5 Sikap Optimis dalam Islam, Tak Mudah Putus Asa

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah : 186). 

Makna ayat Al-Qur’an ini sungguh sangatlah indah nan menyejukkan. Apalagi, saat ini tengah menunggu terkabulkannya doa-doa yang dipanjatkan. Seharusnya, juga dibarengi dengan sikap optimistis. Sebab, percaya hal baik akan datang sama saja dengan mendoakan diri sendiri.

Di lain sisi, apabila seorang hamba sedang ditimpa suatu musibah, dia tidak akan mudah merasa putus asa. Karena dia memiliki harapan besar kepada Allah SWT dan hanya menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah semata. Dengan begitu, hatinya terasa lapang hingga muncul kekuatan baru dari jiwanya.

"Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53).

Orang yang mudah putus asa akan cenderung merasa gagal atau tidak mampu meraih cita-citanya. Sebaliknya, orang yang tidak mudah kenal putus asa akan cenderung bangkit dan terus mencoba, meski tahu usahanya akan mengalami kegagalan.

Dari dua perbedaan sikap di atas dalam mengusahakan sesuatu, begitu jelas memberikan gambaran tentang inspirasi hidup agar tetap bersikap optimistis dengan terus berusaha, walaupun terus mengalami kegagalan.

Sikap itu disertai dengan senantiasa meyakini bahwasannya rahmat Allah sangat dekat bagi siapa pun yang meminta bantuan kepada-Nya. Pada akhirnya, sikap optimis akan selalu memunculkan pikiran positif dan prasangka baik kepada Allah SWT.

Guna meraih keberhasilan dalam hidup, suatu usaha atau pekerjaan harus dikerjakan dengan sepenuh hati dan tidak banyak mengeluh agar memperoleh hasil yang maksimal. Begitupun saat situasi sulit menghadang, tetap berkeyakinan masih ada kesempatan untuk berhasil.

Selain itu, orang optimis juga pandai melihat segala peluang, kesempatan, dan kemungkinan yang tepat ada di depan mata. Begitu peluang atau kesempatan ada yang datang, langsung sigap memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. 

Setelah berhasil mencapai target yang diimpikan seharusnya juga diliputi oleh rasa syukur yang tiada henti dipanjatkan. Patut diketahui, bahwa perbuatan yang amat disukai oleh Allah SWT adalah ketika seorang hamba mengucap syukur kepada-Nya.

Sayangnya, perbuatan terpuji itu hanya dilakukan oleh sedikit orang saja. Padahal, Allah SWT menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi para hambanya yang pandai bersyukur. Sebagaimana dalam firman-Nya,

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7).

Evaluasi penting dilakukan agar dapat mengukur sampai sejauh mana hasil yang didapatkan atas segala usaha yang telah dilakukan selama ini. Hanya saja, banyak orang yang tidak mau mengakui kekurangan dari setiap hal yang diusahakan.

Berbeda dengan orang optimis yang kerap mengevaluasi kekurangan sembari berusaha untuk menutupi kekurangannya. Ketika belum mendapatkan hasil yang diinginkan, tidak serta merta langsung putus asa. Sikap optimistis yang dimiliki akan mendorong untuk mengevaluasi kekurangan terlebih dulu, lalu mencoba untuk bangkit dari kegagalan.

Tak terhitung, begitu banyak faedah yang dapat dipetik agar kamu senantiasa menjadi pribadi yang optimis. Sikap inilah yang dapat membantu kamu untuk mewujudkan masa depan gemilang dengan memanfaatkan rasa kepercayaan pada diri sendiri.

Adakalanya jangan pula terlalu berlebihan. Sebab, sikap optimis dapat menjerumuskan kamu pada jalan kesombongan. Imbangilah sikap positif tersebut dengan tawakkal, tawadhu’, rendah hati, serta selalu menyerahkan hasil akhir hanya kepada Allah SWT.