5 Kenyataan Pahit dalam Pertemanan saat Dewasa, Merasakannya?

Apakah kamu sepakat bahwa masa-masa sekolah menjadi momen paling menyenangkan? Bayangkan saja, kamu bisa bertemu teman-teman hampir 24/7 dan menghabiskan waktu bersama tanpa merasa bosan. Saking solidnya, weekend pun digunakan untuk hangout, meski sudah bertemu sepekan penuh.
Karena dikelilingi sahabat tersayang, hidupmu pun jauh dari kata kesepian. Betapa tidak, keseharianmu dipenuhi oleh mereka.
Sayangnya, hubungan yang dahulu sedekat urat nadi, mendadak jadi sejauh matahari saat beranjak dewasa. Kenyataan pahit dalam pertemanan saat dewasa berikut ini pun mesti kamu rasakan suka tidak suka.
1. Hubungan kian berjarak

Dulu, waktu terasa begitu melimpah. Rasanya mudah untuk bertemu kapan saja, berbagi cerita tanpa jeda, atau sekadar menghabiskan waktu bersama. Namun, seiring bertambahnya usia, kebiasaan ini mulai pudar. Tanggung jawab dalam pendidikan, pekerjaan, dan keluarga banyak menyita fokus dan waktu.
Alhasil, menyisihkan waktu untuk bertemu jadi kian sulit. Jika ada kesempatan istirahat pun, mungkin akan digunakan untuk rehat atau dihabiskan dengan keluarga. Lama-lama, pertemanan terasa berjarak meski semula terasa seperti ikatan yang tak mudah lepas.
Namun, pertemanan yang solid takkan runtuh hanya karena kesibukan. Jika kalian peduli terhadap satu sama lain, intensitas yang berkurang ini takkan mengubah apa pun. Wajar jika kamu merasa kehilangan, tapi jarak akan mengajarmu arti penting kehadiran mereka dalam hidupmu, sehingga kamu akan lebih menghargainya.
2. Ekspektasi tak selalu terpenuhi

Dalam persahabatan, sering kali kita memiliki harapan tinggi pada teman. Kita ingin mereka hadir tanpa perlu diminta, memahami rasa sakit tanpa perlu dijelaskan, atau merayakan kebahagiaan kita dengan tulus. Namun kenyataannya, teman juga manusia yang memiliki keterbatasan.
Ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, rasa kecewa pun muncul. Tak jarang, hal ini bisa menimbulkan keretakan. Kamu mungkin bertanya-tanya, “Apakah aku tidak cukup berarti bagi mereka?” Padahal, kamu selalu melakukan yang terbaik untuk pertemanan. Namun ketahuilah, di balik itu, ada hal lain yang mungkin tak terlihat.
Bisa jadi temanmu sedang menghadapi perjuangannya sendiri, sehingga tak sempat hadir sebagaimana kamu harapkan. Sama sepertimu, mereka mungkin mengharapkanmu hadir, tetapi tak bisa menyampaikannya karena satu dan lain hal. Entah karena permasalahannya terlalu pelik, atau takut mengganggu dan mengusikmu.
Karena itu, jadikanlah momen ini untuk belajar bahwa pertemanan dewasa tak selalu tentang memenuhi ekspektasi, tapi memahami bahwa semua orang berjuang di jalannya masing-masing. Sebisa mungkin, kelola ekspektasimu agar tak berakhir kecewa dan patah hati, ya?
3. Pertemanan bisa memudar tanpa sebab

Ada saatnya hubungan pertemanan yang dulu erat perlahan memudar. Tak ada pertengkaran, tak ada perbedaan besar, hanya sebuah jarak yang semakin terasa. Hidup membawa kalian ke arah yang berbeda. Entah itu karena pendidikan atau pekerjaan di kota lain, lingkaran sosial baru, atau perubahan prioritas.
Meski tak ada yang salah, rasa kehilangan ini tetap terasa menyakitkan. Apalagi jika jarak kalian sebelumnya begitu dekat hingga tak terpisahkan. Kamu bukan tak mungkin merindukan momen-momen kebersamaan dengannya. Namun, ketika ada kesempatan untuk bertemu, hubungan kalian belum tentu kembali menguat seperti dulu. Alhasil, memori itu hanya bisa menjadi bagian dari perjalananmu, tanpa dendam atau penyesalan.
4. Merasa tersaingi diam-diam

Saat beranjak dewasa, kamu mungkin menyadari bahwa teman yang dulunya selalu mendukung dan mengapresiasi kerja kerasmu, selama ini ternyata menganggapmu sebagai saingannya. Bahkan, dia berambisi untuk mengalahkanmu di setiap hal meski tampaknya bersikap suportif.
Setiap kali kamu menceritakan kebahagiaan atau mencapai prestasi tertentu, ada rasa iri di balik senyumannya. Persaingan ini mungkin membuatmu merasa tak nyaman. Kamu mungkin mempertanyakan diri sendiri setelah mendapatkan perlakuan seperti itu.
Namun, penting untuk diingat bahwa ini hanya mencerminkan perasaan inseccure dalam diri mereka, bukan karena kamu kurang baik. Jadi, kamu bisa memberikan batas di antara satu sama lain agar tak dipenuhi rasa negatif.
5. Pertemanan bukan lagi prioritas utama

Ketika dewasa, fokus hidup kita berubah. Teman-teman yang dulu selalu ada mungkin kini lebih sibuk dengan pasangan, anak, atau karier mereka. Pertemanan pun bukan lagi prioritas. Tentu rasanya sakit melihat sahabat satu per satu mulai pergi dan sibuk melanjutkan kehidupan mereka sendiri.
Namun, ini adalah kenyataan yang harus diterima. Sebab, semua orang bergerak maju, termasuk kamu. Hal yang perlu diingat, persahabatan sejati tak diukur dari seberapa sering kalian berbicara atau bertemu.
Mereka yang benar-benar peduli akan selalu ada, meski intensitasnya tak sesering dulu. Selagi ada waktu, fokuslah pada mereka yang masih menunjukkan kepeduliannya padamu, sekalipun dalam bentuk kecil, seperti pesan singkat yang menanyakan kabar atau ucapan selamat ulang tahun. Itu adalah tanda bahwa mereka menganggap hubungan kalian berarti.
Kenyataan pahit dalam pertemanan saat beranjak dewasa merupakan bagian dari pertumbuhan. Jika kamu merasa sendirian dan sulit memproses semuanya, just take it easy and slowly. Ini adalah fase hidup yang harus dilewati dan suatu hari nanti kamu akan mengerti makna di balik momen ini. Remember to always hang in there!