Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ejekan yang Menyakitkan Hati meski Dibalut Candaan, Jangan Lakukan!

ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Alexander Suhorucov)
ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Bergaul memang jangan terlalu serius biar suasana tidak menegangkan. Pun bercanda akan membangun keakraban di antara dirimu dengan orang lain. Kalau kamu terlalu sulit diajak bercanda biasanya kawanmu juga sedikit dan sama-sama sangat serius.

Biar pertemanan lebih asyik, miliki sisi humoris. Akan tetapi, kesukaan bercanda jangan membuatmu asal melemparkan lelucon. Bukannya menghibur orang lain dan membuat kebersamaan lebih serius, bisa-bisa dia justru sakit hati.

Tingkatkan kepekaanmu akan bahan candaan yang tepat. Pikirkan perasaan orang lain sebelum kamu mulai mengatakan apa pun. Meski dibalut dengan maksud bercanda, lima ejekan berikut ini akan tetap melukai hati, lho.

1. Ejekan tentang kondisi fisik dan psikis

ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Elina Fairytale)
ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Elina Fairytale)

Kamu harus bisa melihat sisi tampan dan cantik dari semua orang di sekitarmu. Jangan berpandangan sempit dengan standar ganteng atau cantik yang itu-itu saja. Setiap orang pada dasarnya memiliki daya tarik masing-masing.

Bila kamu mampu menyadarinya, gak ada orang jelek secara fisik dalam pandanganmu. Kamu terhindar dari dorongan mengolok-olok paras orang lain. Selain perkara fisik, jangan pula menjadikan kondisi psikis teman sebagai lelucon.

Misalnya, orang yang sedang depresi karena sesuatu dinilai berlebihan. Seolah-olah penyebab tekanan psikisnya tidak terlalu penting dan ia yang terlalu rapuh. Celaan begini hanya menambahi beban mentalnya.

2. Ejekan terkait kompetensi diri

ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Darlene Alderson)
ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Darlene Alderson)

Ketika kamu memasuki dunia kerja, setiap orang punya kompetensi masing-masing. Bahkan karyawan yang lebih junior darimu juga memiliki kemampuan dalam bidang kerjanya. Ia sudah berkuliah sampai selesai di bidang tersebut sehingga dirimu gak boleh menyamakannya dengan orang yang tidak tahu apa-apa.

Di dunia profesional, siapa pun bakal kesal bila kemampuan dirinya direndahkan. Jangan sembarangan menyebut hasil kerja orang lain buruk atau menyamakan orang yang sudah menggeluti suatu bidang selama beberapa tahun dengan karyawan baru. Semua orang berlomba-lomba meningkatkan serta menunjukkan kompetensinya dalam pekerjaan.

Begitu kamu mengejeknya, harga dirinya terasa seperti diinjak-injak. Tidak peduli apa maksudmu yang sesungguhnya, seseorang telanjur merasa gak dihargai. Kamu juga pasti tak suka kalau kompetensimu bukannya diakui malah ditertawakan.

3. Ejekan seputar agama dan kepercayaan yang dianut

ilustrasi teman berbincang (pexels.com/Sarah Chai)
ilustrasi teman berbincang (pexels.com/Sarah Chai)

Dalam interaksi sehari-hari dengan siapa pun, jangan suka mempersoalkan tentang keyakinan orang lain. Diskusi baik-baik saja mesti dipastikan dulu apa tujuannya, perlu atau tidak untuk dilakukan, serta cara membicarakannya tanpa menyinggung umat lain. Candaan tentang agama serta kepercayaan sebaiknya sama sekali gak dilontarkan.

Mudah sekali buat penganut agama dan kepercayaan yang berbeda merasa tersinggung. Bahkan lelucon seputar agama serta kepercayaan sendiri juga tak layak disampaikan di hadapan banyak orang. Orang lain akan lebih mudah merasa tersinggung bahkan marah bila agamanya dibicarakan tidak dengan rasa hormat yang tinggi.

Masih banyak topik yang lebih aman buat bahan candaan. Ingat bahwa kamu tinggal di negara dengan beragam agama dan kepercayaan. Sedikit saja kamu gak bijaksana mengatakan apa pun terkait kedua hal tersebut, persoalannya bisa panjang dan menimbulkan perpecahan.

4. Ejekan terhadap keluarga

ilustrasi teman berbicara (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi teman berbicara (pexels.com/cottonbro studio)

Mungkin kamu berargumen bahwa orang yang diejek bukan dia, melainkan saudaranya. Sedekat apa pun pertemanan kalian, manusiawi kalau ia tetap merasa tidak suka saudaranya dihina. Bahkan sekalipun ada perbuatan saudaranya yang memang kurang baik dan kamu bersikap seolah-olah cuma bercanda.

Muncul dalam dirinya rasa tidak terima serta dorongan buat membela saudara. Bagaimanapun juga, usia persaudaraan mereka lebih lama dibandingkan pertemanan kalian. Dia boleh jadi lebih suka kehilangan satu kawan daripada satu saudara.

Lebih dari soal pribadi saudaranya, ada kehormatan keluarga yang secara tidak langsung sedang dipertaruhkan. Kalau ia gak membela saudara dari ejekanmu, ini sama saja dengan membiarkan kehormatan keluarganya dilecehkan. Sekalipun maksudmu cuma melucu, kemarahannya dapat serius sekali.

5. Ejekan mengenai kekayaan

ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi teman bercanda (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jauhi membicarakan soal kekayaan sambil tertawa-tawa karena bisa terkesan mengejek orang lain. Seperti tentang gaji teman yang gak naik-naik, masih indekos terus selagi kamu dan kawan sepantar sudah berani mengambil cicilan rumah, memilih mobil bekas daripada baru, dan sebagainya. Kalau orang lain menjadi tersinggung, ini bukan berarti dia minder atau terlalu baper.

Topik kekayaan memang sensitif. Terlebih bagi seseorang yang masih berjuang menstabilkan kondisi keuangannya. Sekalipun semua yang kamu katakan tentang kondisinya merupakan fakta, rasanya tetap ejekan buat orang lain. Dirimu memang tidak secara langsung mengolok-oloknya sebagai orang miskin.

Namun, lawan bicaramu tak hanya menggarisbawahi ada atau tidaknya kata 'miskin' dalam kalimatmu. Semua orang dewasa sudah belajar tentang makna yang tersirat dan bukan cuma yang tersurat dalam sebuah kalimat. Mau kamu berdalih hanya bercanda, tetap gak mengubah perasaan orang lain yang menjadi terluka.

Ejekan dengan bercanda adalah dua hal yang berbeda, tetapi sering masih kurang dipahami dengan baik. Bercanda bisa sama sekali tak melibatkan olok-olok yang merendahkan, kok. Jangan tinggalkan kesopanan serta empatimu pada orang lain ketika kamu bermaksud menjadi sosok yang humoris.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us