dikritik atau dihakimi. Padahal, kadang anak cuma butuh didengarkan, bukan diberi ceramah panjang lebar. Kalau orangtua bisa menahan diri untuk tidak langsung mengomentari, anak akan merasa lebih aman membuka dirinya.
Cobalah biasakan untuk benar-benar mendengarkan dulu sampai selesai sebelum memberikan tanggapan. Jangan buru-buru memotong atau langsung menyimpulkan. Tanyakan dengan lembut kalau ada hal yang ingin kamu pahami lebih dalam. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa pendapat dan perasaannya dihargai. Kalau sudah nyaman, anak akan lebih terbuka untuk cerita lagi di lain waktu.
2. Tunjukkan bahwa kamu bisa dipercaya

Kepercayaan adalah kunci utama dalam hubungan orangtua dan anak. Kalau anak merasa ceritanya bakal dibocorkan ke orang lain atau malah jadi bahan gosip di keluarga besar, jelas mereka bakal kapok buat curhat lagi. Makanya, penting banget untuk menjaga kepercayaan itu. Apa pun yang anak ceritakan, simpan baik-baik kecuali memang ada hal yang benar-benar berbahaya dan butuh campur tangan orang lain.
Selain menjaga rahasia, orangtua juga perlu membuktikan lewat sikap bahwa mereka bisa dipercaya. Jangan meremehkan masalah anak hanya karena terlihat sepele di mata orang dewasa. Ingat, buat anak atau remaja, hal itu bisa jadi masalah besar yang bikin mereka stres. Kalau kamu konsisten menjaga kepercayaan, anak akan merasa aman dan yakin bahwa orangtuanya memang teman cerita yang bisa diandalkan.
3. Belajar memahami perspektif anak

Kadang orangtua lupa kalau dunia anak sekarang jauh berbeda dengan dunia mereka dulu. Masalah yang dihadapi remaja zaman sekarang mungkin gak sama dengan masa remaja orangtuanya. Itu sebabnya, penting banget untuk berusaha memahami sudut pandang anak, bukan memaksakan pandangan sendiri.
Misalnya, kalau anak cerita soal pertemanan atau drama di media sosial, jangan langsung menyepelekan dengan bilang, “Ah, itu masalah kecil aja.” Cobalah posisikan diri sebagai anak dan rasakan apa yang dia alami. Dengan empati seperti itu, anak akan merasa lebih dimengerti. Ketika anak melihat orangtuanya berusaha memahami perspektifnya, mereka akan lebih terbuka untuk membicarakan hal-hal penting dalam hidupnya.
4. Berikan ruang tanpa terlalu mengekang

Anak remaja butuh ruang untuk tumbuh, mengeksplorasi diri, dan belajar dari pengalaman. Kalau orangtua terlalu mengekang, anak justru akan semakin menjauh. Bukan berarti harus membiarkan anak melakukan apa pun sesuka hati, tapi coba berikan kebebasan dengan batasan yang jelas.
Misalnya, ketika anak ingin ikut kegiatan bersama teman-temannya, dengarkan dulu alasan dan rencananya. Kalau memang positif, dukunglah. Tapi kalau ada risiko tertentu, jelaskan dengan tenang tanpa melarang secara membabi buta. Dengan cara ini, anak akan merasa lebih dihargai dan dilibatkan dalam keputusan. Akhirnya, anak pun lebih nyaman untuk tetap terbuka dan cerita tentang kehidupannya ke orangtua.
Menjadi orangtua open-minded memang butuh usaha ekstra, terutama ketika anak sudah masuk usia remaja. Tapi percayalah, usaha ini sepadan dengan hasilnya. Anak yang merasa aman dan nyaman bercerita ke orangtuanya akan tumbuh dengan rasa percaya diri, tidak merasa sendirian, dan punya hubungan keluarga yang hangat. Jadi, yuk sama-sama belajar lebih terbuka supaya hubungan dengan anak tetap dekat, meskipun mereka makin dewasa!