5 Cara Halus Menolak Orang yang Ingin Ikut Merantau denganmu, Tegas!

Kamu mudik sendirian atau hanya bersama keluarga kecilmu. Namun saat dirimu hendak kembali ke rantau boleh jadi ada saudara, tetangga, atau teman yang ingin ikut merantau bersamamu. Biasanya keinginan ini muncul karena dia melihatmu cukup sukses di sana.
Ia berpikir seandainya merantau ke kota yang sama denganmu pasti juga hidupnya menjadi lebih baik. Masalahnya, ada tanda-tanda keinginannya ikut bersamamu berarti juga dia bakal tinggal denganmu. Ini yang membuatmu gak bisa gegabah mengiakan keinginannya.
Bukannya dirimu tidak mau menolong saudara sendiri, kurang setia kawan pada teman, atau tak mau tetangga juga sukses. Akan tetapi, risiko kamu membawa orang baru ke rantau cukup besar. Hasilnya barangkali gak sesuai harapan. Nanti dirimu juga yang direpotkan. Bila kamu tidak siap membawa saudara, teman, atau tetangga ke rantau gunakan lima cara berikut.
1. Tanyakan dia sudah mendapat pekerjaan di sana atau belum

Meski sebenarnya dirimu tahu seseorang masih menganggur, pastikan dulu dengan menanyakan hal di atas. Siapa tahu ia sedang berproses mengikuti sejumlah tahapan seleksi kerja di sebuah kantor. Jika benar begitu, dirimu dapat menyarankan agar dia menyusulmu setelah benar-benar diterima saja.
Atau, ketika ia harus datang langsung buat wawancara misalnya, baru kalian janjian. Dia bisa menginap di rumah atau kos-kosanmu daripada membayar kamar hotel. Akan tetapi bila seseorang bahkan belum mengikuti tahapan seleksi kerja di kota tempatmu merantau, jangan kasih lampu hijau.
Anjurkan dia untuk mulai sekarang fokus dulu mencari lowongan pekerjaan di kotamu lalu melamar. Beri tahu tentang risiko tinggi dari merantau dalam keadaan jobless. Gaji belum dapat, sedangkan uang saku dapat habis duluan. Daripada ia stres di rantau lebih baik menunda keberangkatan sampai ada kepastian akan bekerja di mana.
2. Katakan kamu juga belum mapan

Kalau seseorang mendesak ingin ikut denganmu, kamu juga bisa lebih tegas. Kesimpulannya bahwa dirimu sudah sukses besar dapat diluruskan bila kenyataannya tak seperti itu. Mandiri secara finansial dengan mapan adalah dua hal yang berbeda. Kamu disebut mandiri finansial jika tidak lagi memerlukan sokongan biaya hidup dari siapa pun.
Dirimu mampu menghidupi diri sendiri atau keluarga kecilmu dengan cukup layak. Sementara mapan maknanya ekonomimu telah berlebih. Kamu tak perlu malu mengakui keterbatasan kemampuan keuanganmu untuk menampung orang lain. Jika dirimu terlihat sukses sekali di mata orang lain, boleh jadi itu hanya karena ia fokus pada model pakaianmu yang bergaya.
Padahal, itu bagian dari pakaian yang sering dikenakan olehmu saat bekerja. Memang pakaianmu tidak boleh sembarangan ketika di kantor. Kemudian terkait mobil yang digunakan buat mudik, jujur saja bila itu sewaan daripada kamu dan keluarga berdesak-desakan naik kendaraan umum.
Padahal, kalian masih harus membawa banyak barang. Jika pun itu benar mobilmu, barangkali masih mencicil. Sampaikan bahwa dirimu mendukungnya kalau ingin merantau. Namun, kamu belum bisa kasih dukungan materi untuk membantu perjuangannya sampai memperoleh pekerjaan dan bisa mandiri.
3. Bilang kamar kosmu gak bisa diisi dua orang atau rumahmu kecil

Bila tanda seseorang ingin tinggal bersamamu telah jelas sekali, langsung saja katakan perihal hunianmu. Terkadang orang yang belum pernah merantau berpikir bahwa rumah atau kos-kosanmu di sana pasti bagus. Ia membandingkan segalanya dengan kondisi di desa.
Apabila rumah di desa saja luas-luas, dalam pikirannya rumah di kota seharusnya lebih besar lagi. Gaji di sana kan, lebih tinggi daripada standar upah di desa. Realitasnya, rumah kecil saja di kota mahalnya minta ampun. Demikian pula dengan kos-kosan. Orang yang belum pernah indekos bisa membayangkan kamarmu cukup lapang, kekinian, dan fasilitasnya lengkap.
Kenyataannya, kamu rela tinggal di kos-kosan yang lebih sederhana demi banyak menabung. Kamarmu cuma dapat diisi dengan single bed. Kalaupun kamarmu sedikit lebih besar, pemilik kos tidak mengizinkannya diisi dua orang kecuali hanya 1 atau 2 hari. Mungkin dia masih akan mendesak dengan berkata dapat tidur di mana saja. Dirimu cukup minta maaf dan katakan sekali lagi tidak bisa memberimu tumpangan tempat tinggal.
4. Ceritakan pengalamanmu merantau yang gak mulus

Bukannya kamu tidak suportif pada saudara, teman, atau tetangga. Hanya saja tak sedikit orang yang kurang realistis ketika hendak merantau. Mungkin salah satunya saudara, tetangga, atau temanmu itu. Ia mengira merantau pasti sukses besar. Bahkan prosesnya mudah serta cepat.
Ini kesempatan untukmu menceritakan perjalanan hidupmu yang sesungguhnya. Selama ini boleh jadi dirimu memang tak menceritakannya pada siapa pun. Dia menjadi hanya tahu ketika kamu sudah berhasil. Ia tidak mengerti bahwa dirimu juga pernah hidup susah sekali di sana.
Sampai kamu juga hampir ingin pulang kampung saja. Atau, dirimu berpindah-pindah tempat merantau untuk memperbaiki nasib. Kalau seseorang mendengar langsung kisah perjuanganmu, dia bakal berpikir dua kali sebelum ikut merantau. Wawasannya menjadi lebih terbuka. Ia tak cuma hanyut dalam angan-angan.
5. Beri tahu bahwa sukses dapat diraih dari mana saja

Kesuksesan memang dapat dipengaruhi oleh kondisi daerah. Namun, itu hanya salah satu di antara sekian banyak faktor yang berpengaruh. Pada dasarnya, baik kesuksesan maupun kegagalan bisa terjadi di mana saja. Orang kota atau perantau sepertimu tidak semuanya sukses.
Sebaliknya, orang desa atau yang gak merantau sepertinya juga bisa berhasil dalam bidang yang digeluti. Kuncinya cukup sabar, ulet, dan mau terus belajar. Apalagi sekarang dengan adanya internet. Bekerja atau mengembangkan usaha dari mana saja bukan hal yang mustahil.
Usahanya di desa mungkin tampak kecil. Namun jika ia dapat menjangkau lebih banyak pembeli dengan berjualan online malah keuntungannya berlipat. Dia gak perlu menyewa tempat usaha. Kalaupun di desa ia juga menyewa tempat, biayanya tak semahal di kota. Terpenting saat ini dalam mengejar kesuksesan bukan di mana dia berada. Akan tetapi, keterhubungannya dengan dunia yang lebih luas.
Repot kalau kamu gak mampu menolak orang yang ingin ikut merantau. Apabila dia berkomitmen indekos sendiri tentu tidak masalah. Tapi jika ia terlalu berharap padamu, itu akan menjadi beban besar untukmu. Terlebih keluarganya juga menitipkannya ke kamu. Seolah-olah gagal atau suksesnya dia berada di tanganmu. Jujur saja jika kamu tak bisa.