Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Mengenali Victim Mentality dari Sisi Kognitif

ilustrasi orang merenung (pixabay.com/Holger Langmaier)
Intinya sih...
  • Mentalitas korban disebut sebagai sikap merasa dirugikan oleh situasi atau orang lain tanpa alasan yang jelas.
  • Pola pikir ini menunjukkan ketidakberdayaan dan kurangnya kendali atas peristiwa, serta kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah.
  • Orang dengan mentalitas korban punya pandangan negatif terhadap situasi tertentu, tidak percaya diri, dan sulit menerima kritik.

Apakah kamu punya kerabat yang kerap menganggap dirinya sebagai korban? Apapun situasi yang ia hadapi, selama nasib baik belum berpihak padanya, ia selalu punya cara untuk menyalahkan orang lain, faktor eksternal, bahkan seluruh dunia. Inilah yang disebut dengan victim mentality atau mentalitas korban.

Tak bisa dipungkiri bergaul dengan pribadi seperti ini cukup menguras energi. Itulah sebabnya kita perlu mengenali indikasi victim mentality pada seseorang agar bisa menentukan tindakan yang tepat saat menghadapinya.

Berikut beberapa cara mengidentifikasi victim mentality pada seseorang dari sisi kognitif.

1. Menganggap dunia tidak adil

ilustrasi orang termenung (pixabay.com/Rudy and Peter Skitterians)

Orang bermental korban biasanya menganggap kalau hal-hal baik yang ada di dunia tidak pernah berpihak padanya. Pola pikir seperti ini membuatnya seakan merasa dirugikan oleh situasi atau orang lain, meskipun keadaannya tidak terlalu buruk dan orang yang dituduh tidak melakukan kesalahan apapun.

Sikap ini justru menunjukkan ketidakberdayaan seseorang dalam memperbaiki situasi dan kurangnya kendali atas peristiwa yang terjadi. Alih-alih mengakui atau memperbaiki kegagalannya, menyalahkan hal diluar dirinya sendiri adalah cara mereka menutupi ketidakberdayaannya.

2. Beraksi berlebihan

ilustrasi bertopeng sedih (pixabay.com/PDPics)

Hidup memang tak akan pernah lepas dari masalah. Namun, setiap masalah pasti ada hikmah dan kemungkinan jalan keluarnya. Sayangnya, pemikiran seperti ini tidak berlaku bagi mereka yang bermental korban.

Mereka punya kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah, mengasihani dirinya sendiri, hingga mendramatisir bahwa perkara tersebut tidak bisa dicari jalan keluarnya lagi. Sikap seperti ini justru akan membuat dirinya terjebak dalam permasalahan yang sama dan menghalanginya untuk terus melangkah ke depan.

3. Terjebak masa lalu

ilustrasi orang bersedih (pixabay.com/Suvajit Roy)

Victim mentality bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya trauma masa lalu. Mereka merasa berhak menganggap dirinya sebagai korban dan menjadikan pengalaman buruk di masa lalu sebagai pembenaran. Tak jarang, mereka juga akan menggunakan traumanya sebagai pembelaan atas kejadian masa sekarang yang bahkan tidak ada kaitannya sama sekali.

Menghadapi orang seperti ini memang cukup tricky. Tapi jangan pula bersikap abai, apalagi jika orang tersebut adalah kerabat dekatmu. Tunjukkan rasa simpati secukupnya dan tetaplah bersikap objektif, berharap pemikirannya bisa lebih terbuka.

4. Pesimis

ilustrasi menolak (pixabay.com/Daniel Reche)

Pesimis juga jadi salah satu indikasi kognitif pada individu bermental korban. Mereka cenderung punya pandangan negatif terhadap situasi tertentu maupun yang akan datang. Ini bisa ditunjukkan dari sikap tidak percaya diri, menyerah sebelum mencoba, dan menganggap dirinya selalu gagal.

Sikap ini akan menghalangi dia untuk meraih kesuksesan, yang kedepannya juga akan memperburuk mentalitas korbannya. Pesimistis yang terus dipelihara juga bisa menutup mata mereka terhadap peluang maupun kemungkinan positif lain, yang mungkin saja akan menuntunnya ke arah hidup lebih baik.

5. Sulit menerima kritik

ilustrasi ketidaksukaan (pixabay.com/Alexandra_Koch)

Reaksi seseorang saat menerima kritik tergantung cara pandang mereka terhadap kritik itu sendiri. Orang yang ingin selalu bertumbuh akan melihat kritik sebagai bahan evaluasi. Sebaliknya, orang dengan victim mentality menganggap kritik sebagai sebuah serangan yang harus ditepis.

Ini terjadi akibat rasa inferior dan ketidakpercayaan dirinya. Atas sikap ini pula, mereka lebih suka mencari simpati dan rasa kasihan dari orang lain untuk memvalidasi kekurangannya.

6. Abai dengan tanggung jawab personal

ilustrasi orang berlari (pixabay.com/wal_172619)

Orang dengan mentalitas korban punya anggapan “lebih aman melarikan diri daripada melawan”. Ini jadi cara mereka untuk mengatasi (baca: menghindari) kesulitan hidup yang sedang dihadapi. Saat dihadapkan dengan tanggung jawab, mereka akan melemparkan beribu alasan untuk mengelak.

Pribadi yang terus mempertahankan mentalitas seperti ini tidak akan pernah belajar dan bertumbuh. Ia akan senantiasa terjebak pada situasi yang sama secara berulang-ulang.

Setelah mengenali indikasi kognitif dari victim mentality, kira-kira siapa yang langsung terbesit dalam benakmu? Semoga bukan diri sendiri atau orang terkasihmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hanny A
EditorHanny A
Follow Us