Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Luka Inner Child yang Berefek pada Hubungan Asmara saat Dewasa

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak rentan terhadap luka karena bermain. Luka-luka ini biasanya sembuh atau meninggalkan bekas kecil yang bisa menjadi cerita seru saat berbagi pengalaman.

Namun, ada beberapa luka yang tidak terlihat dan membutuhkan waktu lebih lama, bahkan seumur hidup, untuk sembuh. Luka ini dikenal sebagai "luka inner child" atau luka keterikatan, sebuah istilah yang sedang populer di media sosial.

Luka inner child terjadi ketika kebutuhan kita sebagai anak tidak terpenuhi atau ketika kita tidak merasa aman, diperhatikan, atau dicintai. Luka-luka ini tetap ada dalam diri kita, hingga bisa bertahun-tahun, dan dapat memengaruhi cara kita menjalin hubungan dengan orang lain. Luka inner child dapat menghambat hubungan jika tidak ditangani. 

Apakah kita memiliki luka inner child tersebut? Ketahui berbagai jenis lukanya di sini, yuk!

1. Luka karena penelantaran (abandonment wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/RDNE Stock project)

Dr. Caitlin Slavens, BAACS, MC, R Psych, seorang psikolog dari Mama Psychologists, jika kita mengalami penelantaran emosional atau fisik saat kecil, mungkin akan memiliki ketakutan terhadap penelantaran atau penolakan ketika dewasa.

"Dalam hubungan, hal ini bisa terlihat dalam bentuk sikap terlalu melekat, ketergantungan berlebihan, atau kesulitan untuk mempercayai pasangan," ujarnya mengutip laman Parade. 

Luka inner child karena penelantaran (abandonment wound) biasanya berefek pada ketakutan besar akan ditinggalkan, dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk divalidasi. Kita sering merasa bahwa pasangan jarang menunjukkan perhatian yang cukup. Adapun luka inner child ini bisa diubah dan diperbaiki dengan usaha dan kesadaran diri.

"Ini bukanlah pilihan yang disadari. Respon-respon ini (luka inner child) adalah cara otak kita beradaptasi dan bertahan dalam lingkungan yang tidak mendukung," tambah Christie Pearl, konsultan kesehatan mental berlisensi, mengutip laman Psych Central. 

2. Luka pengabaian (neglect wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/Timur Weber)

Setelah diabaikan dan tidak mendapatkan perhatian dari orang tua selama masa kecil, kita cenderung menjadi clingy terhadap pasangan, dan bisa merasa 'terpicu' ketika tidak mendapatkan perhatian secara terus-menerus.

Dr. Slavens menjelaskan bahwa seseorang yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi saat kecil dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merasa tidak pantas mendapatkan perhatian atau kepedulian.

"Luka inner child ini dapat muncul dalam bentuk sabotase diri, kesulitan meminta bantuan, atau penutupan emosi," jelasnya.

Secara keseluruhan, luka pengabaian (neglect wound), dapat berdampak besar pada hubungan asmara maupun pertemanan, yang membutuhkan tingkat keterbukaan emosional yang sehat.

3. Luka penolakan (rejection wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/Vera Arsic)

Bisakah kita selalu mendapatkan apa yang diinginkan? Tidak, baik saat masih anak-anak maupun dewasa. Penolakan adalah bagian dari kehidupan.

Namun, orang yang mengalami penolakan terus-menerus dari orang-orang penting dalam hidup mereka sejak kecil, mungkin akan menghadapi kesulitan di kemudian hari. Ini yang membekas sebagai luka penolakan (rejection wound), salah satu luka inner child yang seringkali terbawa pada hubungan asmara. 

Seringkali ditolak sejak dini oleh keluarga, teman, atau teman sebaya dapat membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap kritik. Hal ini bisa muncul dalam hubungan sebagai sikap defensif atau menghindari kerentanan agar tidak terluka.

4. Luka kontrol (control wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Jadwal yang terlalu padat dan aturan yang kaku bisa terasa menyesakkan bagi siapapun, tetapi rutinitas yang fleksibel selama masa kanak-kanak dapat menciptakan rasa tenang.

Orang yang hampir tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa kecilnya mungkin akan melakukan perubahan drastis saat dewasa. Hal ini menumpuk sehingga hadir kembali saat menjalin hubungan asmara usia dewasa, sebagai luka kontrol (control wound).

"Ketika seseorang dibesarkan oleh sosok orang tua yang terlalu mengontrol dan mengatur setiap aspek kehidupan mereka sejak kecil, kita bisa dengan mudah merasa terpicu saat pasangan meminta kasih sayang atau mencoba mendekat," ungkap psikolog, Nicole LePera, melansir laman Hindustan Times. 

Jika kita dibesarkan dalam lingkungan yang kacau atau tanpa struktur yang jelas, kita mungkin merasa harus mengendalikan segalanya saat dewasa. Hal ini bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan, dan pasangan kita mungkin merasa terlalu dikendalikan atau tertekan.

5. Luka kepercayaan (trust wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/Trinity Kubassek)

Tidak jarang kita mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain jika memiliki pengalaman tertentu di masa lalu. Kita mungkin merasa sulit untuk percaya bahwa pasangan akan selalu ada saat dibutuhkan, atau mempercayainya ketika mereka menghormati kebutuhan dan batasan kita.

Bahkan, luka ini juga bisa meragukan bahwa kita dicintai, bahkan jika pasangan menunjukkan kasih sayang dengan jelas. Luka kepercayaan (trust wound) sangat dalam, mengingat kepercayaan adalah pilar utama dalam hubungan asmara yang sehat.

Dr. Slavens menambahkan, jika orang tua atau pengasuh pernah mengkhianati kepercayaan, kemungkinan besar kita membawa ketidakpercayaan itu hingga dewasa. Hal ini bisa muncul dalam bentuk ketidakpercayaan kronis, ketakutan akan pengkhianatan, atau kesulitan membiarkan orang lain masuk ke dalam hidup.

6. Luka harga diri (worthiness wound)

Ilustrasi luka inner child yang muncul dalam hubungan asmara (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Pernah mendengar pepatah bahwa kita harus mencintai diri sendiri terlebih dahulu? Hal itu benar adanya, tetapi berbeda jika kita memiliki luka harga diri (worthiness wound).

Apabila kita tumbuh dengan lebih banyak kritik daripada pujian, atau jika nilai diri hanya diukur berdasarkan pencapaian dibandingkan dengan orang lain, mungkin kita akan terus mempertanyakan tempat kita dalam kehidupan.

Worthiness wound merupakan luka inner child yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menerima perlakuan yang kurang layak, berusaha terlalu keras agar merasa cukup baik, atau tetap bertahan dalam hubungan yang tidak sehat.

Itulah penjelasan mengenai luka inner child, yang umumnya muncul sebagai respon, saat kita menjalin hubungan asmara di usia dewasa. Jadi, apakah kamu memiliki salah satu dari luka inner child di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aliya
EditorAliya
Follow Us