Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Jangan Takut Hemat Bikin Gak Punya Teman, Jauhi Fake Friend

default-image.png
Default Image IDN

Segala bentuk kegiatan bersosialisasi memang butuh modal. Di lingkungan tempat tinggal, bersosialisasi dengan tetangga berarti juga harus siap menyumbang ketika mereka menggelar hajatan atau justru sedang dirundung duka. Ada pula pertemuan warga yang menuntut setiap pemilik rumah menyajikan hidangan sepantasnya.

Begitu pun dalam pertemanan, tentu wajar kalau sesekali kamu pergi bersama mereka dan mengeluarkan uang. Akan tetapi, modal dalam pertemanan bukan hanya berupa uang. Modal terbesarnya justru diri sendiri. Oleh sebab itu, kamu tak perlu khawatir kalau-kalau gaya hidup hemat bakal bikin dirimu terkucil dari kawan-kawan. Pertemanan tidak sedangkal itu.

Berteman dengan berhemat dapat berjalan beriringan. Jika selama ini kamu merasa tertekan dengan pengeluaran yang membengkak akibat gaya hidup lebih baik segera mengubahnya. Mungkin memang ada beberapa teman yang meninggalkanmu karena perubahan gaya hidup itu. Namun, ini tak lebih dari proses seleksi pertemanan. Dengan gaya hidup yang baru, dirimu juga bakal tetap memiliki kawan bahkan lebih berkualitas. Berikut enam alasannya.

1. Fake friend muncul saat kamu membeli pertemanan dengan uang

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Angela Chacón)

Kamu ingin teman yang seperti apa? Kalau sekadar terasa asyik, boleh jadi akhirnya malah tragis. Apalagi dirimu membeli pertemanan dengan uang. Bukan artinya kamu memberikan uang pada mereka. Namun, gaya hidupmu sengaja dinaikkan hanya agar dirimu diterima dalam suatu circle pertemanan.

Kamu mengabaikan fakta bahwa gaya hidup itu tidak cocok untuk kantongmu. Dirimu terlalu memaksakan diri sekadar biar punya kawan. Sekarang seakan-akan kamu berhasil memiliki cukup banyak teman yang menyenangkan. Kalian berbelanja, saling menceritakan liburan masing-masing, berpesta, saling memberikan hadiah mahal, dan sebagainya.

Namun, dengan gaya hidup yang mencekik leher tentu dirimu gak akan kuat selamanya begini. Pertanyaannya, saat kamu terbelit masalah keuangan berapa banyak dari mereka yang bertahan? Boleh jadi mereka cuma bersimpati padamu di awal lalu segera meninggalkan bahkan melupakanmu. Seakan-akan dirimu tidak pernah menjadi bagian dari hari-hari mereka.

2. Andai pun temanmu sedikit, mereka tahu value dalam dirimu

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Sam Lion)

Gaya hidup hemat yang membuatmu tidak bisa terlalu sering nongkrong di kafe mahal barangkali mengurangi jumlah temanmu. Akan tetapi, kalah dalam jumlah tak selalu buruk. Jika hanya ada pilihan banyak teman tetapi fake friends  vs sedikit kawan tetapi mereka dapat menerimamu apa adanya, tentu lebih baik yang terakhir.

Hidupmu sudah berat oleh berbagai ujian. Teman-teman palsu yang hanya mementingkan uang serta gaya hidup mewah bakal menjadi masalah baru. Sebaliknya, sedikit kawan tetapi mereka tahu betul serta mengapresiasi value atau nilai dalam dirimu akan lebih menenangkan. Mereka mengerti dengan pasti apa-apa yang berharga darimu seperti ketulusan, kepandaian, sikap murah hati, dan sebagainya.

Mereka bahkan bisa membantumu untuk lebih menyadari value ini. Selama ini dirimu kurang percaya diri memiliki hal-hal hebat. Dengan adanya kawan-kawan yang lebih menghargai value dalam dirimu daripada sekadar isi dompetmu, kamu dapat mengembangkan diri. Pertemanan yang didasari oleh apresiasi terhadap value masing-masing akan lebih langgeng serta membantu membentuk masa depan yang baik.

3. Banyak orang ingin berhemat dan butuh teman berjuang

default-image.png
Default Image IDN

Kamu masih ragu untuk mulai berhemat karena berpikir cuma dirimu yang menginginkannya. Kawan-kawanmu sepertinya masih santai-santai saja menghabiskan banyak uang setiap hari. Padahal, masalah sesungguhnya hanyalah sekelompok orang sama-sama gak percaya diri buat berkata bahwa kalian butuh mengubah gaya hidup. 

Ada rasa malu dan gengsi sehingga semua orang berpura-pura untuk nyaman saja dengan gaya hidup saat ini. Coba deh, dirimu menjadi pelopor yang menyatakan rencanamu mengetatkan ikat pinggang. Awalnya barangkali mereka cuma diam atau sibuk menanyakan alasannya.

Namun, tidak lama setelah dirimu menunjukkan gaya hidup hemat seperti membawa bekal ke kantor dan langsung pulang selepas jam kerja pasti ada teman yang mengikuti. Lambat laun, ini akan menjadi gerakan bersama. Sebab sebenarnya kalian sama sadarnya mengenai kondisi keuangan yang memburuk gara-gara kurangnya kontrol ketika membelanjakannya.

4. Teman diperlukan, tapi kesehatan dan tujuan finansialmu lebih penting

default-image.png
Default Image IDN

Walaupun ada konsekuensi jumlah temanmu berkurang karena perubahan gaya hidup dari lebih mewah ke hemat atau sederhana, jangan terlalu mencemaskannya. Kawan memang diperlukan, tetapi bukan segalanya dalam hidup ini. Ada dua hal yang harus lebih kamu jaga, yaitu kesehatan keuanganmu dan apa yang ingin diraih di masa depan.

Sebagai contoh, jika sekarang dirimu boros sekali demi hangout dengan teman-teman, kira-kira kapan kamu bisa membeli rumah? Padahal, harga rumah mencapai ratusan juta rupiah bahkan miliar tergantung lokasi, luas tanah, dan luas bangunan. Kalaupun dirimu hendak mencicilnya, apakah itu masih mungkin dilakukan bila gaya hidup tidak diubah?

Boro-boro soal rumah, kondisi keuanganmu per bulan saja sudah tak sehat. Penghasilanmu kerap minus dan sekalinya kamu bisa menabung hanya sedikit. Amat jomplang kalau dibandingkan dengan total pendapatan atau belanjamu. Usiamu kian bertambah. Jangan biarkan persoalan keuangan ini terus terjadi bahkan makin buruk.

5. Hemat buat diri sendiri, seharusnya orang lain gak terusik

default-image.png
Default Image IDN

Penghematanmu hanya tentang caramu mengatur pengeluaran pribadi. Dengan kamu mengurangi beli kopi mahal, diri sendiri yang menikmati kopi saset hasil membeli di warung lalu diseduh di rumah. Begitu pun ketika kamu menghemat biaya transportasi dengan lebih banyak berjalan kaki selagi masih mampu.

Pegal hanya terasa di betismu, bukan betis teman-temanmu yang gak ikut melakukannya. Maka seharusnya mereka tidak mempersoalkan perubahan gaya hidupmu apalagi menjauhimu. Kalaupun tetap ada teman yang menjadi sinis padamu, sudah jelas bahwa masalahnya bukan di kamu dan gaya hidupmu yang baru.

Dia hanya kurang dewasa dalam memandang pertemanan. Bahwa berkawan bisa dengan siapa saja, termasuk orang-orang yang berbeda darinya. Baik berbeda dalam pendapat, latar belakang, maupun gaya hidup. Dijauhi teman yang seperti ini tidak perlu membuatmu merasa kehilangan apalagi ragu untuk meneruskan penghematan.

6. Bisa tetap seru saat berkumpul tanpa menjadi boros

default-image.png
Default Image IDN

Apabila pertemanan kalian asyik, apa pun acaranya bakal tetap terasa menyenangkan. Jumpa kawan-kawan tidak harus di restoran mahal sekalian makan siang atau malam. Liburan juga tak perlu jauh-jauh hanya agar kalian punya bahan obrolan yang seru ketika bertemu.

Kalian sekadar jajan bakso di pedagang kaki lima atau menonton pertandingan olahraga di rumah pun tetap seru. Hal yang paling menentukan untuk munculnya rasa senang ialah kecocokan karakter kalian. Tidak berarti sifat-sifat kalian sama persis, tetapi perbedaan yang ada pun dipandang sebagai hal yang saling melengkapi.

Jangan menghubungkan kumpul teman dengan keharusan makan makanan mahal, adu gaya dan isi dompet, serta hal-hal lain seputar materi. Semua itu justru hanya membuat kalian merasa iri satu sama lain ketika ada yang memiliki sesuatu lebih mahal. Selama kalian masih nyambung ketika mengobrol, kebersamaan selama berjam-jam pun terasa singkat.

Gaya hidup hemat gak akan membuatmu terasing dari pergaulan. Segelintir kawan yang menjauh segera digantikan oleh teman-teman baru yang tidak memandang penghematanmu sebagai masalah. Berhematlah supaya kamu dapat membangun kehidupan pribadimu dengan lebih baik. Jangan memboroskan uang untuk menyenangkan sejumlah orang yang belum tentu ada ketika kamu susah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us