Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Strategi yang Harus Diterapkan Agar Sekolah Bebas Bullying

pexels.com/Akela Photography

Aksi bullying masih menjadi isu yang marak terjadi di Indonesia. Tak hanya orang dewasa, isu bullying juga terjadi di kalangan remaja dan pelajar yang membuat masyarakat resah.

Tak hanya orangtua, tetapi semua elemen masyarakat harus concern terhadap isu bullying agar masalah tersebut bisa diminimalisir. Seluruh warga masyarakat dan pemangku kebijakan serta segenap praktisi pendidikan diharapkan bahu-membahu dalam memberantas isu bullying di Indonesia.

Agar tak terjadi di lingkungan sekolah, ini 5 strategi yang harus diterapkan untuk mencegah kasus bullying di sekolah.

1. Semua guru punya komitmen memberantas kasus bullying

pexels.com/Kobe Michael

Jika kita mengacu pada konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa mendidik adalah memanusiakan manusia. Kita akan memahami bahwa, peran guru bukan hanya sebatas mengajar tetapi membentuk karakter anak didik dengan cara yang benar-benar manusiawi.

Sehingga, tidak hanya guru bimbingan konseling yang dibebankan untuk menangani karakter anak didik, tetapi segenap warga sekolah, seperti guru, wali kelas, kepala sekolah, komite bahkan TU dan petugas kebersihan, harus ikut andil dalam membentuk karakter peserta didik sehingga kasus bullying di sekolah merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah.

2. Membentuk agent of change anti bullying yang terdiri dari para siswa

pexels.com/pixabay

Hal ini juga harus dipertimbangkan, artinya bukan harus terorganisir secara sistematis, tetapi hanya sekedar berupa reward untuk anak yang berani menengahi dan melerai perundungan serta berani berperan sebagai netralisator pada kasus bullying.

Dengan adanya reward dari pihak sekolah, setiap anak akan termotivasi menjadi agent of change anti-bulyying yang tak akan takut menjadi penengah dan berani membela si korban ketika perundungan terjadi. Misalnya, ketika satu anak melakukan perundungan dan dilihat oleh 20 anak, ketika ke-20 anak tersebut berani melerai, pastinya kasus bullying bisa dicegah sedini mungkin.

3. Menekankan kasus bullying di setiap agenda pertemuan wali murid

pexels.com/Christina Morillo

Pertemuan wali murid memang selalu diadakan setiap triwulan atau setiap semester. Sayangnya, sering kali pertemuan wali murid hanya mengagendakan pembahasan iuran sekolah atau kegiatan awal dan akhir semester.

Andai, setiap pertemuan wali murid ada agenda khusus tentang pembahasan dan penekanan terhadap kasus bullying, setiap orangtua akan mawas diri terhadap aksi bullying yang mungkin akan melibatkan anaknya, baik sebagai korban ataupun pelaku. Sehingga, kasus bullying dapat dicegah sedini mungkin.

4. Nilai kerukunan dan kerja sama dalam pelajaran semakin diperkuat

pexels.com/Zun Zun

Dengan memperkuat nilai kerukunan dan kerja sama dalam materi pelajaran, suasana kelas yang akrab akan semakin tercipta. Kerukunan antar murid pun akan semakin terjalin sehingga bisa memperkecil potensi aksi bullying di sekolah.

Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, menggunakan metode belajar kelompok, belajar dengan strategi outdoor atau belajar ke rumah siswa secara bergilir di luar jam efektif pembelajaran yang tetap dalam pengawasan guru. Selain bisa membuat para siswa semakin akrab, pembelajaran pun bisa sangat menyenangkan karena tidak berjalan secara monoton.

5. Komunikasi pihak sekolah dengan orangtua korban dan pelaku bullying harus ditingkatkan

pexels.com/rawpixel

Dalam hal ini, komunikasi pihak sekolah, dengan orangtua korban dan pelaku bullying, bukan untuk men-judge pihak mana yang harus bertanggung jawab dan pihak mana yang harus dibela. Tetapi komunikasi di sini, merupakan bentuk parenting kepada kedua belah pihak agar kasus bullying bisa segera diantisipasi.

Dengan parenting yang dilakukan pihak sekolah tentang tindakan bullying, orangtua pelaku akan lebih memperhatikan dan memberikan pengertian kepada anaknya agar tak melakukan tindakan bullying lagi. Sedangkan pihak orangtua korban, akan lebih intens berkomunikasi dengan anaknya sehingga sang anak tak akan merasa depresi karena mendapat dukungan dan perlindungan dari keluarga.

Nah, itulah beberapa strategi yang perlu diterapkan agar kasus bullying di sekolah dapat dicegah. Memang, perlu kerja keras dari semua pihak untuk mewujudkannya, tetapi, bukankah kerja keras tersebut cukup sebanding dengan suasana lingkungan sekolah yang kondusif tanpa aksi bullying.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fuska Soewito
EditorFuska Soewito
Follow Us