5 Cara Mengembangkan Growth Mindset di Tengah Lingkungan Fixed Mindset

Pernah merasa semangat buat belajar hal baru, tapi lingkungan sekitarmu justru berkata, “Sudahlah, kita memang gak berbakat di bidang itu,” atau “Buat apa mencoba kalau ujung-ujungnya gagal juga?” Kalau iya, berarti kamu sedang berada di tengah lingkungan fixed mindset, pola pikir yang percaya bahwa kemampuan seseorang sudah tetap dan gak bisa berkembang.
Lingkungan seperti ini bisa jadi tantangan besar buat kamu yang ingin terus bertumbuh. Fixed mindset ibarat penjara mental yang membatasi potensi, sementara growth mindset, keyakinan bahwa kemampuan bisa dikembangkan lewat usaha dan pembelajaran, adalah kunci menuju perkembangan diri. Lalu, gimana caranya mempertahankan dan mengembangkan growth mindset di tengah lingkungan yang cenderung sebaliknya? Gak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Berikut lima cara efektif yang bisa kamu coba!
1. Ubah cara pandang terhadap tantangan

Di lingkungan fixed mindset, tantangan sering dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari karena berisiko gagal. Tapi kalau kamu ingin berkembang, kamu harus melihat tantangan dari sudut pandang yang berbeda, bukan sebagai hambatan, melainkan peluang untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Alih-alih berkata, “Ini terlalu sulit, aku gak bisa,” coba ubah jadi, “Ini memang sulit, tapi kalau aku terus belajar dan berlatih, pasti bisa.” Mulailah dengan tantangan kecil yang masih dalam jangkauanmu, lalu rayakan setiap kemajuan yang kamu capai. Lama-kelamaan, kamu akan lebih percaya diri menghadapi tantangan yang lebih besar, bahkan ketika orang-orang di sekitarmu masih enggan keluar dari zona nyaman mereka.
2. Pilih lingkungan sosial yang mendukung perkembanganmu

Kamu mungkin gak bisa memilih keluarga atau rekan kerja, tapi kamu tetap bisa mengatur intensitas dan kualitas interaksi dengan mereka. Kalau lingkungan sekitarmu cenderung punya fixed mindset, cobalah cari orang-orang yang punya pola pikir berkembang. Mereka yang suka belajar hal baru, terbuka terhadap kritik, dan melihat kegagalan sebagai bagian dari proses adalah teman yang bisa mendukung pertumbuhanmu.
Bergabunglah dengan komunitas yang mendorong pembelajaran dan perkembangan diri, baik secara langsung maupun online. Kalau gak bisa menemukan lingkungan seperti itu di sekitarmu, manfaatkan buku, podcast, atau media sosial untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang memiliki growth mindset. Dengan begitu, kamu bisa terus mendapat dorongan positif meskipun berada di lingkungan yang kurang mendukung.
3. Terapkan "yet mindset" dalam kehidupan sehari-hari

Salah satu ciri khas fixed mindset adalah pernyataan-pernyataan seperti, “Aku gak bisa matematika,” atau “Aku gak berbakat di bidang ini.” Coba tambahkan satu kata sederhana yang bisa mengubah segalanya: yet (belum). Jadi, alih-alih berkata, “Aku gak bisa,” ubah menjadi, “Aku belum bisa.”
Kata “belum” membuka ruang untuk pertumbuhan dan menunjukkan bahwa kemampuan bisa dikembangkan dengan usaha. Cobalah biasakan menggunakan pola pikir ini dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, kalau temanmu berkata, “Kita gak akan bisa menyelesaikan proyek ini,” kamu bisa merespons dengan, “Kita belum menemukan caranya.” Perubahan sederhana ini bisa membuatmu lebih optimis dan secara perlahan menular ke orang-orang di sekitarmu.
4. Anggap kegagalan sebagai pelajaran, bukan akhir dari segalanya

Di lingkungan fixed mindset, kegagalan sering dianggap sebagai bukti bahwa seseorang memang gak mampu. Padahal, kegagalan seharusnya bukan vonis akhir, melainkan data berharga yang bisa dijadikan bahan evaluasi.
Setiap kali menghadapi kegagalan, tanyakan pada dirimu sendiri, “Apa yang bisa kupelajari dari ini? Strategi apa yang bisa aku perbaiki untuk ke depannya?” Dengan begitu, kamu gak akan takut gagal lagi, karena setiap kegagalan justru jadi kesempatan untuk belajar. Ingat, orang-orang yang sukses bukan mereka yang gak pernah gagal, tapi mereka yang terus mencoba meskipun pernah gagal berkali-kali.
5. Fokus pada proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir

Di lingkungan fixed mindset, keberhasilan sering diukur hanya dari hasil akhir. Kalau berhasil, dianggap berbakat. Kalau gagal, langsung dicap gak mampu. Pola pikir seperti ini bisa bikin orang takut mengambil risiko karena mereka takut dicap “gagal.”
Kalau kamu ingin membangun growth mindset, cobalah untuk lebih menghargai proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir. Rayakan setiap langkah kecil yang menunjukkan perkembangan, sekecil apa pun itu. Misalnya, kalau kamu sedang belajar skill baru, jangan hanya fokus pada kapan kamu akan mahir, tapi hargai setiap kemajuan yang kamu buat di sepanjang jalan. Dengan cara ini, kamu bisa tetap termotivasi untuk terus belajar tanpa terbebani oleh ekspektasi hasil instan.
Mengembangkan growth mindset di tengah lingkungan fixed mindset memang gak mudah, tapi bukan berarti gak bisa dilakukan. Setiap langkah kecil yang kamu ambil untuk mempertahankan pola pikir berkembang adalah investasi berharga untuk masa depanmu. Jadi, tetaplah konsisten dengan growth mindset-mu, bukan cuma untuk dirimu sendiri, tapi juga untuk menginspirasi perubahan di sekitarmu!