Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Endowment Effect, Fenomena Enggan Jual Barang Kesayangan!

ilustrasi menjual barang (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu merasa sayang banget sama barang-barangmu, bahkan yang udah nggak kepakai? Saking sayangnya, kamu sampai nunda-nunda buat jual, padahal barang itu udah nggak muat di lemari atau cuma jadi pajangan. Nah, fenomena psikologis yang satu ini namanya endowment effect.

Endowment effect adalah kecenderungan seseorang untuk lebih menghargai sesuatu yang mereka miliki dibandingkan dengan sesuatu yang tidak mereka miliki. Fenomena ini pertama kali diamati oleh para psikolog Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada tahun 1979. Fakta-faktanya apa saja sih? Yuk, simak di bawah ini!

1. Endowment effect terjadi pada semua orang

ilustrasi teman (pexels.com/Gustavo Fring)

Endowment effect bukan hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development menemukan bahwa anak-anak lebih cenderung enggan menyerahkan mainan yang mereka miliki daripada mainan yang tidak mereka miliki. Penelitian lain menemukan bahwa anak-anak lebih cenderung bersedia membayar lebih banyak untuk mainan yang mereka miliki daripada mainan yang tidak mereka miliki.

Endowment effect juga terjadi pada orang-orang dari berbagai budaya dan latar belakang. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa endowment effect terjadi pada orang-orang di Amerika Serikat, Jepang, dan Cina.

2. Endowment effect dapat dimanipulasi

ilustrasi teman (pexels.com/Tim Douglas)

Endowment effect dapat dimanipulasi dengan membuat orang merasa seperti mereka memiliki sesuatu. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberi orang sesuatu secara gratis. Misalnya, jika kamu memberi seseorang mug gratis, mereka akan lebih cenderung bersedia membayar untuk mug itu daripada jika mereka tidak diberi mug gratis.

Cara lain untuk memanipulasi endowment effect adalah dengan membuat orang merasa seperti mereka telah menginvestasikan waktu atau usaha dalam sesuatu. Misalnya, jika kamu meminta seseorang untuk menulis esai tentang topik yang mereka pilih, mereka akan lebih cenderung menghargai esai itu daripada jika kamu meminta mereka untuk menulis esai tentang topik yang dipilih orang lain.

3. Endowment effect dapat membuat kamu mengambil keputusan yang buruk

ilustrasi teman (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Endowment effect dapat membuat kamu mengambil keputusan yang buruk, seperti mempertahankan investasi yang kalah atau menjual properti dengan harga yang terlalu rendah.

Misalnya, bayangkan kamu membeli saham seharga Rp 30.000 per saham. Seiring waktu, harga saham turun menjadi Rp 15.000 per saham. Kamu mungkin enggan menjual saham karena kamu merasa seperti akan kehilangan uang. Namun, penting untuk diingat bahwa kamu sudah kehilangan uang, dan menjual saham sekarang akan membatasi kerugianmu.

4. Endowment effect dapat digunakan untuk keuntungan kamu

ilustrasi teman (pexels.com/cottonbro studio)

Endowment effect dapat digunakan untuk keuntungan kamu, seperti dengan menjual barang-barang yang tidak kamu gunakan lagi atau dengan menawar harga barang yang kamu inginkan.

Misalnya, bayangkan kamu memiliki pakaian yang tidak pernah kamu pakai lagi. Kamu dapat menjual pakaian itu di toko barang bekas atau online. Kamu juga dapat menukar pakaian itu dengan pakaian lain yang kamu inginkan.

5. Endowment effect masih belum sepenuhnya dipahami

ilustrasi menjual barang (pexels.com/Gustavo Fring)

Para psikolog masih belum sepenuhnya memahami mengapa endowment effect terjadi. Ada beberapa teori yang berbeda, tetapi tidak ada satu teori yang diterima secara universal.

Salah satu teori adalah bahwa endowment effect disebabkan oleh rasa kepemilikan. Ketika kita memiliki sesuatu, kita merasa seperti itu adalah bagian dari diri kita sendiri. Hal ini membuat kita lebih enggan menyerahkannya, bahkan jika itu tidak berharga bagi kita.

Ingat, endowment effect hanya fenomena psikologis yang wajar. Jangan sampai fenomena ini menghambat kamu untuk membuat keputusan yang tepat. Yuk, mulai jual barang-barang yang tidak kamu butuhkan dan rasakan manfaatnya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Aldifa
EditorMuhamad Aldifa
Follow Us