Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Contoh Heuristik dalam Kehidupan Sehari-hari, Apa Saja?

ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Liza Summer)

Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa kita sering mengambil keputusan dengan cepat tanpa berpikir panjang? Itulah heuristik, jalan pintas mental yang kita gunakan untuk memudahkan proses pengambilan keputusan. 

Heuristik seringkali tidak disadari, namun memiliki peran besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari memilih restoran untuk makan malam hingga memutuskan untuk membeli produk tertentu, heuristik adalah alat bantu yang tak tergantikan.

Nah, berikut adalah lima contoh heuristik yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak!

1. Availability heuristic

ilustrasi gawai (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika informasi yang baru saja kamu dengar atau alami menjadi dasar pengambilan keputusan, itulah yang disebut dengan availability heuristic. Misalnya, setelah menonton berita tentang kecelakaan pesawat, kamu mungkin akan merasa terbang dengan pesawat menjadi sesuatu yang sangat berisiko. Padahal, jika dilihat dari statistik, terbang merupakan salah satu mode transportasi yang aman.

Availability heuristic juga sering muncul saat kita menilai probabilitas suatu kejadian. Jika suatu peristiwa sering muncul di media, kita cenderung menganggap bahwa peristiwa tersebut sering terjadi, meskipun kenyataannya tidak demikian.

2. Representativeness heuristic

ilustrasi berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Representativeness heuristic membuat kita cenderung menilai sesuatu berdasarkan seberapa miripnya dengan prototipe yang ada di pikiran kita. Sebagai contoh, melihat seseorang dengan pakaian formal dan koper, kita mungkin langsung berasumsi bahwa orang tersebut adalah seorang pebisnis, tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain.

Heuristik ini juga bisa menyesatkan, seperti ketika kita mengabaikan informasi statistik dan hanya fokus pada kesamaan karakteristik. Ini bisa membuat kita salah dalam menilai probabilitas karena kita terlalu mengandalkan asumsi daripada fakta.

3. Anchoring and adjustment heuristic

ilustrasi membuka bisnis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Anchoring and adjustment heuristics berperan ketika kita menggunakan informasi awal sebagai titik awal dan kemudian menyesuaikan keputusan berdasarkan informasi tambahan. Misalnya, dalam negosiasi harga, penjual biasanya memulai dengan harga yang tinggi sebagai ‘anchor’ dan pembeli akan menawar hingga mencapai harga yang dianggap wajar.

Proses penyesuaian ini bisa terjadi dalam berbagai situasi, seperti saat menilai nilai sebuah rumah atau saat memutuskan berapa banyak makanan yang harus dibeli. Kita sering kali tidak sadar bahwa ‘anchor’ awal tersebut sangat memengaruhi keputusan akhir kita.

4. Familiarity heuristic

ilustrasi makan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Familiarity heuristic terjadi ketika kita menghadapi situasi yang sudah kita kenal dan kita bertindak berdasarkan pengalaman sebelumnya. Misalnya, jika kamu pernah memiliki pengalaman yang menyenangkan di suatu restoran, kamu akan cenderung untuk kembali ke restoran tersebut.

Pengalaman positif dari masa lalu sering menjadi dasar kita untuk mengulangi tindakan yang sama. Namun, ini juga bisa membuat kita kurang terbuka terhadap pengalaman baru yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik.

5. Affect heuristic

ilustrasi cemas (pexels.com/energepic.com)

Affect heuristic adalah ketika keputusan kita sangat dipengaruhi oleh emosi kita saat itu. Contohnya, kamu mungkin memilih untuk tidak mencoba suatu aktivitas baru hanya karena kamu merasa takut atau cemas, meskipun sebenarnya tidak ada alasan logis untuk merasa demikian.

Emosi kita seringkali menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang membutuhkan keputusan cepat. Namun, penting untuk diingat bahwa emosi bisa membutakan kita terhadap fakta dan logika yang sebenarnya.

Dengan memahami lebih dalam tentang heuristik, kita bisa menjadi lebih bijak dalam menggunakannya. Heuristik memang membantu kita dalam menghemat waktu dan energi, namun juga penting untuk tetap kritis dan tidak terjebak dalam bias yang mungkin ditimbulkannya. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Aldifa
EditorMuhamad Aldifa
Follow Us