Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Komentar tentang Pakaian yang Bikin Kepercayaan Diri Runtuh

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/Mikhail Nilov)

Saat saudara atau teman membeli pakaian baru, dia mungkin akan mencobanya di depanmu. Kemudian, ia akan meminta pendapatmu atau justru kamu dengan tak sadar langsung mengomentari penampilannya. Apa yang biasanya dirimu katakan? Semoga kamu cukup mampu memikirkan dan mengendalikan ucapan, ya.

Jangan sampai perasaan bahagianya sehabis membeli pakaian baru seketika menguap gara-gara komentarmu yang tidak dipikirkan dulu. Seperti lima reaksi atau komentar di bawah ini yang bisa membuatnya kesal atau kehilangan kepercayaan diri, mengenai pakaian dan penampilannya.

1. "Warnanya gak cocok sama kulitmu."

ilustrasi memilih pakaian (pexels.com/Lara Jameson)

Paling menjengkelkan apabila kamu memberikan komentar yang membuatnya serba salah dalam memilih pakaian. Misalnya, temanmu berkulit terang. Saat dia memilih pakaian berwarna kuning atau putih, kamu berkata ia kelihatan pucat sekali.

Sementara ketika dia mengenakan pakaian warna hitam, kamu bilang itu tampak terlalu kontras. Jadi, pakaian warna apa yang menurutmu pas untuknya? Jangan bikin dia bingung dan tidak puas dengan warna kulitnya, ya. Sebaiknya, kamu mendorongnya buat tetap percaya diri apa pun warna pakaian yang dipilih.

2. "Dipakai kamu, kok, jadi beda?"

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/Arina Krasnikova)

Meski perbedaan yang kamu maksud dapat berarti pakaian itu terlihat lebih bagus saat dikenakannya, kemungkinan ini kecil. Untuk pakaian baru, biasanya kamu akan membandingkannya dengan saat pakaian itu dikenakan maneken atau model.

Tentu saja pakaian yang sama menjadi terlihat berbeda karena bentuk tubuh setiap orang tidak sama. Hal yang bikin dia kehilangan kepercayaan diri adalah semua pakaian yang dipromosikan tampak sempurna, saat dipakai model atau maneken. Dia menyimpulkan bahwa menurutmu, pakaian itu jadi kurang bagus ketika dikenakan olehnya.

3. "Kayaknya lebih bagus buat aku, deh."

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Kamu terdengar terlalu percaya diri bila berkomentar begini. Sekaligus dirimu tanpa sadar telah merendahkan teman atau saudaramu. Kalau pakaian itu lebih bagus bila dikenakan olehmu, berarti menjadi lebih jelek saat dipakai orang lain.

Meski sesungguhnya kamu tertarik dengan pakaian itu, hindari berkomentar begini. Temanmu bahkan dapat mengira dirimu sangat berharap akan diberi pakaian itu. Padahal, itu pakaian yang dipilih dan dibelinya sendiri. Mungkin juga setelah ia menabung cukup lama.

4. "Bagaimana kalau kamu sedikit mengurangi atau menambah berat badan?"

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/Anna Tarazevich)

Kenapa kamu malah mengomentari tubuhnya? Pakaian itu muat di badannya, kok. Meski mungkin agak kebesaran atau pas sekali, gak usah bawa-bawa soal fisiknya, deh. Semua orang bisa langsung overthinking.

Teman atau saudara yang sebenarnya tidak kelebihan berat badan pun dapat kehilangan nafsu makan. Sedang orang yang awet kurus merasa stres karena makan sebanyak apa pun tak juga menambah bobotnya. Fokuskan komentarmu di pakaiannya saja.

5. Kamu tidak percaya dengan merek dan harga pakaiannya yang mahal

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/RODNAE Productions)

Kalau kamu mengira pakaian murah dan tidak bermerek sebagai pakaian mahal bermerek terkenal, orang akan merasa tersanjung. Berarti, pilihannya tidak salah atau justru dirinya membuat pakaian itu tampak lebih berkelas.

Akan tetapi, apabila kamu tidak percaya dengan merek terkenal dan harga mahal yang disebutkan teman, rasanya menyedihkan dan memalukan. Sebaliknya, ia bisa jadi cemas, jangan-jangan kualitas pakaiannya di bawah standar merek dan harganya. Bisa jadi juga pakaian itu jadi terlihat kurang bagus, karena dia yang mengenakannya.

Ketika seseorang memamerkan pakaian barunya, suasana hatinya pasti sedang gembira. Hindari mengubah perasaannya menjadi negatif dengan komentar-komentar seperti di atas. Berikan pujian secukupnya dan tanyakan di mana ia membelinya. Dia pasti menjawabnya dengan antusias.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us