Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Karakter Positif dari Teori Fungsionalisme Struktural

ilustrasi orang berusaha (pixabay.com/JESHOOTS-com)
Intinya sih...
  • Teori fungsionalisme struktural menekankan keteraturan dan keseimbangan dalam kehidupan masyarakat.
  • Kepribadian pelaku teori ini mencakup manajemen waktu, aktivitas rutin, dan ketergantungan antar bagian hidup.
  • Hidup statis, disiplin, dan berkomitmen pada peraturan menjadi karakteristik penganut teori fungsionalisme struktural.

Sosiologi menjadi salah satu cabang ilmu yang menghasilkan begitu banyak teori. Berpusat pada hubungan masyarakat dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya, sosiologi menjadikan dunia sosial sebagai perhatiannya.

Salah satu teori sosiologi yang menaruh perhatian pada kehidupan sosial yakni teori fungsionalisme struktural. Teori tersebut merupakan salah satu buah pemikiran dari seorang sosiolog yang bernama Emile Durkheim.

Yang mana Durkheim memusatkan teori fungsionalisme struktural pada keberadaan dan sifat pada berbagai bagian di masyarakat. Bagian-bagian pada masyarakat itu memiliki dan menjalankan fungsinya masing-masing, supaya tercipta kesehatan dan keseimbangan pada masyarakat.

Nah, berangkat dari teori fungsionalisme struktural, ternyata melahirkan klasifikasi karakter pelaku yang mempraktikkan teori tersebut, lho. Penasaran bagaimana ciri karakteristik ala teori fungsionalisme struktural? Langsung simak ulasannya di bawah ini, ya.

1. Hidupnya sudah dan selalu teratur

ilustrasi hidup disiplin (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Durkheim menjelaskan bahwa teori fungsionalisme struktural menekankan pada keteraturan dan keseimbangan pada kehidupan masyarakat. Maka, kepribadian yang bisa ditarik dari teori Durkheim ini yaitu sosok dengan kepemilikan manajemen yang baik dalam hidupnya.

Mulai dari pengaturan jam tidur, bangun tidur, bekerja, istirahat makan, serta beribadah. Hingga melakukan berbagai pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, menyapu, dan mengepel. Intinya, dalam setiap satu hari penuh pada rutinitas harian, sudah ada manajemen waktunya yang harus berjalan teratur. Mengapa harus teratur? Jelas supaya tidak menganggu dan merusak aktivitas di depannya.

2. Memiliki bagian hidup yang saling fungsional dan bergantung

ilustrasi hidup yang seimbang dan teratur (pixabay.com/Alexas_Fotos)

Teori fungsionalisme menjelaskan bahwa untuk bisa seimbang dan teratur, dibutuhkan bagian-bagian dari masyarakat yang bisa menjalankan fungsinya masing-masing. Ketika satu bagian telah menjalankan fungsinya, maka bagian lain dapat menjalankan fungsinya juga, dan terciptalah keseimbangan.

Begitu pula sebaliknya, ketika satu bagian ternyata disfungsional, maka bagian yang lainnya turut terkena imbasnya. Oleh sebab itu, antar satu bagian dengan bagian lainnya jadi saling ketergantungan, ya. Nah, coba pikirkan apa bagian dalam hidupmu yang saling ketergantungan?

Misalnya saja, bagian pada dimensi kerja dan istirahat. Apa fungsional dari dimensi kerja? Tentunya mulai dari pengembangan karier hingga pemenuhan kebutuhan secara finansial, ya. Lantas, apa fungsional dari istirahat? Ya, layaknya tidur 8 jam untuk membuat rileks seluruh anggota tubuh.

Secara lebih lanjut, saat dimensi istirahat terjadi disfungsional yang mengakibatkan pelakunya jatuh sakit, maka dimensi kerja juga ikut disfungsional karena tidak bisa masuk kerja. Dengan begitu, karakter pelaku teori fungsionalisme struktural ini senantiasa menjadikan bagian-bagian hidupnya berjalan sesuai fungsinya, bergantung satu sama lain, dan menghindar disfungsional, ya.

3. Meminimalisir hingga menolak permasalahan yang datang

ilustrasi masalah hidup (pixabay.com1388843/)

Seperti yang sudah dikatakan, bahwa teori fungsionalisme struktural ini menekankan pada kehidupan yang teratur dan seimbang. Oleh karena itu, dengan segala upaya untuk setiap bagian hidup selalu fungsional, maka diharapkan tidak ada disfungsional berupa permasalahan yang hadir.

Tetapi, ada masa masalah itu hanya bisa ditekan kedatangannya atau diminimalisir risikonya. Sehingga, saat ternyata masalah hidup itu tetap datang, karakter dari pelaku teori fungsionalisme struktural ini tak mau membiarkan masalah larut terlalu lama. 

Dengan segala upaya dilakukan untuk bisa mencari, menemukan, hingga merealisasikan solusi yang ada. Dengan begitu, masalah yang datang bisa segera pergi dengan tuntas. Pada akhirnya, bisa kembali hidup damai, seimbang, dan pastinya teratur.

4. Hidup statis dengan perubahan yang teratur dan seimbang

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Oleh karena pelaku teori fungsionalisme struktural ini memiliki hidup yang teratur, maka dapat dikatakan tipe kehidupan menjadi statis. Statis sendiri bermakna kehidupan yang tidak bergerak, tidak aktif, pun tidak berubah keadaannya, ya.

Yang mana jika pola hidupnya sudah fungsional seperti itu, ya cukup dijalani itu lagi, lagi, dan lagi. Tidak butuh yang namanya perubahan, karena baginya yang ada malah jadi sumber masalah dan merusak keseimbangan hidup nantinya.

Sehingga, karakter dari penganut teori fungsionalisme struktural ini jika terdapat perubahan ya arahnya tetap teratur. Ibaratnya, perubahan yang terjadi itu dari kategori A ke A1 atau turunannya, ya. Jarang terjadi pelaku ini merubah hidupnya yang sudah fungsional dari A ke Z, yang termasuk jauh dan drastis sekali perubahannya.

5. Selalu ada batasan dalam setiap bagian hidup

ilustrasi evaluasi diri (pexels.com/Anete Lusina)

Secara logika, ketika ingin hidup selalu teratur dan seimbang, maka dibutuhkan peraturan yang menjadi batasan-batasannya. Dengan adanya batasan, maka setiap bagian akan selalu fungsional dan tidak keluar dari zonanya.

Nah, disiplin dan berkomitmen dalam menjalankan peraturan hidup itulah yang menjadi salah satu karakter dari penganut teori fungsionalisme struktural. Yang mana demi kebaikan hidup versinya, maka dibutuhkan peraturan untuk mengatur semua bagian-bagian hidup. Tujuannya, agar semua bagian terus berdampingan dengan baik tanpa saling menganggu satu sama lain. 

Pada akhirnya, memiliki kehidupan yang serba teratur dengan setiap bagiannya menjalankan fungsinya masing-masing memang menjadi kehidupan yang realistis, ya. Dengan kata lain, karakteristik hidup seperti teori fungsionalisme struktural ini dalam jangka panjang berada di jalur yang aman.

Namun, adakalanya perubahan besar itu perlu dilakukan dalam hidup, lho. Dengan berani keluar dari zona hidup yang teratur dan seimbang itu, bisa jadi kamu akan menemukan nilai hidup yang jauh lebih baik lagi, nih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us