5 Alasan Authority Bias dapat Merusak Kemampuan Berpikir Kritis

Authority bias. Pernahkah kamu mendengar istilah ini? Ini merupakan sebutan saat seseorang terpaku secara berlebihan pada suatu sosok yang dianggap berpengaruh. Baik dari segi pendapat, sudut pandang, maupun komentar akan suatu masalah. Terlepas apakah pandangan tersebut benar atau salah.
Authority bias ternyata menjadi persoalan yang tidak bisa dianggap sederhana. Pada kenyataannya situasi ini justru berpotensi merusak kemampuan berpikir kritis. Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan menganalisis dengan objektif. Mengetahui lima alasan di bawah ini, sudah seharusnya menjadi bahan evaluasi agar tidak lagi terjebak authority bias.
1. Cenderung mengabaikan bukti atau logika

Kemampuan berpikir kritis sangat penting saat kita hendak mengambil keputusan. Ketika seseorang memiliki pola pikir kritis, ia akan terhindar dari risiko buruk atas keputusan yang diambil. Namun kondisi berbeda terjadi saat kita menjadi individu yang mempertahankan sikap authority bias.
Otomatis kemampuan berpikir kritis akan terganggu. Saat sudah terjebak authority bias, kita cenderung mengabaikan bukti atau logika. Kita menganggap segala sesuatu yang disampaikan oleh sosok berpengaruh adalah kebenaran. Meskipun melihat bahwa itu tidak sesuai dengan fakta.
2. Menutup diri dari pendapat berbeda

Ciri khas dari lingkungan sosial adalah keberagaman. Kita akan berhadapan dengan orang-orang yang memiliki pola pikir maupun latar belakang berbeda. Keberagaman ini jika disikapi dengan bijak tentu dapat membawa pengalaman unik dan berkesan. Meskipun begitu, pengalaman ini tidak akan didapat saat kita menjadi individu yang tersebar authority bias.
Mereka justru kehilangan kemampuan berpikir kritis. Saat terjebak authority bias, seseorang cenderung menutup diri dari pendapat berbeda. Ketika orang yang dianggap berpengaruh sudah menyampaikan pendapat, ia akan mempercayai secara penuh. Bahkan sampai menolak pendapat atau argumen yang berasal dari sumber lain.
3. Terjebak sikap fanatik buta

Banyak hal yang membuat seseorang terjebak sikap authority bias. Termasuk saat mereka memandang satu orang sebagai sosok yang paling mendominasi dan berpengaruh. Namun yang harus diketahui, ternyata authority bias juga dapat merusak kemampuan berpikir kritis.
Adakah alasan logis yang menyertai? Jawabannya tentu saja. Authority bias membuat seseorang terjebak sikap fanatik buta. Mereka selalu mempercayai ucapan orang-orang yang dianggap berpengaruh sekalipun tidak sesuai prinsip. Ketika seseorang terjebak sikap fanatik buta, otomatis ia kehilangan ketegasan diri.
4. Tidak mampu menganalisis secara objektif

Mempercayai dan menghormati seseorang tentu bukan sikap yang salah. Tapi kita juga harus memiliki batasan dalam mengagungkan seseorang. Jangan sampai tumbuh menjadi individu yang terjebak sikap authority bias. Kita cenderung mengagungkan seseorang secara berlebihan tanpa melihat benar atau salah.
Kondisi demikian pada akhirnya merusak kemampuan berpikir kritis. Ketika mempercayai ucapan secara berlebihan, kita tidak akan bisa lagi menganalisis situasi secara objektif. Segala sesuatunya didasarkan pada penilaian yang didasari oleh fanatisme. Kita tidak benar-benar netral dalam mengambil keputusan.
5. Sikap enggan memvalidasi kebenaran

Opini yang berkembang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Ini merupakan argumen yang harus divalidasi lagi. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang terjebak dalam sikap authority bias? Mereka menempatkan pendapat atau opini seseorang yang dianggap berpengaruh sebagai kebenaran.
Di sinilah permasalahan yang akan terjadi. Orang-orang tersebut kehilangan kemampuan berpikir kritis karena sikap enggan memvalidasi informasi. mereka tidak merasa perlu mencari perspektif alternatif atau melakukan penelitian lebih lanjut.
Kita harus sadar jika authority bias ternyata dapat merusak kemampuan berpikir kritis. Terjebak dalam situasi ini, seseorang tidak dapat menggunakan logika dan sudut pandang objektif. Dalam menilai informasi berlandaskan fanatisme. Bahkan tidak jarang bertentangan dengan fakta yang ada.