Setiap orang di dunia ini pastinya ingin merasakan kebahagiaan. Untuk sebagian orang, bahagia itu sederhana, namun untuk sebagian lainnya bahagia tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
Dan hal ini tampaknya berlaku bagi mereka yang memiliki intelegensi sangat tinggi atau jenius. Mereka memiliki kecenderungan lebih sulit menemukan kebahagiaan dalam berbagai hal. Kok bisa ya? Berikut alasannya.
Bagi mereka ketidaktahuan adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Mereka akan selalu mencoba untuk memahami hal-hal yang tidak mereka ketahui. Sayangnya, dalam prosesnya mereka cenderung terlalu berlebihan dalam berpikir sehingga merasa bahwa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal mengecewakan dan ketidakadilan.
Bahagia itu sederhana dan bisa kita temukan dalam hal apapun di sekitar kita. Melihat mentari di pagi hari, ataupun hanya sekedar sarapan pagi bersama keluarga. Namun bagi mereka yang jeniusi tidaklah sesederhana itu.
Mereka memiliki standar tinggi dalam hidup dan memiliki keyakinan yang sangat kuat tentang apa yang mereka inginkan dalam hidup ini. Akibatnya apapun yang tak sesuai dengan harapan mereka tak akan membuat mereka bahagia.
Karena mereka selalu menetapkan standard yang tinggi dalam apapun yang ingin dicapai, mereka pun selalu bekerja keras untuk meraihnya. Negatifnya, mereka juga cenderung menjadi terlalu keras terhadap diri mereka sendiri, bahkan terlalu ambisius.
Satu sisi hal tersebut membuat mereka meraih impiannya, namun di sisi lain hal ini membuat mereka kesulitan untuk merasakan kebahagiaan.
Mereka yang jenius kadang sering merasakan kesepian karena kesulitan untuk bisa terhubung dengan kehidupan sosial. Agar bisa terhubung dengan orang-orang sekitar, kita perlu kemampuan percakapan, dan salah satunya adalah membicarakan hal-hal kecil yang menyenangkan.
Namun bagi mereka yang jenius, membicarakan hal-hal kecil hanyalah membuang waktu belaka. Sehingga mereka pun sering disalah pahami oleh orang lain.
Mereka selalu memiliki target yang lebih besar dari kebanyakan orang dan ingin membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik lagi. Mereka tak akan berhenti hingga apa yang mereka targetkan tercapai.
Kegagalan tak ada dalam kamus mereka.Sepintas tak ada yang salah dalam hal ini. Namun tak ada yang sempurna dalam hidup ini, dan kegagalan adalah bagian dari kehidupan yang tak bisa dilepaskan. Entah itu gagal dalam sebuah hubungan ataupun karier.
Sehingga menerima sebuah kegagalan adalah suatu kebijakan. Tapi sebaliknya, tidak menerima kegagalan hanyalah akan membuat diri kita frustasi dan melewatkan kebahagiaan yang ada di sekeliling kita.
Menjadi jenius memang menjadi tahu tentang apapun. Namun bukankah menjadi bahagia adalah hal yang penting melebihi apa pun?