Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Seseorang Mudah Marah saat Mendengar Suara Bising  

ilustrasi berisik (freepik.com/Cookie_)
Intinya sih...
  • Orang-orang bisa mudah marah saat mendengar suara bising karena berbagai faktor, termasuk sensory processing sensitivity yang membuat otak memproses informasi dari lingkungan dengan cara yang lebih intens.
  • Stres dan kecemasan yang menumpuk, kondisi neurologis misophonia, kurang tidur, dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan dapat menjadi penyebab seseorang mudah marah saat mendengar suara bising.
  • Mudah marah karena suara bising bukanlah sesuatu yang sepele, bisa terdapat kondisi psikologis atau emosional yang butuh perhatian. Mengenali penyebab di balik reaksi tersebut adalah langkah awal untuk mencari bantuan.

Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap suara atau kebisingan di sekitarnya. Bagi sebagian orang, suara bising seperti suara mesin, teriakan, atau musik keras mungkin terasa biasa saja. Namun, ada pula orang yang merasa sangat terganggu, bahkan sampai mudah marah atau emosi hanya karena suara bising. 

Marah terhadap suara bising bukanlah hal yang sepele. Dalam banyak kasus, hal ini bisa menandakan adanya masalah psikologis atau gangguan sensorik yang belum disadari. Memahami penyebabnya dapat membantu seseorang mencari solusi atau cara menghadapi kondisi tersebut dengan lebih bijak. Berikut lima penyebab umum seseorang bisa mudah marah saat mendengar suara bising.

1. Sensitivitas sensorik yang tinggi

ilustrasi menutup telinga (pexels.com/ketut)

Beberapa orang memiliki sistem saraf yang lebih sensitif terhadap rangsangan luar, termasuk suara. Ini disebut dengan istilah sensory processing sensitivity, yaitu kondisi di mana otak memproses informasi dari lingkungan dengan cara yang lebih intens. Akibatnya, suara yang bagi orang lain terasa biasa saja, bisa terasa sangat mengganggu bagi mereka.

Sensitivitas ini bisa memicu reaksi emosional yang lebih cepat dan kuat, seperti rasa tidak nyaman hingga marah. Orang dengan sensitivitas tinggi sering merasa lelah secara mental saat berada di lingkungan bising. Maka dari itu, mereka cenderung menghindari tempat ramai atau menggunakan alat peredam suara agar bisa tetap tenang dan menjaga kestabilan emosinya.

2. Kondisi psikologis seperti cemas dan stres

ilustrasi kecemasan (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi kecemasan (pexels.com/cottonbro)

Stres dan kecemasan yang menumpuk bisa membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi, termasuk saat mendengar suara bising. Otak yang sedang berada dalam kondisi tegang menjadi lebih reaktif terhadap stimulus kecil, dan suara keras bisa menjadi pemicu ledakan emosi yang tak terkendali. Ini sering terjadi pada orang yang merasa terbebani oleh pekerjaan, masalah keluarga, atau tekanan hidup lainnya.

Dalam kondisi ini, suara bising dianggap sebagai gangguan tambahan yang membuat otak merasa semakin terancam. Respon marah muncul sebagai bentuk perlindungan diri karena merasa tidak bisa mengendalikan situasi. Untuk mengurangi reaksi ini, sangat penting untuk mengelola stres dengan baik melalui meditasi, olahraga, atau terapi psikologis.

3. Gangguan misophonia

ilustrasi berisik (freepik.com/8photo)
ilustrasi berisik (freepik.com/8photo)

Misophonia adalah kondisi neurologis di mana seseorang memiliki reaksi emosional yang sangat kuat, seperti marah atau jijik, terhadap suara tertentu. Contohnya bisa berupa suara orang mengunyah, mengetik, batuk, atau bahkan suara langkah kaki. Meski belum sepenuhnya dipahami, misophonia sering dikaitkan dengan fungsi otak yang bereaksi secara berlebihan terhadap suara spesifik.

Penderita misophonia tidak bisa mengendalikan reaksinya secara sadar. Rasa marah bisa muncul tiba-tiba meskipun mereka tahu bahwa suara tersebut tidak berbahaya. Hal ini tentu menyulitkan, apalagi jika suara pemicunya berasal dari orang-orang terdekat. Penanganan misophonia biasanya dilakukan melalui terapi perilaku atau pendekatan neuropsikologis untuk membantu pengendalian emosi.

4. Buruknya kualitas tidurmu

ilustrasi susah tidur (pexels.com/cottonbrostudio)

Kurang tidur bisa berdampak besar pada suasana hati dan toleransi terhadap gangguan lingkungan. Saat seseorang tidak mendapatkan istirahat yang cukup, otaknya menjadi lebih mudah tersulut emosi. Dalam keadaan lelah, otak sulit memproses suara secara logis sehingga kebisingan terasa jauh lebih menyiksa dibandingkan biasanya.

Kondisi ini semakin diperparah bila seseorang sedang menjalani aktivitas padat dan tidak memiliki waktu pemulihan yang cukup. Rasa lelah fisik dan mental menciptakan ambang stres yang rendah. Maka dari itu, tidur yang cukup dan pola hidup sehat sangat penting untuk menjaga ketenangan emosi, terutama bagi mereka yang mudah terganggu oleh suara bising.

5. Lingkungan yang mudah sensitif terhadap suara-suara

ilustrasi marah (freepik.com/Cookie_)

Lingkungan tempat seseorang dibesarkan juga berperan besar dalam membentuk reaksinya terhadap kebisingan. Mereka yang tumbuh di lingkungan penuh konflik, teriakan, atau suara keras lainnya bisa jadi memiliki asosiasi negatif terhadap suara bising. Otak mereka belajar untuk menganggap suara keras sebagai ancaman, sehingga meresponsnya dengan kemarahan atau kecemasan.

Reaksi ini bisa muncul tanpa disadari sebagai bagian dari trauma masa kecil atau pengalaman buruk di masa lalu. Dalam kondisi seperti ini, suara bising bukan hanya dianggap sebagai suara, tetapi sebagai pemicu kenangan tidak menyenangkan. Terapi atau konseling dapat membantu individu memahami akar permasalahannya dan menemukan cara mengatasinya secara sehat.

Mudah marah saat mendengar suara bising bukanlah sesuatu yang harus dianggap remeh atau sekadar "sensitif". Di baliknya, bisa terdapat kondisi psikologis, neurologis, atau emosional yang butuh perhatian. Mengenali penyebab di balik reaksi tersebut adalah langkah awal yang baik untuk memahami diri sendiri dan mencari bantuan bila diperlukan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
febi wahyudi
Editorfebi wahyudi
Follow Us