Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kegagalan Memang Menakutkan, Bagaimana Cara Mengatasinya?

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Enes Karahasan)

Jangan takut gagal jika ingin meraih impian. Begitu nasihat yang kerap diberikan saat kamu berjuang demi cita-cita atau membuka halaman baru dalam hidup. Memang berani menghadapi kegagalan menjadi salah satu syarat untukmu bisa melangkah menuju apa pun yang diinginkan. Pasalnya, peluang gagal selalu bersanding dengan berhasil.

Kamu dapat berhasil di suatu kesempatan dan gagal di lain waktu sekalipun tantangannya hampir sama atau bahkan sedikit lebih mudah. Pun tidak ada orang yang selalu sukses sekalipun dia diakui hebat di suatu bidang. Tak berani menghadapi kegagalan sama dengan dirimu tidak bakal melangkah ke mana-mana.

Gak ada yang bisa memastikan keberhasilanmu. Semuanya masih sekadar potensi sampai benar-benar terjadi. Akan tetapi, tidak perlu dimungkiri bahwa kegagalan memang menciutkan nyali. Tak salah kalau kamu ketar-ketir membayangkan kemungkinan bakal gagal. Berikut lima alasan dan cara mengatasinya biar dirimu tetap melangkah maju.

1. Orang yang gagal sering dihina

ilustrasi seorang pria (pexels.com/anait film)

Orang yang berhasil memanen pujian, sedangkan orang gagal lebih sering dihina. Inilah faktanya yang bikin kamu cemas membayangkan seandainya usaha terbaik pun masih gagal juga. Bahkan sesering apa pun kamu sukses dengan gemilang, satu kegagalan saja seolah-olah menghapus ingatan orang tentang barisan prestasimu.

Penghinaan terhadap orang yang mengalami kegagalan juga tak hanya berlaku dalam usaha meraih prestasi. Kegagalan membina rumah tangga misalnya, menjadi bahan pembicaraan begitu banyak orang. Orang-orang di sekitar yang seharusnya memberikan dukungan agar pasangan yang berpisah mampu melanjut hidup justru suka menggunjingkannya.

Itu juga bentuk penghinaan dengan atau didengar langsung oleh orang yang dibicarakan. Kamu perlu berlatih menebalkan telinga terhadap segala bentuk olok-olok. Artinya, dirimu tetap bisa mendengar ejekan mereka. Akan tetapi, tahan agar perkataan buruk mereka sampai di pendengaranmu saja. Jangan sampai terlalu mengganggu suasana hati dan pikiranmu. Sedikit cuek membantu menjaga kesehatan mental.

2. Dalam beberapa hal, kesempatan cuma sekali

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Aleksandar Andreev)

Memang lebih banyak kesempatan yang akan datang lagi. Hidup tidak terlalu kejam dengan tidak memberimu kesempatan baru setelah kesempatan sebelumnya terlewatkan. Namun, ada beberapa hal yang cuma kasih kamu waktu sekali buat mencobanya. Begitu dirimu gagal berarti kesempatanmu telah habis.

Contohnya, kesempatan yang menggunakan batasan usia. Dirimu ingin mengikuti audisi ajang pencarian bakat dengan rentang umur tertentu. Tahun ini usiamu sudah di batas maksimalnya. Bila sampai dirimu gagal, maknanya tahun depan gak bisa mengikutinya kembali.

Ini yang bikin kamu ragu hendak mengambil kesempatan terakhir atau sekalian melewatkannya. Dirimu khawatir kegagalan akan membuatmu terlalu terpukul. Atasi dengan mengingatkan diri bahwa melepaskan kesempatan terakhir justru bisa bikin kamu menyesalinya seumur hidup. Kamu menjadi tak pernah tahu hasil yang dapat diraih seandainya memanfaatkan peluang tersebut.

3. Gagal seperti membuktikan rendahnya kemampuan diri

ilustrasi seorang pria (pexels.com/mehrab zahedbeigi)

Gagal memang tanda bahwa ada tantangan yang tidak bisa diatasi dengan baik. Namun, apakah ini selalu bermakna kemampuanmu rendah? Tak selalu begitu sebab orang dengan kemampuan tinggi pun sesekali bisa gagal. Termasuk ketika ia menghadapi lawan yang tidak diunggulkan.

Itulah bagian paling misterius dalam mencoba melakukan sesuatu. Orang yang punya kemampuan tinggi jangan terlalu percaya diri. Sebaliknya kalau kamu merasa kemampuanmu kurang, cukup ditingkatkan secara bertahap dengan latihan. Fokuskan diri untuk belajar dan bukan minder.

Jangan terlalu terbebani terkait kemampuanmu dibandingkan orang-orang yang hari ini berhasil. Evaluasi tetap harus dilakukan. Akan tetapi, imbangi dengan kesadaran terkait momen terbaik tiap orang yang berbeda-beda. Kali ini mereka yang berhasil. Besok-besok mungkin dirimu. Pun bila kemampuanmu masih kurang buat suatu tantangan, tak berarti kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Tetaplah mengapresiasi diri.

4. Takut mengecewakan orang yang berharap besar padamu

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Toàn Đỗ Công)

Untukmu yang digantungi banyak ekspektasi dari orang lain, ketakutan akan kegagalan menjadi lebih tinggi. Terlebih kamu bukan tipe orang yang berani menolak harapan yang menurutmu ketinggian dan membebani. Dirimu berusaha memenuhi semua ekspektasi itu serta gak siap seandainya gagal.

Kamu mesti lebih mengutamakan diri. Jangan habis-habisan berusaha menyenangkan orang lain dengan selalu memenuhi harapannya. Mereka tidak perlu lebih kecewa daripada dirimu saat kegagalan tak terelakkan. Seharusnya mereka membantu menghibur dan membangkitkan semangatmu lagi.

Bukan sekadar menunjukkan raut kecewa yang membuat perasaanmu tambah buruk. Kamu juga tak perlu mengambil tanggung jawab yang terlalu besar terkait perasaan mereka. Bahkan bila mereka terang-terangan menyatakan kekecewaannya padamu, jawab dengan lebih berani. Misalnya, "Kalian lebih mengecewakanku karena tidak berusaha memahami situasiku."

5. Gak mengerti bedanya gigih vs tak tahu diri saat mencoba lagi

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Andres Ayrton)

Ketika kamu sudah gagal lebih dari sekali, hendak berjuang lagi pun ragu. Kali ini dirimu mungkin tidak memusingkan soal bakal kembali gagal atau akhirnya berhasil. Pikiranmu lebih dipenuhi oleh pertanyaan apakah kamu termasuk gigih atau justru gak tahu diri?

Kedua hal ini dapat terasa membingungkan. Salah mengidentifikasi karakter diri berdampak besar terhadap kehidupanmu ke depannya. Jika usahamu untuk kesekian kalinya semata-mata karena gigih, ini bagus. Kamu bakal lebih dekat pada kesuksesan. Namun, tidak tahu diri berarti kamu sekadar nekat.

Dirimu tak mau melihat kemampuan yang sesungguhnya. Kamu bukan cuma kurang belajar buat menghadapi suatu tantangan. Bidangnya saja bisa gak sesuai denganmu sehingga mencoba lagi sama dengan membuang-buang waktu serta energi. Beda dengan gigih yang selalu diikuti dengan peningkatan kemampuan dan kamu sudah berada di bidang yang tepat.

Cara berikutnya untuk membedakan kegigihan dari sekadar sifat tidak tahu diri, periksa baik-baik proses yang dilalui. Sekalipun kamu belum berhasil mencapai target, jika gigih pasti ada kemajuan sedikit demi sedikit. Seperti sebelumnya dirimu di peringkat 10 dan secara bertahap terus naik meski belum mencapai nomor pertama. Sementara itu, sikap tidak tahu diri bikin prosesmu stagnan atau malah kamu makin tertinggal. 

Kegagalan memang menakutkan apalagi jika kamu belum terbiasa mengalaminya. Lain dengan keberhasilan yang selalu terasa menyenangkan. Jangankan dirimu sudah benar-benar sukses, baru membayangkannya saja telah membuatmu gembira. Meski begitu, kamu perlu memberanikan diri agar langkahmu tidak terhenti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us