Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Emosi Negatif Ini Ternyata Gak Selalu Buruk

JOY(Pexels.com/Foto oleh Matheus Bertelli)
JOY(Pexels.com/Foto oleh Matheus Bertelli)
Intinya sih...
  • Sedih adalah bagian alami dari kehidupan, bukan sesuatu yang harus disembunyikan atau dihindari.
  • Marah dapat menjadi sinyal penting tentang batasan diri yang dilanggar, dan memungkinkan orang lain untuk mengerti dan menghargai kita.
  • Takut, bosan, dan kecewa juga merupakan emosi alami yang memberikan sinyal penting tentang kebutuhan perubahan dalam hidup kita.

Selama ini kalau dipikirkan lagi ternyata kita paling menghindari yang namanya emosi negatif. Mungkin ada persepsi bahwa emosi negatif adalah sesuatu yang buruk, bahkan terkadang memalukan. Ada perasaan ingin segera lepas kalau lagi merasakan emosi negatif, namun yang terjadi justru si emosi negatif bertahan lebih lama ketimbang emosi positif. Apakah benar ya emosi negatif seburuk itu? Mari kita pahami lebih lanjut dulu, karena bisa jadi emosi negatif itu punya peran penting dalam hidup kita.

1. Sedih

Potret kesedihan (pinterest.com)

Kehilangan motivasi, sulit tersenyum lepas, murung, hilang nafsu makan, mengisolasi diri, tiba-tiba suka dengerin musik galau. Mungkin itu ciri umum yang kita alami waktu sedang sedih. Bisa juga sebaliknya, ketika kita berusaha untuk menutupinya dengan tawa canda yang palsu. Rasanya tidak nyaman, karena kita jadi lebih merasakan sepi, walaupun orang-orang ada di sekitar kita.

Sedih diputusin pacar, ditinggal orang terkasih pergi jauh, sedih karena gagal mencapai sesuatu, dan hal-hal yang tidak kita inginkan tapi malah kejadian. Kesedihan bisa sangat sulit untuk diterima. Padahal walaupun rasanya memang sakit, membiarkan kehadiran emosi sedih itu dengan apa adanya justru melatih empati kita. Air mata kesedihan adalah wajah kemanusiaan, bukan kelemahan. 

2. Marah

potret kemarahan (pinterest.com

Ketika ritme nafas memendek, jantung berdebar lebih cepat, dan otot tubuh menegang, di saat itu diri kita sulit dikendalikan. Kebanyakan dari kita ada yang berani meluapkan amarah itu secara spontan, dan ada juga yang lebih pilih untuk memendam. Alasannya mungkin karena takut akan dinilai buruk atau bahkan dijauhi jika mengekspresikan amarah tersebut. Padahal marah adalah wajar, dan tidak untuk diredam selamanya.

Emosi marah yang muncul bisa jadi sinyal bahwa ada batasan/bounderis dari diri kita yang telah dilanggar oleh orang lain. Ini bisa membantu kita untuk sadar hal-hal apa yang sensitif bagi kita dan jadi peringatan agar orang lain mengerti serta menghargai kita. Marah boleh diluapkan, namun tetap dengan cara yang asertif ya, agar tidak menyakiti orang lain. 

3. Takut

Ekpresi takut (pinterest.com)

Sadarkah kamu bahwa emosi takut adalah emosi yang paling sering dan mungkin paling utama yang menghalangi kita untuk maju? Namun jika melihat fakta sejarah, emosi ini yang justru membuat spesies kita bertahan hingga saat ini. Seperti takut mati yang mendorong kita untuk mencari sumber pangan untuk tetap hidup. Sayangnya, jika takut itu mulai berlebihan kita jadi kewalahan, dan akhirnya diam di tempat.

Oleh karena itu kita harus mengatasi emosi takut yang berlebihan itu supaya berfungsi sebagaimana mestinya. Otak kita merespon takut dan antusias itu dengan cara yang sama. Jadi alih-alih memvalidasi takut dalam diri kita itu sebagai tanda bahaya, lebih baik berikan afirmasi bahwa kita sangat antusias untuk melakukan sesuatu itu.

4. Bosan

(pixabay.com/Sam Williams)

Bosan adalah saat dimana kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Hampa dan rasanya tidak berminat untuk melakukan apa-apa. Apabila tidak segera disadari bahkan bosan bisa sangat berbahaya untuk kita. Tanpa sadar scrolling media sosial sampai berjam-jam, atau bahkan kecanduan pada hal negatif lainnya. 

Hampir mirip dengan takut, sesungguhnya emosi bosan ini bisa jadi sinyal penting tentang diri kita yang menginginkan sebuah perubahan pada suatu keadaan. Bosan adalah tanda bahwa otak kita sedang membutuhkan tantangan baru. Jadi daripada main medsos terus tanpa ada gunanya, lebih baik mulai beranikan diri untuk melakukan hal baru. 

5. Kecewa

Ekspresi kekecewaan (pinterest.com)

Kecewa hadir ketika realita tak terwujud sejalan dengan ekspektasi yang sudah kita bayangkan. Kecewa saat hasil tak sesuai harapan, ketika orang lain tak bersikap baik, ketika gagal, dan mungkin saat kita dikhianati. Rasanya mungkin bercampur amarah dan ingin selalu menyalahkan apapun dan siapapun. 

Kita pasti akan sulit menerima di awal dan terus berusaha untuk mengelak. Namun apa yang terjadi, memang sudah selayaknya terjadi. Penyesalan yang mendalam tidak akan mengubah kejadian. Dari kekecewaan kita belajar untuk mengontrol ekspektasi dan melepaskan apapun yang tidak bisa kita kendalikan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Weny Rokhayatun Nisa
EditorWeny Rokhayatun Nisa
Follow Us