Punya wawasan yang luas hingga dikenal sebagai sosok yang pintar oleh orang lain tentu jadi nilai plus yang membanggakan. Sayangnya, kadang orang jadi lupa diri dan bersikap sok tahu karena merasa berpengetahuan. Alhasil, orang akan menilai bahwa kalian adalah individu sok pintar serta jauh dari kesan ramah.
Hati-hati, kamu termasuk sosok yang sok pintar kalau mengalami beberapa tanda berikut ini.
Saking merasa memahami dan mengetahui banyak hal, gak jarang seseorang jadi ingin menunjukkan 'jalan' yang benar untuk orang lain. Bukan sekadar memberi saran, terkadang orang tersebut lupa untuk menahan diri serta bersikap seolah serba tahu. Lebih-lebih, ingin selalu membenarkan yang kamu pandang salah.
Bak guru yang mengajari muridnya, dirinya justru terus mengoceh tentang hal-hal yang diketahui dan merasa orang lain perlu tahu. Sebenarnya gak masalah kalau orang tersebut ingin berbagi pengetahuan dengan orang lain. Namun, jangan sampai muncul kesan menggurui, nih.
Pada dasarnya, berbagi ilmu dan memberi nasihat memang hampir serupa. Dalam nasihat, seseorang juga berbagi pengetahuan dan pengalaman. Namun, orang sok tahu kerap menganggap sama kedua hal ini hingga keinginan berbagi ilmu berujung pada memberi nasihat.
Padahal belum tentu orang menginginkan nasihat, lho. Jadi, tahan diri untuk menasihati orang lain sebelum diminta, ya. Selain menghindari imej sebagai orang sok tahu, setiap individu wajib menghormati batasan orang lain.
Khas banget, biasanya orang yang sok tahu akan cenderung keras kepala. Sebab, mereka merasa lebih paham banyak hal. Mereka menggenggam erat prinsip berdasar pengetahuan dan pengalaman hidup yang didapat.
Jadi, gak heran kalau selain 'hobi' menasihati, mereka juga cukup sulit menerima nasihat orang lain. Bagi mereka, yang paling mengerti apa yang harus dilakukan dan apa yang paling baik adalah diri mereka sendiri. Kalaupun membuka diri untuk saran, mereka akan memilih orang yang dianggap pantas.
Sikap keras kepala tadi gak lepas dari fakta bahwa mereka telah banyak memiliki pengalaman hidup yang bervariasi. Sayangnya, pengalaman tersebut kemudian dijadikan patokan sebagai pendukung teori yang valid untuk diterapkan pada orang lain.
Bukannya salah, hanya saja belum tentu pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup satu orang akan sesuai juga untuk orang lain. Sebab, hidup ini terlalu kompleks untuk hanya bersandar pada pengalaman hidup satu orang saja tanpa mempertimbangkan faktor eksternal lainnya.
Pemikiran serba tahu pada akhirnya akan membuat dirinya enggan memberi kesempatan orang lain untuk berpikir mandiri. Bagi mereka, saat fakta yang menurutnya valid sudah disampaikan, maka harus didengarkan serta diikuti.
Muncul anggapan, kalau orang tidak perlu lagi berpikir karena apa yang tepat sudah mereka sampaikan. Bahkan gak jarang orang yang menolak saran akan dicap ngeyel. Padahal, apa yang menurut mereka baik dan tepat belum tentu sesuai dengan kebutuhan orang lain.
Boleh saja berbagi pengetahuan dan memberi saran serta pertimbangan pemikiran untuk orang lain saat merasa mampu. Hanya saja, jangan sampai kelima tanda tadi ada dalam diri kita, ya. Pintar boleh, tapi jangan sampai jadi sok pintar.