5 Penulis Terkenal yang Memulai Karier sebagai Pustakawan

Beberapa penulis terkenal yang kita kenal sekarang ternyata pernah menghabiskan sebagian hidupnya di antara rak-rak buku. Mereka bukan hanya pencinta literatur, tapi juga pernah bekerja sebagai pustakawan. Karier awal sebagai penjaga perpustakaan tersebut yang kelak mewarnai karya-karya mereka.
Dari menjadi pustakawan hingga penulis novel, mereka membuktikan bahwa perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, tapi juga sumber inspirasi tanpa batas. Seperti kisah para penulis terkenal yang memulai karier sebagai pustakawan berikut ini. Kira-kira, apa saja karya mereka, ya?
1. Madeleine L'Engle, penulis A Wrinkle in Time

Madeleine L’Engle ternyata sudah menulis lebih dari 60 buku sepanjang hidupnya. Karya-karya L'Engle banyak ditulis di Diocesan House of the Cathedral of St. John the Divine di New York, tempat ia bertugas sebagai pustakawan sekaligus penulis tetap selama hampir empat dekade.
Pada tahun 2012, tempat tersebut diresmikan sebagai Landmark Sastra untuk menghormati karya L’Engle. Di Diocesan House inilah L’Engle menulis kisah yang menggugah imajinasi seperti A Wrinkle in Time. Sebagai pustakawan dan penulis, L’Engle menciptakan dunia yang membekas di hati para pembacanya dan menginspirasi generasi berikutnya.
2. Jacob dan Wilhelm Grimm, penulis Grimm's Fairy Tales

Jacob dan Wilhelm Grimm dikenang sebagai akademisi Jerman yang berpengaruh dalam pengumpulan dan penerbitan cerita rakyat di awal 1800-an. Mereka membantu memperkenalkan kisah-kisah seperti Hansel and Gretel dan Cinderella yang kini dikenal sebagai dongeng klasik.
Namun, di balik kisah-kisah tersebut, kedua saudara ini ternyata pernah bekerja sebagai pustakawan sebelum terkenal. Keduanya bahkan pernah kehilangan pekerjaan karena menolak menandatangani sumpah kesetiaan kepada Raja Hanover, Ernest Augustus. Walaupun jalan hidupnya tak selalu mudah, ketekunan dan komitmen mereka membuahkan karya yang dikenang sepanjang masa.
3. Jenny Han, penulis The Summer I Turned Pretty

Jenny Han terkenal sebagai penulis sekaligus produser eksekutif di balik serial The Summer I Turned Pretty dan To All the Boys I’ve Loved Before. Han berhasil mendobrak stereotip Hollywood dengan membawa karakter utama remaja Asia-Amerika yang menarik perhatian luas. Namun, sebelum mencapai kesuksesan tersebut, ia bekerja di perpustakaan sekolah di New York.
Selama bekerja sebagai pustakawan, Han belajar bagaimana memilih buku yang relevan untuk pembaca remaja. Han merasakan betapa pentingnya literasi dalam membuka jendela dunia untuk para siswa. Pengalaman inilah yang membantunya menciptakan karakter-karakter relatable dan kuat dalam novel-novelnya.
4. Maisy Card, penulis These Ghosts Are Family

Selama lebih dari satu dekade Maisy Card bekerja sebagai pustakawan di New Jersey. Selain itu, ia juga mengajar di Columbia University dan menjadi editor fiksi di The Brooklyn Rail. Card merilis novel pertamanya, These Ghosts Are Family, yang meraih perhatian luas berkat ceritanya yang tidak biasa.
Dalam novelnya, Card dengan cermat menggali cara tiap anggota keluarga berhadapan dengan "hantu-hantu" masa lalu, baik dalam bentuk kenangan maupun trauma yang terus membayangi. Pengalaman sebagai pustakawan memungkinkan dia menulis dengan kepekaan terhadap pengalaman manusia. Karya ini bahkan juga memenangkan American Book Award.
5. Kristen Arnett, penulis Mostly Dead Things

Kristen Arnett tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat religius sehingga aksesnya pada literatur sangat terbatas. Berkat bantuan dari seorang guru dan pustakawan, Arnett jatuh cinta pada dunia sastra. Setelah menyelesaikan studi di Florida State University dengan gelar di bidang Ilmu Perpustakaan, ia bekerja sebagai pustakawan selama hampir dua dekade.
Di tengah kesibukannya sebagai pustakawan, Arnett berhasil menulis novel pertamanya, Mostly Dead Things. Pengalamannya di perpustakaan memberinya perspektif unik dalam menyusun cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dengan sentuhan humor yang khas.
Melihat kisah penulis terkenal yang memulai karier sebagai pustakawan menunjukkan bahwa perpustakaan lebih dari sekadar rak buku. Melainkan tempat lahirnya ide-ide, mimpi, dan semangat yang menuntun penulis menciptakan karya yang tak lekang oleh waktu. Siapa tahu, mungkin saja suatu hari kunjungan kita ke perpustakaan juga bisa menjadi awal dari kisah hebat berikutnya.